Masa Depan Otomotif Indonesia adalah Mobil Listrik
Untuk terus meningkatkan investasi dan perkembangan industri kendaraan listrik, pemerintah akan memberikan insentif.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo dan pelaku industri meyakini bahwa masa depan otomotif Indonesia adalah kendaraan terelektrifikasi. Dengan dianugerahi kekayaan bahan baku mineral nikel yang bisa diolah jadi baterai, bisa membawa Indonesia masuk ke rantai pasok manufaktur kendaraan listrik global.
”Ya, memang masa depan otomotif Indonesia itu di mobil listrik. Karena kita memiliki bahan baku nikel dan yang lainnya,” ujar Presiden Joko Widodo di sela-sela kunjungannya di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/2/2024).
Pameran otomotif itu dibuka dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Turut hadir mendampingi Presiden adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
Untuk terus meningkatkan investasi, populasi, dan perkembangan industri kendaraan listrik, pemerintah akan memberikan insentif. Salah satunya yang akan dilakukan adalah pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) agar harga kendaraan listrik bisa lebih terjangkau. Harapannya, Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain terkait industri kendaraan listrik.
Tak hanya insentif untuk kendaraan listrik pribadi, lanjut Presiden, pihaknya juga berencana memberikan insentif untuk kendaraan umum. Tujuannya agar semua jenis kendaraan listrik baik untuk kendaraan pribadi maupun kendaraan umum bisa diproduksi di Indonesia.
Airlangga Hartarto menambahkan, makin banyak merek dan pabrikan mobil listrik dunia yang berinvestasi di Indonesia, seperti dua pabrikan mobil asal China, Chery dan BYD, yang akan berinvestasi di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga akan kedatangan Vinfast, produsen kendaraan listrik asal Vietnam.
Insentif lainnya yang akan diberikan pemerintah adalah insentif untuk Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Ia menjelaskan, insentif pajak ini sedang dalam pembuatan regulasi peraturan menteri keuangan.
Selain itu, pemerintah juga berencana meluncurkan insentif fiskal untuk kendaraan hibrida listrik. Mobil hibrida listrik adalah kendaraan yang mesinnya digerakkan dua unsur campuran sekaligus, yakni bahan bakar minyak dan tenaga listrik.
”Ada pembicaraan antara industri. Dan Bapak Presiden meminta ada insentif hibrida karena kalau kita lihat penjualannya, mobil hibrida ini sekarang lebih tinggi dari kendaraan listrik sehingga hibrida ini bisa menjadi solusi menengah,” ujar Airlangga.
Agus Gumiwang Kartasasmita menambahkan, pemerintah akan terus melanjutkan pemberian berbagai insentif tersebut untuk mendorong ekosistem industri kendaraan listrik. ”Kami sudah siapkan insentif. Semua kami siapkan untuk bisa kompetitif dengan Thailand,” ucapnya.
Adapun insentifnya akan tetap berdasarkan besaran Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Ini agar tetap ada unsur kandungan lokal dari tiap produksi kendaraan listrik yang ada di Indonesia. Hanya saja ke depannya, insentif akan fokus pada perhitungan seberapa besar kandungan lokal pengembangan baterai.
Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan murni kendaraan listrik pada 2023 mencapai 17.038 unit. Ini setara dengan 1,69 persen dari total penjualan mobil nasional 2023 yang sebanyak 1.005.802 unit.
Keyakinan pelaku industri
Keyakinan bahwa kendaraan listrik adalah masa depan juga dikemukakan para pelaku industri otomotif. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya varian mobil kendaraan listrik yang dirilis oleh pabrikan. Salah satunya adalah PT Hyundai Motor Indonesia yang merilis mobil listrik terbaru, yakni Kona EV dalam gelaran IIMS 2024.
Chief Operating Officer PT Hyundai Motor Indonesia Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, dengan kekayaan alam nikel di Indonesia, pihaknya meyakini Indonesia bisa berperan penting dalam rantai pasok global kendaraan listrik. Hal inilah yang mendorong Hyundai terus berinovasi dan mengeluarkan berbagai varian baru kendaraan listrik.
Saat ini kontribusi penjualan listrik terhadap penjualan mobil nasional masih menuju 2 persen. Dengan makin banyaknya varian yang ditawarkan serta makin berkembangnya ekosistem industri kendaraan listrik, diharapkan kontribusi penjualan kendaraan listrik bisa meningkat menjadi 5 persen.
Keyakinan lainnya ditunjukkan Hyundai dengan membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, dengan investasi senilai 3,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 45,88 triliun. Pabrik yang ditargetkan beroperasi pada April 2024 ini diharapkan bisa meningkatkan tingkat kandungan lokal Hyundai dan meningkatkan efisiensi ongkos produksi. Ini berujung pada harga jual mobil yang bisa lebih kompetitif.
Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, untuk mendorong impian Indonesia mencapai emisi nol bersih pada 2060, pihaknya menawarkan berbagai jenis mobil terelektrifikasi. Jadi, tak hanya mobil listrik berbasis baterai sepenuhnya, tetapi juga mobil hibrida dengan energi bioetanol, biosolar, dan lain-lain.
”Konsumen kami mau hibrida, ya, kami siapkan. Mobil listrik kami siapkan. Karena energi, kan, diversifikasi. Jadi, kita tidak boleh bergantung hanya dengan satu jenis energi saja,” ucap Bob.