JAKARTA, KOMPAS — Kumpulan modal ventura korporat milik badan usaha milik negara, yaitu Merah Putih Fund, berhasil mengumpulkan dana investasi putaran pertama sebesar 300 juta dollar AS. Pemerintah berharap semakin banyak badan usaha milik negara berpartisipasi dalam putaran pengumpulan dana investasi selanjutnya.
”Masing-masing modal ventura korporat milik badan usaha milik negara (BUMN) perlu disinergikan. Tujuannya agar mampu memberikan dampak yang lebih besar bagi ekosistem perusahaan rintisan bidang teknologi atau start up dalam negeri. Suntikan investasi yang akan dilakukan oleh Merah Putih Fund bersifat akselerasi bagi start up yang sedang menuju status unicorn,” ujar Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rosan Perkasa Roeslani, saat menghadiri acara Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund, Senin (4/9/2023), di Jakarta.
Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund dilakukan Mandiri Capital Indonesia (Bank Mandiri), MDI Ventures (Telkom), BRI Ventures (BRI), Telkomsel Mitra Inovasi (Telkomsel), dan BNI Ventures (BNI). Adanya perjanjian partisipasi menandai peresmian Merah Putih Fund. Dari 300 juta dollar AS dana investasi putaran pertama yang terkumpul itu, porsi yang paling besar berasal dari Telkom Grup.
Rosan menekankan agar Merah Putih Fund menjaga prinsip keterbukaan dan akuntabilitas selama proses menyuntikkan pendanaan kepada start up. Legalitas start up juga harus diutamakan.
”Sebelum berinvestasi, Merah Putih Fund harus melakukan analisis secara komprehensif bagaimana bottom line perusahaan yang akan memperoleh suntikan pendanaan. Jangan cuma mengejar nyaman,” kata Rosan.
Baca juga: Fenomena PHK ”Start Up” demi Tumbuh Lebih Rasional
Ketua Project Management Officer (PMO) Merah Putih Eddi Danusaputro mengakui dana investasi yang sudah terkumpul, yakni 300 juta dollar AS, relatif kecil. Maka, putaran pengumpulan dana selanjutnya diharapkan bisa meraup angka lebih besar. Apalagi, putaran pengumpulan dana selanjutnya akan melibatkan lebih banyak BUMN dan investor swasta, terutama dari dalam negeri.
Merah Putih Fund memberikan alternatif pendanaan start up dari berbagai sektor industri dan berada pada tahap akhir, terutama bagi start up yang siap melakukan ekspansi sebelum mencapai valuasi miliaran dolar atau start up yang masuk tahap pertumbuhan dengan valuasi melebihi 100 juta dollar AS . Seluruh tim pendiri start up merupakan warga negara Indonesia, kehadiran operasional yang signifikan di Indonesia, dan memiliki rencana exit (memaksimalkan keuntungan) yang tidak terbatas pada melantai di bursa efek Indonesia. Para start up yang nantinya menerima pendanaan bisa berkolaborasi dengan BUMN. Merah Putih Fund sedang melakukan inventarisasi calon start up.
Managing Partner Strategy and Transactions Ernst and Young Indonesia David Rimbo, yang ditemui secara terpisah, di Jakarta, berpendapat, aliran dana investasi masih tersedia bagi start up yang memiliki operasional berkelanjutan. Sejauh ini belum ada putaran suntikan investasi yang dibatalkan meski sampai sekarang masih terjadi tech winter.
Tech winter adalah kondisi kenaikan biaya modal yang memaksa investor memperketat seleksi investasi mereka untuk memaksimalkan pengembalian investasi dan menurunkan risiko. Peningkatan biaya modal ini karena faktor makroekonomi global yang tidak pasti.
”Di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia, perusahaan modal ventura sampai sekarang masih selektif. Maka, aliran pendanaan tetap terjadi kepada start up yang punya operasional berkelanjutan. Kondisi tech winter belum tahu kapan berakhir, tetapi saya rasa kondisi sekarang perlu dimanfaatkan oleh start up untuk terus memperbaiki diri agar profit,” ujar dia yang juga menjabat sebagai Founding Board Member Nexticorn Foundation.
Menurut dia, di tengah situasi tech winter bukan berarti peluang Indonesia mencetak start upunicorn (start up yang memiliki valuasi 1 miliar dollar AS menjadi tertutup. Sejumlah start up yang bergerak di sektor di luar e-dagang, seperti pertanian dan edukasi, memiliki pangsa pasar yang besar. Mereka, dia nilai, punya potensi menjadi unicorn selanjutnya.
Keberadaan Merah Putih Fund, lanjut David, akan berdampak positif bagi ekosistem start up di Indonesia. Gabungan perusahaan modal ventura korporat dari lima badan usaha milik negara (BUMN) ini bisa menjadi katalis bagi investor tetap percaya diri berinvestasi di Indonesia.
Baca juga: Instabilitas Ekonomi Menguji Daya Tahan Perusahaan Rintisan