Dari ”Wild Card” Inflasi hingga Penyelewengan Beras Bulog
El Nino bakal menjadi ”wild card” inflasi di kawasan ASEAN+3. Beras menjadi komoditas yang berandil besar terhadap inflasi. Sementara itu, Satgas Pangan Polri telah menangani 10 kasus dugaan penyalahgunaan beras Bulog.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
Lembaga Penelitian Makroekonomi ASEAN+3 menyebutkan El Nino menjadi wild card atau faktor penentu inflasi di kawasan ASEAN+3. Di Indonesia, kenaikan harga beras yang berandil paling besar terhadap inflasi tidak hanya akibat dampak El Nino, tetapi juga disebabkan ulah oknum yang menyelewengkan beras Perum Bulog.
Lembaga Penelitian Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO), Rabu (4/10/2023), merevisi naik proyeksi inflasi di kawasan ASEAN+3 serta pada 2023 dan 2024. ASEAN+3 merupakan negara-negara anggota ASEAN, serta Jepang, China, dan Korea Selatan.
Tingkat inflasi kawasan itu diperkirakan 6,5 persen pada 2023 dan 3,8 persen pada 2024. Perkiraan tersebut dinaikkan dari proyeksi inflasi pada Juli 2023, yakni 6,3 persen pada 2023 dan 3,4 persen pada 2024.
Namun, khusus Indonesia, AMRO justru menurunkan perkiraan inflasi pada 2023 menjadi 3,8 persen dari proyeksi Juli 2023 yang sebesar 3,9 persen. Adapun proyeksi inflasi Indonesia pada 2024 masih tetap sama dari proyeksi tiga bulan lalu, yakni 2,8 persen.
Khusus Indonesia, AMRO justru menurunkan perkiraan inflasi pada 2023 menjadi 3,8 persen dari proyeksi Juli 2023 yang sebesar 3,9 persen. Adapun proyeksi inflasi Indonesia pada 2024 masih tetap sama dari proyeksi tiga bulan lalu, yakni 2,8 persen.
Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor mengatakan, kenaikan harga pangan dan energi global dalam beberapa bulan terakhir telah memicu kekhawatiran terjadinya lonjakan harga komoditas. Lonjakan harga komoditas itu dapat berimbas pada kenaikan inflasi.
Kenaikan harga energi terutama dipicu Arab Saudi dan Rusia yang memperpanjang kebijakan pengurangan produksi minyak mentah hingga akhir 2023. Adapun di sektor pangan, kenaikan harganya disebabkan dampak El Nino.
”El Nino adalah wild card inflasi, terutama jika memicu pengetatan kebijakan perdagangan pangan utama, seperti beras. Dampak kenaikan harga komoditas terhadap inflasi ASEAN+3 akan lebih berat jika penguatan dollar AS terhadap mata uang kawasan terus berlanjut.” kata Khor.
Berdasarkan Statistik Harga Komoditas (Pink Sheet) Bank Dunia Edisi Oktober 2023, harga rata-rata beras pecah 5 persen dari Thailand dan Vietnam pada September 2023 masing-masing 620 dollar AS per ton dan 594,4 dollar AS per ton. Harga beras Thailand itu sudah naik 29,54 persen dan Vietnam 31,94 persen sejak akhir tahun lalu.
El Nino adalah wild card inflasi, terutama jika memicu pengetatan kebijakan perdagangan pangan utama, seperti beras. Dampak kenaikan harga komoditas terhadap inflasi ASEAN+3 akan lebih berat jika penguatan dollar AS terhadap mata uang kawasan terus berlanjut.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik mencatat, per September 2023 harga rata-rata beras secara nasional di tingkat eceran Rp 13.799 per kg. Harga tersebut naik 5,61 persen secara bulanan dan 18,44 secara tahunan.
Hal itu menjadikan beras sebagai komoditas penyumbang utama inflasi September 2023 yang sebesar 0,19 persen secara bulanan dan 2,28 persen secara tahunan. Andil beras terhadap inflasi bulanan dan tahunan itu masing-masing 0,18 persen dan 0,55 persen.
Kenaikan harga beras itu merupakan siklus musiman penurunan produksi setiap musim panen gadu. Namun, penurunan produksi pada tahun ini semakin besar karena kekeringan panjang akibat dampak El Nino. Kementerian Pertanian memperkirakan produksi beras yang hilang bisa mencapai 1,2 juta ton jika El Nino makin kuat.
Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan harga beras di pasar masih tinggi meskipun operasi pasar beras telah digulirkan. Faktor tersebut adalah penyelewengan beras Perum Bulog, yakni mengemas ulang beras Bulog kemudian dijual dengan harga lebih tinggi.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan, ada oknum-oknum yang mengganti kemasan beras Bulog dengan kemasan beras premium. Setelah itu, beras yang seharusnya dijual dengan harga terjangkau itu dijual kembali dengan harga lebih tinggi setara harga beras premium.
Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri telah mengambil sampel 11 jenis beras impor Bulog untuk dibandingkan dengan beras premium di ritel modern. Hasilnya, beras kemasan ulang itu ada yang identik dengan beras Impor Bulog.
Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi, Kamis (5/10/2023), mengatakan, telah meminta Satgas Pangan menegakkan hukum terkait kasus itu. Kasus itu juga tidak akan menyurutkan upaya pemerintah mengguyur pasar beras dengan beras Bulog untuk menurunkan harga komoditas pangan pokok tersebut.
”Untuk Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, misalnya, dari permintaan sekitar 8.000 ton, sudah kami penuhi sebanyak 5.500 ton,” katanya.
Sejak Januari 2023-5 Oktober 2023, Satgas Pangan telah menangani 10 kasus terkait hal itu dengan jumlah tersangka 10 orang.
Kepala Sub Satgas Ketersediaan Satgas Pangan Polri Komisaris Besar Hermawan mengatakan, Satgas Pangan telah menindaklanjuti temuan dan laporan terkait dengan dugaan pengoplosan dan ganti kemasan beras Bulog tersebut. Salah satu metode yang diterapkan adalah pengambilan dan perbandingan sampel beras Bulog dengan beras premium yang dijual ke konsumen.
Sejak Januari 2023 hingga 5 Oktober 2023, Satgas Pangan telah menangani 10 kasus terkait hal itu dengan jumlah tersangka 10 orang. Dari jumlah itu, delapan kasus pemberkasan hasil penyidikan sudah dinyatakan lengkap atau P21 dan beberapa di antaranya sudah masuk persidangan.
”Selama program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) masih berlangsung, kami akan terus mengawasi pendistribusian pangan, termasuk beras, yang digulirkan pemerintah dalam operasi pasar. Kami juga akan menindak tegas para oknum yang memanfaatkan situasi kenaikan harga beras demi keuntungan sendiri,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis.