Rumah Modern Berukuran Kecil Lebih Diminati
Generasi milenial dan Z diyakini lebih menyukai rumah ukuran kecil. Selain keuangan, mereka cenderung cari yang praktis.
Belum lama ini, muncul perbincangan viral di jagat maya terkait rumah-rumah mewah yang sulit terjual. Meski sudah dipasang tanda dijual, rumah-rumah berukuran besar itu tidak juga laku. Muncul anggapan, rumah besar semakin tidak dilirik generasi Z dan milenial yang mendominasi pasar perumahan.
Pemilik akun @MerrMagda, misalnya, dalam cuitan di X ( Twitter) tanggal 15 November 2023 menceritakan bahwa di perumahan mewah Cinere banyak rumah dengan tanda dijual, tetapi tidak laku-laku. Dia menduga rumah seperti itu dimiliki oleh generasi baby boomers yang menimbun real estat. Sekarang, anak-anaknya yang berasal dari generasi X menjualnya karena butuh uang, tetapi generasi Z tidak sanggup lantaran harganya belasan-puluhan miliar rupiah. Cuitan ini disukai 18.700 kali dan mendapat repost 4.948 kali.
Warganet lain yang ikut mengomentari cuitan itu adalah @edwintprast. Dia menyebutkan, di area Ciledug, pada tahun 1990–2000-an terdapat beberapa rumah dibangun seperti istana, tetapi sekarang rumah itu sepi dan kelihatan kusam serta tidak ditempati. Dia juga menyebut ada rumah yang dulu berukuran besar, lalu dibeli pengembang dan dipecah menjadi rumah kecil dalam kluster.
Generasi baby boomers merupakan generasi kelahiran 1946-1964, milenial lahir 1981-1995, dan generasi Z kelahiran 1996-2010.
Platform Rumah123 & 99.co mencatat pencarian rumah di kanal properti itu didominasi kalangan generasi milenial (48,02 persen), diikuti kalangan generasi Z (23,52 persen), generasi X (18,11 persen), dan baby boomers (10,35 persen). Generasi milenial dan gen Z cenderung lebih menyukai hunian ukuran kecil-sedang dan minimalis ketimbang rumah mewah berukuran luas.
Head of Research 99 Group Indonesia Marisa Jaya mengungkapkan, pilihan hunian sangat bergantung pada gaya hidup yang membuat konsumen menyesuaikan kebutuhan rumah dengan kemampuan finansial. Apalagi, kenaikan harga rumah cenderung lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penghasilan mereka.
”Generasi milenial dan generasi Z lebih memilih hunian berukuran kecil-sedang karena mengurusnya tidak terlalu sulit, tidak memakan waktu ataupun biaya perawatan yang besar,” ujarnya, Sabtu (18/11/2023), di Jakarta.
Rumah kecil berukuran 30–100 meter persegi (m2) saat ini lebih dibidik mayoritas pasar. Mereka juga menyukai hunian yang memiliki nilai tambah atau keunikan tersendiri, seperti hunian dengan fitur smart home, lokasi yang strategis dan terjangkau, serta kemudahan akses fasilitas publik dan transportasi umum yang menunjang aktivitas sehari-hari.
Per semester I (Januari-Juni) 2023, pencarian hunian berukuran 30–100 m2 mendominasi trafik di platform Rumah123 & 99.co, yakni hampir menembus 50 persen. Pencarian di segmen itu oleh generasi Z dan generasi milenial masing-masing sekitar 46 persen. Adapun porsi generasi Z yang meminati rumah berukuran 100–150 m2 sebanyak 15,54 persen dan generasi milenial 14,7 persen.Berbeda halnya dengan kalangan baby boomers yang mencatatkan proporsi lebih tinggi untuk pencarian hunian dengan ukuran besar, yakni di atas 100 m2. Generasi yang kini berusia 59–77 tahun itu cenderung memilih hunian berukuran besar karena pertimbangan kebutuhan ruang, simbol status sosial, dan pandangan terhadap rumah sebagai investasi jangka panjang.Biaya pengembangan, seperti harga lahan dan biaya konstruksi, yang terus meningkat, apalagi di kota-kota besar seperti Jabodetabek dan Surabaya, mendorong pengembang untuk membuat produk yang terjangkau pasar. Selama Januari-Oktober 2023, sesuai catatan riset 99.co, peminat properti dengan rentang harga di bawah Rp 400 juta di Indonesia sebesar 17,4 persen, properti seharga Rp 400 juta-Rp 1 miliar sebesar 27,8 persen, dan Rp 1 miliar-Rp 3 miliar sebesar 33,6 persen. Sementara itu, minat terhadap hunian dalam rentang harga yang lebih tinggi, seperti Rp 3 miliar–Rp 5 miliar, sebesar 9,8 persen dan di atas Rp 5 miliar sebanyak 11,4 persen.
