Manfaatkan Peluang Usaha Sektor Perikanan lewat Pemasaran Digital
Meski di tengah pandemi Covid-19, sektor perikanan dan kelautan tetap menunjukkan peluang pasar yang menjanjikan. Para pelaku usaha pun dapat merebutnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan pemasaran digital.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha di bidang perikanan dan kelautan dinilai memiliki potensi dan peluang pasar yang tetap menjanjikan di tengah pukulan pandemi Covid-19. Pemanfaatan potensi salah satunya dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pemasaran digital.
Digifish Network mencatat, per Agustus 2020, jumlah usaha rintisan perikanan yang terdata mencapai 30 usaha, meningkat dari 18 usaha rintisan pada Agustus 2019. Penambahan terutama berasal dari usaha rintisan yang masuk ke bisnis pemasaran berbasis digital, bahkan merambah ke sejumlah daerah dengan sarana media sosial hingga e-dagang (Kompas, 3/9/2020).
Sebagai upaya membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) pun kini menghadirkan program Pasar Laut Indonesia. Program yang merupakan bagian dari gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia ini bertujuan membantu UMKM di sektor perikanan.
Direktur Jenderal PDSPKP Kementerian Kelautan dan Perikanan Artati Widiarti dalam sambutan yang dibacakan Direktur Pemasaran PDSPKP Machmud menyampaikan, kegiatan Pasar Laut Indonesia dihadirkan dengan membagi UMKM ke dalam tiga kategori, yakni binaan, bagus, dan unggulan. Pembagian ini dilakukan untuk lebih mudah membina dan mendampingi UMKM sesuai level usaha.
”Hingga kini kami telah menyeleksi lebih dari 1.300 UMKM sektor kelautan dan perikanan. Mereka akan dibina, didampingi, dan dibantu dalam meningkatkan inovasi dan teknik pemasaran digital, serta mempromosikan produk melalui Pasar Laut Indonesia,” tulis Artati, Selasa (22/9/2020).
Paparan ini dibahas dalam Webinar Series I Will Survive bertemakan ”Bagaimana Cara UMKM Bisa Bertahan di Masa Pandemi Melalui Pemasaran Digital?” yang diadakan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hadir pula sebagai narasumber, Head of Commercial TaniHub Group Dede Herdiansyah dan Founder DigiPreneur.site Fatoni.
Dede Herdiansyah menyampaikan, pemasaran digital memang dapat menopang proses bisnis di tengah pandemi. Upaya ini pun membawa TaniHub mampu meningkatkan omzet hingga lebih dari 300 persen di masa awal pandemi.
Kini, produk TaniHub berada di sejumlah kota besar, antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Kartasura, Surabaya, dan Denpasar. Ada sebanyak 326 distrik yang dilayani dengan melibatkan lebih dari 30.000 petani.
”Jadi, yang TaniHub lakukan adalah berjualan produk hasil tani fresh (segar) melalui aplikasi. Kami tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan berbagai platform e-dagang untuk menjangkau konsumen lebih luas,” ujarnya.
Dede juga mengajak para pelaku UMKM di sektor perikanan dan kelautan menjadi pemasok dalam rantai distribusi TaniHub. Sebab, masih kurang dari 5 persen produk perikanan dan kelautan yang dijual di TaniHub dari total produk yang ada.
”Pada dasarnya, kami menerima semua produk yang dihasilkan UMKM dan tidak ada persyaratan spesifik untuk menjadi pemasok TaniHub. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan, suplai produk harus dipastikan terjaga untuk memenuhi permintaan pasar,” kata Dede.
Kenali posisi usaha
Pemasaran digital dinilai dapat menjadi solusi penjualan produk, baik barang maupun jasa, di tengah perubahan perilaku konsumen akibat pandemi. Peluang ini sejalan dengan tingkat pengguna internet yang kian meningkat.
DataReportal mencatat, pada Januari 2020, total populasi Indonesia mencapai 272,1 juta orang dengan 338,2 juta telepon genggam aktif, meningkat 4,6 persen dibandingkan Januari 2019. Dengan kata lain, satu orang bisa memiliki lebih dari satu telepon genggam.
Dalam periode yang sama, seiring dengan banyaknya pengguna telepon genggam, pengguna internet pun meningkat 17 persen menjadi 175,4 juta orang. Sementara yang aktif menggunakan internet sebanyak 160 juta orang atau bertambah 8,1 persen.
Fatoni menyampaikan, data ini menunjukkan prospek mendapatkan pelanggan di pasar digital lebih luas dibandingkan hanya mengandalkan toko fisik. Namun, pelaku usaha harus mengetahui terlebih dahulu bagian mana dari usahanya yang terdampak pandemi.
”Apakah dari sisi lead (berkurangnya orang yang tertarik dengan produk yang dijual) atau dari sisi transaksi (menurunnya jumlah pembelian produk tertentu oleh pelanggan). Kondisi ini yang harus kita ketahui sebelum menyusun strategi berbisnis,” ujar Fatoni.
Fatoni menjelaskan lebih lanjut, apabila persoalan berada di sisi lead, pelaku usaha dapat mengoptimalkan atau meningkatkan pemasaran di lebih banyak platform digital. Sementara apabila hambatan berasal dari sisi transaksi, dapat dilakukan dengan meluncurkan produk baru atau memberikan berbagai promosi.
”Jadi, kita (pelaku usaha) jangan berfokus pada bagaimana cara meningkatkan omzet, tetapi fokuslah pada nilai transaksinya. Fokus bagaimana meningkatkan jumlah pelanggan atau bisa juga fokus untuk membuat pelanggan yang sudah ada meningkatkan pembeliannya,” ujar Fatoni.
Euis Hodijah, pelaku UMKM di bidang perikanan dan kelautan di Kabupaten Tangerang, mengakui penjualan melalui platform digital belum memberikan hasil. Namun, ia menyadari perilaku konsumen sudah mulai beralih ke pasar digital.
Melalui bantuan anaknya, Euis kini mulai mencoba memasarkan produknya di media sosial secara rutin. Dalam satu hari, setidaknya ada satu foto produk yang dipos ke Instagram.
”Selain itu, saya juga membuat produk baru, salah satunya abon ikan agar lebih tahan lama untuk dijual. Semoga ke depan saya bisa terus belajar bagaimana melakukan pemasaran digital yang tepat,” kata Euis.