Emiten Infrastruktur Diprediksi Terus Bertumbuh di 2024
Proyeksi penurunan suku bunga dan pembangunan infrastruktur menjadi katalis bagi pertumbuhan positif saham emiten.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan tercatat di bursa yang bergerak di bidang infrastruktur dinilai akan tetap melanjutkan pertumbuhan sejak akhir 2023 lalu hingga tahun 2024. Proyeksi penurunan suku bunga dan berlanjutnya proyek pembangunan infrasturktur menjadi katalisnya.
Perusahaan tercatat di pasar modal atau emiten bidang infrastruktur masih mencatatkan pertumbuhan positif sejak awal Oktober 2023. Indeks lebih dari 60 saham emiten telah bertahan di level 1.500 sejak Desember 2023 hingga awal Januari 2024 ini. Level itu secara historis tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Momentum ini pun dimanfaatkan beberapa perusahaan infrastruktur untuk mendapatkan pendanaan lewat pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal. Salah satunya, PT Manggung Polahraya Tbk yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham MANG, Kamis (11/1/2024) ini.
MANG menerbitkan 762,5 juta lembar saham dengan harga penawaran Rp 100 per saham, dengan tujuan mendapatkan dana Rp 76,25 miliar. Selain itu, MANG juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 228,75 juta waran seri I dengan harga pelaksanaan waran Rp 125 per lembar. Total hasil pelaksanaan waran seri I sebanyak-banyaknya Rp 28,59 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja, antara lain biaya pokok untuk proses dari konstruksi gedung dan bangunan, pembangunan infrastruktur jalan, produksi aspal hot mix dan produksi beton ready mix, serta gaji dan tunjangan. Adapun dana yang diperoleh dari pelaksanaan waran seri I akan digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang berdiri sejak 1992 tersebut.
”Aksi korporasi ini jadi langkah penting kami untuk mewujudkan visi kami, yaitu ikut serta dalam pembangunan nasional bidang jasa konstruksi,” kata Direktur Utama PT Manggung Polahraya Tbk Ni Ketut Mariani di Gedung BEI, Jakarta.
Sebelumnya, ada PT Asri Karya Lestari Tbk yang resmi melakukan IPO dengan kode saham ASLI pada Jumat (5/1/2024). Perusahaan yang banyak terlibat dalam pekerjaan fondasi hingga struktur berat untuk pembangunan fasilitas umum itu menjadi perusahaan pertama yang melakukan IPO pada 2024 sekaligus perusahaan tercatat ke-904 di BEI.
Direktur Utama PT Asri Karya Lestari Tbk Sudjatmiko mengatakan, pencatatan itu menjadi momentum perusahaan untuk mengusahakan ekspansi usaha, kepastian pendanaan, serta tata kelola dan prinsip keterbukaan perusahaan yang lebih baik. ASLI banyak bekerja di proyek stategis nasional dan pada 2014 dipercaya swasta untuk membangun flyover dan jembatan South City di Tangerang. Lalu, pada 2017 mereka mulai mengerjakan proyek-proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
”Dari pengalaman yang kami punya, akhirnya di 2022 kami berniat meng-IPO-kan perusahaan,” kata Sudjatmiko.
Dalam IPO, perseroan melepas 1,25 miliar saham setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga saham perdana Rp 100. Menurut rencana, 66,35 persen dari dana IPO akan digunakan untuk melakukan setoran modal pada anak perusahaan, seperti PT Bumi Prima Konstruksi untuk pembelian alat berat dan PT Manyar Perkasa Mandiri untuk pembelian mesin produksi batching plant.
Penurunan suku bunga
Sementara itu, penurunan tingkat suku bunga pada tahun 2024 diprediksi akan meningkatkan aksi korporasi dengan penghimpunan dana di pasar modal. Head of Research Center Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger MM memperkirakan, Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga pada semester awal 2024. Kebijakan itu bisa dilakukan tanpa mengikuti kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
The Fed mengisyaratkan penurunan tingkat suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) pada 2024 atas dasar resiliensi ekonomi AS dan perkiraan tidak akan mengalami resesi (Kompas.id, 10/1/2024). Adapun waktu penurunan yang direncanakan pada awal Maret 2024 bisa mundur karena data pengangguran.
Bagaimanapun, proyeksi penurunan suku bunga menjadi sentimen positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), termasuk emiten sektor infrastruktur. ”Penurunan suku bunga bisa membuat kredit dipacu lebih tinggi dan daya beli naik lagi kalau suku bunga turun," kata Roger saat ditemui di Jakarta, Senin (8/1/2024).
Oleh karena itu, ia optimistis kinerja saham di sektor infrastruktur akan terus bertumbuh tahun ini. Saham di sektor ini beragam, tidak hanya terkait pembangunan dan penyediaan sarana bangunan dan transportasi, tetapi juga telekomunikasi, utilitas, hingga bidang usaha penyediaan energi.
Roger mengatakan, ia mengunggulkan saham-saham telekomunikasi dan infrastrukturnya, seperti XL Axiata Tbk (XCEL), Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), dan PT Telkom Indonesia (TLKM).
Perusahaan-perusahaan telekomunikasi menjadi menarik seiring dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Kelanjutan pembangunan IKN juga bisa mendongkrak aksi korporasi perusahaan konstruksi tahun ini, khususnya emiten badan usaha milik negara (BUMN).
”Mudah-mudahan IKN jalan terus, kemudian investor yang menanamkan modal di IKN tambah banyak, imbasnya, kontraktor-kontraktor BUMN bisa dapat nilai kontrak fantastis,” ujarnya.
Di sisi lain, ia meminta investor lebih berhati-hati berinvestasi di emiten BUMN konstruksi. Pasalnya, emiten BUMN di bidang konstruksi masih menghadapi masalah beban keuangan yang cukup berat, seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Masalah ini dapat menyeret sentimen emiten BUMN Karya lain yang masih memiliki kinerja keuangan cukup baik.