Pasar ekspor perikanan yang melemah menyebabkan terjadinya penumpukan stok ikan di dalam negeri.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelemahan pasar ekspor mendorong stok ikan menumpuk di gudang pendingin. Kelebihan stok itu juga sulit terserap pasar dalam negeri. Pelaku usaha kapal penangkapan ikan terpaksa menahan operasional melaut.
Penumpukan ikan di gudang pendingin antara lain tersebar di Bali, Juwana (Jawa Tengah), Mayangan (Jawa Timur), dan Muara Baru (Jakarta). Sebagian gudang pendingin sudah hampir penuh sehingga mengurangi pasokan ikan dari kapal.
Ketua I Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus mengemukakan, melemahnya permintaan ekspor sejak November 2023 menyebabkan sejumlah hasil tangkapan ikan tidak bisa terjual. Akibatnya, stok ikan menumpuk di gudang pendingin penyimpanan ikan (cold storage). Dicontohkan, ikan tuna albakora(albacore) yang dijual dalam bentuk beku hingga kini sulit terjual.
”Permintaan ikan beku merosot, harga jual turun hingga 60 persen di bawah standar,” kata Agus saat dihubungi, Selasa (13/2/2024).
Permintaan tuna beku antara lain ke Thailand, Taiwan, dan China. Pasar ekspor yang masih melemah membuat pelaku industri perikanan menahan operasional, yakni mengurangi jumlah kapal yang melaut. Selain itu, melepas sebagian stok ikan ke pasar lokal. Namun, penyerapan oleh pasar lokal cenderung sedikit dan harga jual juga lebih rendah.
Agus menduga menurunnya permintaan ekspor disebabkan pelemahan ekonomi global serta konflik di Laut Merah dan krisis di Terusan Panama yang berdampak pada perdagangan global. Adapun permintaan tuna segar masih tergolong baik, dengan tujuan utama ekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.
Hal senada dikemukakan Head Director PT Charly Wijaya Tuna Jemmy Wijaya. Sejumlah gudang pendingin ikan di Muara Baru, Jakarta, nyaris penuh terisi. Padahal, gudang pendingin untuk penyimpanan ikan yang berkapasitas besar biasanya tidak pernah mengalami penumpukan stok ikan. Dalam kondisi normal, kapasitas gudang pendingin yang terisi biasanya 50 persen karena ikan rutin dipasarkan.
Kenyataannya sampai sekarang ikan tetap tidak laku.
Ia menilai ekspor ikan melambat disebabkan permintaan dunia melemah. Pelemahan pasar yang dirasakan sejak Desember 2023 terjadi berbarengan dengan jadwal kapal pulang atau bongkar ikan. Akibatnya, volume ikan yang masuk ke gudang pendingin lebih banyak dibandingkan volume ikan yang dijual. Pelemahan permintaan itu membuat harga jual ikan jatuh hingga 35-50 persen.
”Di saat harga ikan sedang murah, biasanya ikan dibeli dan disimpan di gudang pendingin sambil menunggu harga naik baru dijual. Namun, kenyataannya sampai sekarang ikan tetap tidak laku. Banyak gudang pendingin penuh, beli ikan pun tidak tahu mau ditaruh di mana,” tutur Jemmy.
Jemmy menambahkan, gudang pendingin miliknya penuh terisi pada Desember 2023-Januari 2024. Saat ini, ruang kosong sudah lumayan tersedia, tetapi penyewaan hanya dibuka untuk perusahaan yang sudah terikat kontrak. Pihaknya masih belum membuka sewa baru penyimpanan ikan bagi pelaku usaha lain guna mengantisipasi berulangnya penumpukan stok.
Sebagian pelaku industri perikanan berupaya mengantisipasi penumpukan ikan di gudang pendingin dengan melepas sebagian ikan dengan harga lebih rendah untuk pasar lokal. Namun, penyerapan lokal yang terbatas menyebabkan stok ikan masih cenderung penuh. Adapun sebagian pelaku usaha lain bersiasat dengan menahan penjualan dan menunggu harga kembali baik.
Pihaknya berharap permintaan pasar global membaik dalam beberapa bulan ke depan. Sudah banyak perusahaan perikanan Indonesia yang memiliki sertifikat pengelolaan produk perikanan. Pemerintah diharapkan mendorong daya saing perikanan Indonesia dengan membuat peraturan yang tidak membebani pelaku usaha perikanan.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis, data sementara nilai ekspor perikanan sepanjang 2023 tercatat 5,6 miliar dollar AS atau jauh di bawah target ekspor tahun lalu sebesar 6,7 miliar dollar AS. Nilai ekspor perikanan tahun 2023 juga turun dibandingkan capaian tahun 2022 sebesar 6,2 miliar dollar AS. Pada 2024, KKP menargetkan nilai ekspor perikanan sebesar 7,2 miliar dollar AS.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dalam Outlook dan Program Prioritas Sektor Kelautan dan Perikanan Tahun 2024, beberapa waktu lalu, mengemukakan, peluang pasar perikanan laut global masih sangat besar. Dari data riset Skyquest, pasar perikanan laut global diproyeksikan melonjak 115,75 persen selama tahun 2022-2030, yakni dari senilai 338,47 miliar dollar AS pada 2022 menjadi 730,28 miliar dollar AS.
Meski demikian, Indonesia belum bisa memanfaatkan peluang pasar global karena sejumlah kendala. Produk perikanan tangkap berlimpah dan perikanan budidaya memadai, tetapi ada sejumlah hambatan dalam pemenuhan kualitas ekspor. Tata kelola sumber daya ikan dinilai perlu dibenahi untuk memenuhi standar cara penangkapan dan budidaya ikan yang baik.