Bank Digital Tawarkan Solusi Pengelolaan Keuangan kepada Masyarakat
Industri perbankan turut mengikuti tren digitalisasi dengan berbagai inovasi layanan keuangan. Terbaru, Astra Financial dan WeLab melalui Bank Jasa Jakarta meluncurkan produk bank digital, yakni Bank Saqu.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran bank digital beberapa waktu belakangan hendak memberikan solusi pengelolaan keuangan kepada masyarakat. Sebab, perbankan kini diharapkan tidak hanya sekadar memberikan layanan simpan-pinjam, melainkan juga pengalaman personal interaktif, seperti manajemen keuangan, investasi, dan layanan keuangan berbalut platform teknologi mutakhir.
Terbaru, Astra Financial dan WeLab melalui Bank Jasa Jakarta meluncurkan produk bank digital, yakni Bank Saqu, di Jakarta, Senin (20/11/2023). Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta Leo Koesmanto mengatakan, pihaknya ingin menangkap peluang pasar berupa anak muda yang memiliki pekerjaan sampingan (solopreneur) dan membutuhkan bantuan penganggaran (budgeting).
”Kalau dulu mungkin orang memisahkan uang mereka dengan amplop yang dibagi-bagi. Ini untuk renovasi rumah, ini untuk jajan, untuk anak sekolah. Nah, di zaman modern ini kami membuatnya dalam bentuk saku-saku agar orang tidak repot membuat banyak rekening,” katanya dalam peluncuran Bank Saqu.
Fitur saku atau pemisahan beberapa akun dalam satu rekening diharapkan dapat mempermudah nasabah dalam merencanakan keuangannya. Selain itu, fitur tersebut turut didukung oleh beragam fitur interaktif, seperti penawaran suku bunga deposito yang menarik, promo-promo transaksi, dan bantuan dalam mengelola keuangan.
Salah satu penerapannya adalah saat seseorang berencana hendak membeli rumah sekaligus mengelola pengeluarannya sehari-hari. Dengan adanya pembagian akun rekening tersebut, nasabah dipermudah untuk membagi pengeluarannya. Seperti halnya bank digital lainnya, Bank Saqu turut mengandalkan ceruk peluang dari ekosistem yang telah terbentuk sebelumnya, yakni Astra Finansial.
Namun, konsep serupa juga ditawarkan oleh bank digital lainnya dengan pangsa pasar tersendiri. Sebut saja Bank Raya Indonesia dengan fitur Saku Bisnis yang turut diberikan kepada nasabah yang akan mempermudah pelaku usaha untuk melakukan transfer ke sejumlah rekening sekaligus secara real time.
”Posisi kami saat ini ingin memperkuat kepemimpinan bisnis induk, terutama di sektor mikro karena masih banyak ceruk-ceruk yang belum digarap sepenuhnya oleh induk. Contohnya, di volume kecil, jangka pendek, dana talangan, kemudian di blue collar, baik di BRI Grupnya maupun para nasabah yang payroll-nya di BRI dan di Bank Raya,” katanya saat diwawancarai Kompas, di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Waktu itu pernah dapat promosi diskon tiket konser musik dari salah satu platform bank digital. Lumayan, jadi lebih murah.
Sebelumnya, bank digital yang sudah muncul ke publik adalah Bank Jago yang semula dikenal Bank Artos, Allo Bank sebagai hasil akuisisi CT Corp terhadap Bank Harda, SeaBank sebagai hasil akuisisi Sea Group terhadap Bank Kesejahteraan Ekonomi, dan Bank Neo Commerce sebagai transformasi dari Bank Yudha Bhakti. Bank pelat merah pun turut menyusul tren tersebut, seperti Hi-Bank milik PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI yang mengakuisisi PT Bank Mayora dan Bank Raya Indonesia, anak perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau sebelumnya dikenal PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk.
Studi Segara Institute 2023 tentang ”Solopreneur: Potensi Kekuatan Baru Ekonomi Indonesia” memperkirakan, akan ada sekitar 117 juta solopreneur di Indonesia pada 2030 yang akan berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 36 persen. Namun, mereka sering kali menghadapi tantangan seperti pendapatan yang tidak konsisten dan sulitnya mengelola keuangan.
Terkait dengan penggunaan layanan perbankan digital tersebut, Aris (27), karyawan swasta, mengatakan, fitur layanan bank digital tidak hanya membantu perencanaan keuangan, tetapi juga terdapat sejumlah promo-promo menarik. Salah satu penawaran menarik tersebut ialah potongan pembelian tiket konser musik.
”Waktu itu pernah dapat promosi diskon tiket konser musik dari salah satu platform bank digital. Lumayan, jadi lebih murah,” ujarnya saat ditemui di Jakarta.
Meski demikian, ada sebagian masyarakat yang masih menggunakan layanan perbankan konvensional yang terdigitalisasi. Menurut Lia (24), karyawan swasta, fitur-fitur perbankan konvensional dalam platform digital sudah cukup memenuhi kebutuhan layanan keuangannya.
Sasar generasi Z dan milenial
Potensi bagi bank digital untuk bertumbuh masih terbuka lebar. Salah satu indikator besarnya potensi tersebut tampak dari laporan Bank Indonesia (BI) mengenai nilai transaksi uang elektronik naik 10,34 persen secara tahunan menjadi Rp 116,54 triliun dan nilai transaksi digital banking yang tumbuh 12,83 persen secara tahunan menjadi Rp 15.148,71 triliun pada triwulan III- 2023.
Secara terpisah, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda berpendapat, faktor yang mendukung bertumbuhnya bank digital ialah populasi penduduk Indonesia yang mayoritasnya generasi Z dan generasi milenial yang sangat adaptif dengan teknologi.
”Penetrasi internet di Indonesia juga sangat masif lebih dari 80 persen dan konsumsi teknologi, termasuk di aspek keuangan. Kehadiran bank digital membuat pilihan masyarakat semakin banyak, termasuk dalam menghadirkan pembiayaan. Maka, masih banyak ruang bagi bank digital baru untuk masuk ke pasar di Indonesia, terlebih untuk segmen anak muda dan terdapat layanan paylater, peluang itu bisa dimanfaatkan," katanya saat dihubungi dari Jakarta.
Di samping itu, keberadaan bank digital baru turut membuat peta persaingan industri perbankan semakin menarik dan memberikan pilihan kepada masyarakat. Bukan hanya bank digital milik bank besar saja yang muncul, bank digital dari bank skala menengah juga semakin banyak bermunculan.
Menurut Nailul, terdapat dua hal yang menentukan ekosistem digital dan ekosistem perbankan. Sebagai bagian dari ekosistem digital, keamanan siber menjadi faktor yang menentukan keberlanjutan layanan perbankan.
”Penggunaan platform digital yang lebih banyak dan keamanan siber yang ketat akan jadi pemenangnya. Ekosistem perbankan menyangkut keandalan dan fasilitas perbankan yang bisa digunakan oleh akun bank digital,” tuturnya.