Presiden Direktur PT ERA Indonesia Darmadi Darmawangsa berpendapat, tren pemasaran rumah, termasuk rumah seken, telah mengalami perubahan signifikan. Ia melihat adanya peningkatan minat konsumen pada rumah dengan desain modern, efisien energi, dan teknologi terintegrasi. Selain itu, lokasi tetap menjadi faktor kunci, dengan banyak konsumen mencari properti yang terintegrasi dengan fasilitas umum, transportasi, dan aksesibilitas yang baik.
”Pasar properti Indonesia semakin cerdas dan memiliki preferensi yang beragam. Harga yang wajar dan adil tetap menjadi pertimbangan utama. Namun, nilai tambah, seperti keamanan, fasilitas lingkungan, dan gaya hidup, juga semakin penting,” ujar Darmadi, yang juga duduk di Dewan Kehormatan Asosiasi Real Estat Broker Indonesia (AREBI), Kamis (23/11/2023), di Jakarta.
Banyaknya rumah seken dan mewah berukuran besar yang sulit terjual, sesuai cuitan di platform X, diduga disebabkan beberapa hal. Misalnya, perubahan tren gaya hidup masyarakat yang cenderung lebih memilih rumah lebih kecil dan efisien. Atau, harga properti tersebut kemungkinan kelewat tinggi.
”Kami selalu menganjurkan harga yang realistis dan sesuai dengan pasar untuk memastikan kesuksesan penjualan,” ucap Darmadi.
Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk Theresia Rustandi, saat dihubungi terpisah, membenarkan bahwa memang ada kecenderungan pergeseran selera properti dari generasi ke generasi. Generasi sekarang, seperti generasi Y dan Z, cenderung menginginkan semuanya serba praktis. Sebagian di antara mereka menginginkan ”rumah” sebagai tempat untuk istirahat dan ada tempat lain untuk aktualisasi diri ataupun kumpul dengan teman-teman. Sebagian di antara mereka juga tidak berpikir memiliki keluarga yang besar.
”Generasi Y dan Z juga suka pelesir,” katanya. Oleh karena itu, mereka cenderung menyukai rumah yang berukuran compact sehingga lebih praktis.
Berangkat dari pergeseran gaya hidup generasi ke generasi, pengembang juga harus mengikutinya. PT Intiland Development Tbk sudah melakukan riset pasar dan memperhatikan kemampuan finansial dari segmen pasar yang dituju. Ada dua proyek perusahaan yang disesuaikan dengan pergeseran gaya hidup masyarakat, yakni Green Bestari Park Cluster (Kawasan Berkembang Talaga Bestari, Tangerang) dan Talaga Bestari (Cikupa, Tangerang).
Wakil Ketua Umum DPP REI Bambang Ekajaya mengatakan, sejumlah pengembang memang kini mengikuti fenomena pergeseran selera gaya hidup generasi muda saat ini. Di Jakarta Barat, bahkan ada proyek rumah tapak berkonsep town house atau kompleks kecil yang jumlah rumahnya terbatas. Namanya Palm Garden. Akan tetapi, penjualannya tidak terlalu cepat meski bisa dibayar dengan kredit kepemilikan rumah (KPR).
Kendati ada fenomena pergeseran selera rumah di kalangan generasi muda, Bambang meyakini, rumah mewah yang memiliki luas 500 meter persegi lebih akan tetap ada. Sebab, di setiap generasi dipastikan akan tetap ada segmen konsumen crazy rich.
Baca juga: Rumah ”Compact” yang Semakin Berkembang
Rasional
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira berpendapat, generasi muda sekarang lebih rasional. Meski membeli properti rumah tapak bisa dicicil dengan KPR, mereka juga tetap akan memperhitungkan pendapatan yang masuk. Mereka juga mempertimbangkan biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yang kalau di kawasan premium, PBB rumah tapak bisa lebih mahal.
”Mereka (generasi Y dan Z) bisa menerima bahwa yang namanya ’rumah’ itu tidak harus rumah tapak, tetapi bisa apartemen yang lebih dekat dengan kantor. Mereka juga sadar bahwa kebutuhan hidup bukan hanya berupa rumah, tetapi pendidikan dan pensiun. Jika generasi yang lebih tua merasa rumah adalah aset, generasi sekarang sudah sadar bahwa aset berupa rumah pun bisa terdepresiasi sehingga mereka ragu mengambil rumah, seperti rumah di kawasan elite,” ujar Bhima.
Fenomena ini akan memengaruhi keseluruhan pertumbuhan industri rumah tapak, terutama yang berada di kawasan premium atau perkotaan. Sementara rumah tapak di daerah atau suburban tetap diminati. Banyak anak muda yang membeli rumah di daerah atau suburban, tetapi sebagian dijadikan tempat indekos mahasiswa atau karyawan sebagai pendapatan tambahan bagi mereka.
Baca juga: Komunitas yang Menginspirasi Rumah Impian