Ganjar dan Anies Prioritaskan Transportasi Logistik, Prabowo Tidak Hadir
Transportasi logistik dan angkutan kebutuhan pokok menjadi isu yang dipaparkan pasangan calon presiden dan wakilnya dalam Rapat Kerja Nasional Masyarakat Transportasi Indonesia. Hadir capres nomor urut 01 dan 03.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transportasi logistik dan angkutan kebutuhan pokok menjadi isu yang dipaparkan pasangan calon presiden dan wakilnya dalam Rapat Kerja Nasional Masyarakat Transportasi Indonesia di Jakarta. Selama ini, angkutan logistik masih dipandang sebelah mata sebab proporsi terbesar sektor transportasi masih berkutat pada transportasi umum.
Hadir calon presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo, yang kemudian dilanjutkan timnya dalam memaparkan visi-misi di bidang transportasi. Ganjar hadir memberikan kata pengantar. Sementara calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, hadir secara daring memaparkan visi dan misinya.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Adapun calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, ataupun wakilnya, Gibran Rakabuming Raka, berikut timnya tidak menunjukkan diri dalam dialog yang digelar Rabu (6/12/2023) malam di Jakarta.
Wakil Ketua Forum Angkutan Jalan dan Kereta Api Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Deddy Herlambang menilai para calon presiden sepakat mengangkat isu transportasi logistik. ”Jadi, biaya logistik itu memang sudah puluhan tahun mahal sekali. Ada dwelling time (waktu yang diperlukan bongkar muat peti kemas hingga meninggalkan pelabuhan), biaya transit mahal, biaya overhandling mahal. Belum lagi pungutan-pungutan liar di jalan,” ujar Deddy saat dihubungi, Kamis (7/12/2023).
Dalam pengantarnya, berkaca dari pengalamannya saat berkunjung ke Jerman, Ganjar menekankan pentingnya memperhatikan kesehatan sopir kendaraan. Hal ini erat kaitannya dengan keselamatan banyak orang, dengan memberikan waktu yang cukup bagi sopir untuk beristirahat.
Selain itu, konektivitas dan transportasi umum juga berperan penting. ”(Hal) yang saya impikan, masyarakat bisa bepergian dengan mudah menggunakan transportasi umum. Mungkin kendaraan pribadi makin kurang, pergi ke mana-mana aman dan nyaman,” ujarnya.
Terkait logistik, tim Ganjar Pranowo menekankan pentingnya efisiensi biaya serta perencanaan matang. Keduanya menjadi kunci menstabilkan harga bahan pokok.
”Tantangan terbesar negara kepulauan ini adalah supply chain di Indonesia agar rantai pasok dari hub and spoke ke seluruh provinsi tak mengakibatkan high cost of economy,” ujar Deputi Operasi 247 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Denon Prawiraatmaja.
Dalam visi-misinya, pasangan 03 ini menitikberatkan pada penataan rantai pasok terintegrasi. Mereka berencana mengintegrasikan peta jalan industri dan logistik nasional. Transportasi juga dikembangkan untuk mendukung distribusi nasional dan perdagangan internasional.
Sea Lines of Communication (SLOC), rute perhubungan laut antarpelabuhan, akan dioptimalkan bersamaan dengan pemanfaatan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Kedua jalur ini diharapkan dapat memaksimalkan jalur perdagangan internasional.
Selain itu, Ganjar dan Mahfud menargetkan penurunan dwelling time guna mengurangi biaya logistik. Tim ini berambisi menurunkan biaya logistik menjadi 15-17 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Adapun Anies dalam paparannya secara daring berpendapat bahwa biaya logistik di Indonesia masih tinggi. Aspek ini terus meningkat hingga mencapai 23,8 persen PDB. Akibatnya, ketimpangan ekonomi semakin besar.
