Potensi Produksi Gas Melimpah, SKK Migas Cari Pasar Baru
SKK Migas mencari pasar baru untuk menyerap potensi produksi gas di Jawa Timur yang melimpah. Potensi produksi atau ”lifting” 747 MMSCFD, tetapi baru terserap 560 MMSCFD.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS — Potensi produksi gas di Jawa Timur melimpah, tetapi penyerapannya belum maksimal. SKK Migas kini mencari pasar baru agar potensi produksi gas bisa terserap seluruhnya.
Salah satu pasar yang dibidik SKK Migas adalah industri di Batang dan Rembang, Jawa Tengah, dan sebagian kota pesisir di Jawa Barat. Kedua provinsi itu masih membutuhkan pasokan gas, tetapi terkendala infrastruktur berupa pipa penyaluran gas.
Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Nurwahidi, kepada wartawan di Gresik, Senin (27/11/2023), mengatakan, Jatim memiliki potensi produksi atau lifting 747 MMSCFD (million standard cubic feet per day atau juta standar kaki kubik per hari), tetapi baru terserap 560 MMSCFD.
Ini terjadi karena ada tiga lapangan eksporasi gas baru yang sudah dibuka. Sebelum ketiga lapangan gas itu dibuka, suplai gas masih 450 MMSCFD dari total permintaan 560 MMSCFD.
”Jadi setelah tiga lapangan dibuka, tahun lalu ada potensi produksi yang tinggi hingga mencapai 747, tetapi potensi produksi ini belum sepenuhnya bisa diserap pasar,” kata Nurwahidi.
Lebih lanjut, pihaknya kini mulai gencar mencari pasar baru. Sejumlah industri di Jatim yang semula menggunakan tenaga diesel ditawarkan untuk beralih ke gas. Cara ini mulai membuahkan hasil. Pada Agustus 2023 lalu, misalnya, jumlah penyerapan gas naik menjadi 600 MMSCFD, adapun pada Oktober meningkat menjadi 620 MMSCFD.
SKK Migas juga akan menyosialisasikan potensi itu ke pelaku industri di Jateng dan Jabar. Namun, sampai saat ini pihaknya masih menyiapkan infrastruktur untuk pengiriman gas ke dua provinsi itu. ”Pipa dari Jatim memang masih dalam proses, nanti akan melewati Kendal, Batang, dan sampai ke Cirebon di Jabar,” kata Nurwahidi.
Jadi, setelah tiga lapangan dibuka, tahun lalu ada potensi produksi yang tinggi hingga mencapai 747, tetapi potensi produksi ini belum sepenuhnya bisa diserap pasar.
Sampai saat ini, 75 persen serapan gas yang diproduksi SKK Migas Jatim Bali Nusa Tenggara masih didominasi industri-industri di Jatim. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebelumnya mengatakan, wilayah industri baru akan dibangun di tiga wilayah di Jatim, yakni Ngawi, Madiun, dan Nganjuk.
Ia meminta agar seluruh kawasan industri di Jatim baik yang kawasan industri lama maupun kawasan industri baru menggunakan gas yang diproduksi di Jatim karena produksinya melimpah. Gas ini menjadi alternatif yang lebih hemat dibandingkan solar atau batubara dan lebih ramah lingkungan.
Kawasan industri lain yang telah dibangun lebih dulu, seperti di Mojokerto, diharapkan bisa menyerap gas optimal. Nantinya, penyerapan yang optimal akan terus diiringi peningkatan produksi. Nurwahidi memastikan suplai gas akan tetap bisa melimpah karena ada beberapa lapangan gas baru yang siap dieksplorasi.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro menyampaikan, kontraktor Kontrak Kerja Sama Husky–CNOOC Madura Limited (HCML) saat ini tengah mengembangkan dua lapangan baru yang dijadwalkan beroperasi atau onstream pada tahun 2026 dan 2027. HCML merupakan operator dari Wilayah Kerja Madura Strait.
Vice President Operations dari HCML Perkasa Sinagabariang mengatakan, saat ini 100 persen gas yang diproduksikan HCML digunakan untuk mendukung kebutuhan pupuk, listrik, dan industri domestik. Hal ini sejalan dengan kebijakan SKK Migas dalam mengutamakan kebutuhan energi dalam negeri.
HCML memiliki tiga lapangan utama yang telah berproduksi, yaitu Lapangan BD, Lapangan 2M, dan Lapangan MAC. Produksi Lapangan BD didukung tiga fasilitas utama, yaitu anjungan sumur lepas pantai (offshore wellhead platform), gas metering station yang terletak di kota Pasuruan, dan fasilitas produksi terapung, penyimpanan, dan pembongkaran (floating production, storage and offloading).
”Kami berharap melalui tiga lapangan yang ada saat ini dapat mendorong pertumbuhan berbagai industri di Jatim dalam menyerap potensi suplai gas dari HCML,” ujar Perkasa.
Sebagai informasi, produksi puncak sales gas HCML saat ini sebesar 250 MMSCFD dan merupakan yang terbesar di Jatim dan Jateng.