Indonesia-Australia Jajaki Kerja Sama Pengembangan Kendaraan Listrik
Kerja sama ini menjadi strategis mengingat Indonesia kaya cadangan nikel dan Australia merupakan produsen terbesar litium.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Australia tengah menjajaki peluang kerja sama pengembangan kendaraan listrik. Kerja sama ini menjadi strategis mengingat Indonesia kaya cadangan nikel dan Australia merupakan produsen terbesar litium. Ini merupakan bagian dari kerja sama ekonomi bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IA-CEPA.
Hal itu mengemuka dalam forum bisnis pengusaha Indonesia dengan Australia bertema ”Virtual Manufacturing and Electric Mobility”, di Jakarta, Jumat (10/11/2023). Forum bisnis yang diselenggarakan IA-CEPA Economic Cooperation Program (ECP) Katalis ini dihadiri oleh pengusaha di bidang kendaraan listrik dari Indonesia dan Australia. Adapun Katalis merupakan tim program pengembangan untuk mendorong segala potensi dari IA-CEPA.
Hadir memberikan kata sambutan pada acara itu, Adviser Indonesia Australian Business Council (IABC) Tim Stapleton, Direktur Katalis Paul Bartlett; Direktur Industri, Pariwisata, Ekonomi Kreatif Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Wahyu Wijayanto, dan Counsellor Economic and Trade Australian Embassy in Jakarta Simon Anderson.
Selain itu juga ada diskusi yang diselenggarakan secara hibrida. Adapun pembicara yang hadir adalah Market Integration Lead Adviser Katalis David Mitchell, Director Deloitte Nathan Jones; Ketua Forum Transportasi, Lingkungan, dan Energi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Indira Darmoyono, Managing Director ALVA Rainer Haryanto, Head of Product Electrum Andy Pratomo, founder produsen mobil listrik Australia merek Taleski, Cane Taleski; dan CEO produsen mobil listrik Australia merek NewCo Brent Dankesreither.
Nathan yang mempresentasikan laporannya berjudul ”Virtual Manufacturing in Indonesia: Opportunities for Australian Businesses” mengatakan, Indonesia adalah tempat yang paling tepat bagi pengusaha Australia untuk mengembangkan industri kendaraan listrik. Menurut dia, dibandingkan dengan Thailand dan Vietnam yang sama-sama mengembangkan industri kendaraan listrik, Indonesia punya lebih banyak keunggulan.
Keunggulan Indonesia dibandingkan dengan dua negara itu adalah Indonesia punya pasar domestik yang lebih besar dan terus bertumbuh. Dengan demikian, kapasitas produksi bisa sesuai dengan skala produksinya sehingga bisa lebih efisien. Selain itu, Pemerintah Indonesia mendorong pengembangan industrialisasi kendaraan listrik dengan berbagai kebijakan, seperti hilirisasi sumber daya alam, subsidi anggaran negara, dan insentif pajak.
Fortune Business Insight Electric Mobility Report 2022 menyebutkan, pasar mobil listrik global pada 2021-2028 memiliki rata-rata pertumbuhan tahunan hingga 27,2 persen. Pada 2022, pasarnya mencapai 279 miliar dollar AS dan pada 2028 pasarnya mencapai 1.507 miliar dollar AS.
”Peluang yang sangat besar ini bisa dicapai dengan mempererat kerja sama dengan mitra strategis yang tepat dengan keunggulan masing-masing,” ujar Nathan.
Andy yang mewakili perusahaan motor listrik dalam negeri, Electrum, mengatakan, kerja sama Indonesia dengan Australia ini sangat strategis. Ini mengingat Indonesia kaya cadangan nikel yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik. Di sisi lain, Australia juga dikenal sebagai produsen litium terbesar dunia.
”Ini membuat peluang kerja sama kedua negara sangat terbuka untuk saling mengembangkan industri kendaraan listrik,” kata Andy.
Cane Taleski yang mewakili merek mobil listrik Australia, Taleski, memandang Indonesia sebagai mitra strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Kebijakan Pemerintah Indonesia yang mendukung industrialisasi kendaraan listrik memberikan kepercayaan diri pengusaha Australia untuk berusaha di Tanah Air.
Indira mengatakan, harga satuan listrik di Indonesia lebih murah dari harga bahan bakar minyak (BBM). Berbeda dengan harga BBM yang fluktuatif dan cenderung naik, harga satuan listrik murah karena disubsidi secara konsisten oleh pemerintah. Hal ini, lanjut Indira, adalah titik keunggulan kendaraan listrik.
Perekonomian nasional
Menurut Wahyu, dalam jangka panjang, Indonesia punya rencana untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan lepas landas menjadi negara maju. Ini ingin dicapai pada 2045 atau genap 100 tahun kemerdekaan Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mendorong percepatan pertumbuhan industri yang diharapkan bisa berdampak pada makin melajunya pertumbuhan ekonomi. Harapannya kesejahteraan masyarakat meningkat sehingga tecermin dari ikut meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat.
Cara mendorong percepatan pertumbuhan industri itu salah satunya dengan hilirisasi sumber daya alam. Program hilirisasi yang tengah berjalan adalah pengolahan nikel menjadi bahan baku baterei sehingga bernilai tambah lebih besar. Ini bisa jadi peluang Indonesia untuk bisa masuk dalam rantai pasok global sehingga diharapkan bisa ikut mendorong perekonomian nasional.
Indonesia dan Asia Tenggara, menurut Simon Anderson, adalah salah satu mitra strategis Australia. Ini tak lepas dari kinerja pertumbuhan ekonomi di kawasan. Isu pengembangan kendaraan listrik jadi sangat menarik karena tidak hanya mendorong perekonomian kedua negara, tetapi juga bisa sejalan dengan rencana mempercepat program transisi energi.