Oleh karena itu, penurunan biaya logistik menjadi salah satu agenda strategis transportasi pemerintahannya kelak. Ia menargetkan skor Indeks Kinerja Logistik atau Logistics Performa Index (LPI) yang dikeluarkan Bank Dunia menjadi 3,5 pada 2029. Ia menargetkan biaya logistik terhadap PDB menjadi sebesar 16-18 persen pada tahun yang sama.
Saat ini, LPI Indonesia sebesar 3,0 pada 2023 sehingga Indonesia berada di urutan ke-63 dari 139 negara. Angka LPI itu turun dari 2018, yakni 3,15. Saat itu, Indonesia peringkat ke-46 dari 167 negara. Adapun LPI dihitung dengan skor 0-5,0, makin tinggi skor maka makin baik kinerja logistiknya.
Ia menjanjikan ada perubahan tarif tol angkutan logistik. ”Dari tarif tol kendaraan logistik berkali lipat lebih mahal dari kendaraan pribadi menjadi tarif tol yang lebih ekonomis bagi kendaraan logistik,” kata Anies.
Isu terpenting dari masalah ini pada distribusi barang-barang pokok.
Ia dan wakilnya, Muhaimin Iskandar, juga berencana mengintegrasikan sistem kereta api logistik yang saat ini tak terkonsolidasi. Aspek fisik masuk dalam solusi, antara lain memeratakan kualitas jalan tak berbayar ketimbang membangun jalan tol dan mengabaikan jalan daerah serta pengembangan infrastruktur pelabuhan berdaya saing.
Dalam diskusi tersebut, hanya TPN 01 dan 03 yang hadir untuk memaparkan visi-misi pengembangan sektor transportasi. Capres 02, Prabowo Subianto, beserta timnya berhalangan hadir. Hingga berita ini dipublikasi, TPN 02 tak merespons pesan yang dikirimkan Kompas terkait ketidakhadirannya.
Angkutan bahan pokok
Menurut Deddy, paparan Anies dan tim Ganjar dinilai berbeda meski mengangkat aspek distribusi logistik. Keduanya pun belum menyentuh persoalan logistik secara detail.
Deddy mengatakan, keduanya masih menjelaskan secara umum barang logistik. Padahal, isu terpenting dari masalah ini pada distribusi barang-barang pokok. Sebab, komoditas tersebut kerap memicu inflasi, bukan seperti barang komersial seperti elektronik.
Ia berharap, para pasangan capres dan cawapres mengupas isu distribusi logistik hingga ke konsumen. Selama ini, ketika barang-barang mahal akibat beragam hambatan pada alur distribusi logistik, konsumen sebagai pengguna terakhir (end user) yang dirugikan.
Strategi solusi juga dinanti. Salah satunya seperti yang pernah diusulkannya, seharusnya truk-truk pembawa barang sembako menerima subsidi pemerintah ketika melewati jalan tol. Alasannya, barang-barang itu bukan barang komersial, komoditas itu juga akan kembali ke masyarakat.
”Kalau (biaya masuk) jalan tol naik sesuai inflasi, sesuai regulasi pemerintah, maka truk-truk kalau lewat tol juga harganya (komoditas) akan terus naik. Harga bahan pokok kita tetap naik,” ujar Deddy.
Hal senada diutarakan akademisi Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti, Jakarta, Suripno. Masalah mendasar transportasi Indonesia adalah urusan logistik. Sebab, selama ini pemerintah cenderung lebih fokus pada transportasi orang dibandingkan barang.
”Kalau logistik, itu pengaruhnya pada perekonomian, karena (kalau) tak ditangani dengan baik, sistem logistik jadi mahal,” kata Suripno.
Transportasi barang Indonesia saat ini belum didukung dengan kelas jalan yang sesuai, bahkan tak ada penetapannya. Sebab, regulasi pemerintah saat ini tak kompatibel dengan kondisi lapangan. Akibatnya, angkutan barang bermuatan besar atau over dimension, over loading bermunculan, bahkan melintas di jalan-jalan sempit.