Upah Minimum dan Tren Anak Muda Ogah Jadi Pekerja Kantoran
Ada kecenderungan anak muda mencari pekerjaan sampingan untuk gaya hidup sembari mencari pengalaman kerja di bidang lain.
Oleh
MUHAMMAD FAJAR MARTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kami mengagendakan sejumlah artikel menarik untuk pembaca setia Kompas.id sepanjang hari ini. Salah satunya mengenai penetapan upah minimum yang hingga kini masih ramai diperbincangkan khalayak baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dalam artikel mengenai upah minimum kali ini, kami akan khusus membahas UMP di Jakarta dan mengaitkannya dengan risiko PHK di sektor manufaktur.
Untuk tahun 2024, upah minimum provinsi (UMP) Jakarta telah mencapai Rp 5 juta per bulan. Kenaikan ini tentu disambut baik oleh pekerja, namun di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengusaha, terutama di sektor manufaktur.
Pengusaha manufaktur khawatir bahwa kenaikan upah yang terlalu tinggi akan membuat mereka tidak mampu bersaing. Hal ini dapat menyebabkan mereka melakukan PHK atau bahkan memindahkan usahanya ke daerah lain yang memiliki upah yang lebih rendah.
Pada tahun 2022, tercatat sebanyak 1.600 perusahaan manufaktur di Jakarta telah melakukan PHK. PHK ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kenaikan harga bahan baku, persaingan yang semakin ketat, dan pandemi COVID-19.
Kenaikan upah minimum Jakarta dapat menambah tekanan bagi pengusaha manufaktur. Hal ini dapat membuat mereka semakin sulit untuk bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, perlu ada solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini.
Artikel menarik lainnya yang akan kami sajikan adalah krisis biaya hidup yang cenderung semakin parah. Saat ini, krisis biaya hidup melanda sebagian besar masyarakat kelas menengah ke bawah dunia. Life hacks atau berbagai strategi, praktik, dan tips hidup lebih efisien diterapkan agar kantong tak semakin bolong dan dompet tak cepat kosong. Life hacks, entah itu serius ataupun nyeleneh, bisa menjadi salah satu cara melawan inflasi.
Saat ini, krisis biaya hidup melanda sebagian besar masyarakat kelas menengah ke bawah dunia.
Salah satu penyebabnya adalah invasi Rusia di Ukraina pada 24 Februari 2022 telah memicu kenaikan harga pangan dan energi dunia. Negara-negara di Uni Eropa (UE) terkena imbasnya. Eurostat mencatat, rata-rata inflasi negara-negara di kawasan ekonomi negara maju tersebut mencapai 9,2 persen pada 2022.
Fenomena lainnya yang juga akan kami angkat adalah kecenderungan anak muda yang mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi gaya hidup sembari mencari pengalaman kerja di bidang lain. Ada pula anak muda yang banting setir, keluar kerja kantoran untuk full time freelancer. Pendapatannya justru lebih tinggi dibanding saat kerja kantoran dengan lingkungan kerja yang lebih mendukung.