Lewat Tony Blair, RI Incar Universitas Ternama Inggris Masuk IKN
Melalui kerja sama dengan Tony Blair Institute for Global Change, RI mengincar perguruan tinggi dan lembaga penelitian ternama asal Inggris untuk membangun pusat riset dan inovasi serta mengembangkan pendidikan di IKN.
Oleh
AGNES THEODORA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Otorita Ibu Kota Nusantara meneken perjanjian kerja sama dengan Tony Blair Institute untuk membangun pusat riset dan inovasi di lokasi ibu kota baru di Kalimantan Timur. Lewat kerja sama itu, Indonesia berharap bisa menarik perguruan tinggi dan lembaga penelitian ternama asal Inggris untuk berinvestasi di IKN.
Penandatanganan kerja sama (memorandum of understanding) antara Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dan Tony Blair Institute for Global Change (TBI) dilakukan di kantor Sekretariat OIKN di Jakarta, Rabu (18/10/2023). Kerja sama itu diresmikan setelah kedua pihak intens menjajaki pertemuan sebanyak lima kali dalam beberapa bulan terakhir.
Kerja sama itu menjadi titik tolak untuk mendirikan pusat riset dan pengembangan inovasi di sektor transisi energi, perubahan iklim, dan teknologi di IKN. Selain pusat studi dan riset, ada pula kerja sama untuk mengembangkan sektor pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan kota cerdas di IKN melalui studi banding dengan kota-kota masa depan dunia.
Hadir untuk meneken perjanjian itu Executive Chairman TBI Tony Blair, Kepala OIKN Bambang Susantono, Country Director TBI for Global Change Indonesia Shuhaela Haqim, dan Sekretaris OIKN Achmad Jaka Santos Adiwijaya.
Dalam ]sambutannya, Tony Blair yang sudah bekerja sama dengan pemerintah dari berbagai negara menilai, proyek pembangunan IKN adalah proyek yang ambisius. ”Ini adalah proyek yang indah, tetapi ambisius. Namun, ini hal yang wajar. Tidak ada gunanya pemerintah kalau tidak punya ambisi untuk membangun masa depan negaranya,” katanya.
Tony Blair Institute memutuskan mendukung pembangunan IKN karena melihat potensi yang besar dari proyek tersebut. Menurut Blair, IKN bukan sekadar urusan memindahkan lokasi ibu kota, melainkan menjadi simbol dunia yang terus berubah pesat dengan mengedepankan harmoni dengan lingkungan.
Hal itu, menurut Blair, tampak dari arah pembangunan kota cerdas di IKN dengan pusat riset dan inovasi terdepan untuk sektor-sektor ”masa depan” seperti transisi energi, perubahan iklim, dan teknologi digital. ”Proyek ini tidak hanya menawarkan sesuatu yang baru untuk Indonesia, tetapi dunia,” ujarnya.
Dengan ukuran proyek sebesar ini, kami membayangkan pasti nilai investasinya akan sangat signifikan.
Lewat kerja sama dengan Tony Blair, Indonesia mengincar perguruan tinggi dan lembaga penelitian ternama asal Inggris untuk berinvestasi di IKN. Bentuk kerja sama itu nanti bisa berupa antarbisnis, antarpemerintah, ataupun pemerintah ke bisnis. Namun, Achmad Jaka Santos menolak membuka nama-nama lembaga yang kerja samanya sedang dijajaki.
Selain mengincar perguruan tinggi asal Inggris, OIKN juga telah menerima letter of intent (LoI) atau dokumen pernyataan minat kerja sama dari Stanford Doerr School of Sustainability asal Amerika Serikat.
”Tony Blair Institute punya jaringan luas di seluruh dunia, terutama dengan lembaga pendidikan dan perguruan tinggi dengan pusat studi besar. Kami belum bisa sebut nama-namanya, tetapi sudah ada beberapa lembaga asal Inggris yang kita kejar untuk hadir di Nusantara,” kata Jaka.
Komitmen investasi
Untuk saat ini, proyek kerja sama pengembangan pusat studi di IKN itu belum membukukan komitmen investasi karena baru berupa tahap awal.
”Namanya investasi itu selalu ada kalkulasi. Jadi, kita tidak langsung bicara angka, yang penting kita tetapkan dulu bidang apa yang mau difokuskan, yaitu pendidikan dan penelitian. Kalau sudah bicara komitmen sekian triliun, tetapi ternyata tidak deliver, ya percuma,” tutur Jaka.
Shuhaela Haqim mengatakan, Tony Blair Institute juga telah menjalin kerja sama serupa dengan 36 negara lain. Indonesia dipilih sebagai mitra karena dianggap mampu mengeksekusi rencana pembangunan pusat riset itu dengan serius.
Meski demikian, serupa dengan Jaka, ia membenarkan, untuk saat ini belum ada hitung-hitungan nilai komitmen investasi yang berpotensi digandeng lewat Tony Blair Institute. Hal itu baru akan dibahas sesudah penandatanganan kerja sama.
”Kami pilih pemerintah yang memang punya tim untuk bisa deliver. Tidak semua negara bisa. Untuk nilai investasi, memang terlalu awal untuk kita bicara itu. Yang pasti dengan ukuran proyek sebesar ini, kami membayangkan pasti nilainya akan sangat signifikan,” kata Shuhaela.
Kami pilih pemerintah yang memang punya tim untuk bisa deliver. Tidak semua negara bisa.
Sementara itu, sesuai rencana, sejumlah perusahaan besar akan kembali melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) di IKN pada awal November 2023. Adapun tahap pertama groundbreaking oleh sejumlah perusahaan ternama dalam negeri sudah dimulai pada September 2023.
Menurut Juru Bicara OIKN Troy Pantouw, ada beberapa perusahaan di sektor kesehatan, pendidikan, hiburan (leisure), dan keuangan yang akan memulai fase awal pembangunan di IKN itu. Pemerintah menargetkan, setiap bulan ada peletakan batu pertama oleh investor yang sudah berkomitmen berinvestasi membangun IKN. ”Bisa ada sekitar (10 perusahaan). Nanti akan diumumkan pada tanggal 1 November apa-apa saja,” katanya.