Vietnam Ikut Gabung Sistem Pembayaran Terkoneksi ASEAN
Vietnam bergabung dengan Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina dalam kerja sama pembayaran regional. Kini, warga tiap negara bisa membayar di negara lainnya menggunakan sistem pembayaran negara asalnya.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vietnam resmi ikut bergabung dalam kerja sama pembayaran regional lintas negara Asia Tenggara menyusul lima negara lainnya, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina. Dengan demikian, warga setiap negara itu bisa melakukan pembayaran di negara lainnya dengan menggunakan sistem pembayaran dari negara asalnya.
Hal tersebut secara resmi ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MOU) sistem pembayaran regional yang terkoneksi (regional payment connectivity/RPC) sebagai bagian dari rangkaian acara Pertemuan Menteri-menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara Asia Tenggara (ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting/AFMGM) ke-2, Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Hadir pada kesempatan itu Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Deputi Gubernur State Bank of Vietnam Thanh Ha Pham, Gubernur Bank Negara Malaysia Rasheed Ghaffour, Deputi Gubernur Bank of Thailand Ronadol Numnonda, Deputi Gubernur Banko Sentral ng Pilipinas Francisco G Dakila, dan Deputy Managing Director Monetary Authority of Singapore Sing Chiong Leong.
Perry menjelaskan, kerja sama ini untuk menciptakan layanan sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, transparan, dan bisa lintas negara. ”Ini merupakan lompatan besar bagi kawasan ASEAN. Karena kita semua adalah keluarga besar yang satu dan terkoneksi satu sama lain,” ujar Perry.
Warga setiap negara bisa melakukan pembayaran di negara lainnya dengan menggunakan sistem pembayaran dari negara asalnya.
Deputi Gubernur State Bank of Vietnam Thanh Ha Pham menambahkan, seiring perkembangan teknologi dan makin pesatnya mobilitas warga negara ASEAN, maka perlu dikembangkan kerja sama sistem pembayaran yang memudahkan untuk menyelesaikan pembayaran. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan lalu lintas pariwisata dan kerja sama ekonomi kedua negara.
”Saya meyakini kerja sama ini memberikan manfaat yang sama bagi semua negara yang terlibat. Ini menciptakan sistem pembayaran yang mudah, murah, bisa diandalkan sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Ha Pham.
Baik Perry maupun Ha Pham menjelaskan, pada waktu mendatang, pihaknya berharap akan ada negara ASEAN lainnya yang bakal ikut bergabung dalam kerja sama RPC seperti Brunei Darussalam, Kamboja, dan Laos.
”ASEAN itu satu keluarga besar. Satu konektivitas. Episentrum pertumbuhan ekonomi dunia,” ujar Perry.
Kerja sama LCT
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan MOU Local Currency Transaction (LCT) antara BI, Bank Negara Malaysia, dan Bank of Thailand. Penandatanganan dilakukan Perry bersama Gubernur Bank Negara Malaysia Rasheed Ghaffour. Adapun Gubernur Bank of Thailand Sethaput Suthiwartnarueput melakukan penandatanganan di tempat terpisah dan disiarkan secara daring.
Perry menjelaskan, sebelumnya BI bersama Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand juga sudah menjalin kerja sama Local Currency Settlement (LCS). Kini kerja sama ini ditingkatkan menjadi LCT.
Perry melanjutkan, kerja sama LCS sebelumnya meliputi pembayaran dengan mata uang lokal setiap negara untuk transaksi perdagangan dan investasi. Selain itu, juga untuk pembayaran dengan mata uang lokal menggunakan sistem pembayaran setiap negara.
Kini, melalui LCT, kerja sama ditingkatkan juga untuk pembayaran transaksi pasar keuangan dengan mata uang lokal setiap negara. Transaksi pasar keuangan itu antara lain pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dan berbagai instrumen aset finansial pasar keuangan lainnya.
Rasheed mengatakan, peningkatan kerja sama ini diharapkan bisa meningkatkan kekuatan mata uang lokal setiap negara. Transaksi yang selama ini diselesaikan dengan mata uang dollar AS untuk transaksi pasar keuangan, kini bisa diselesaikan dengan mata uang lokal.
”Harapannya bisa mengurangi ketergantungan akan mata uang dollar AS sehingga menjaga stabilitas nilai tukar mata uang setiap negara,” ujar Rasheed.
Mengutip data BI, sejak awal tahun ini hingga Juli, nilai transaksi LCT telah mengurangi penggunaan mata uang dollar AS setara 3,7 miliar dollar AS. Ini berasal dari kerja sama LCT Indonesia dengan Malaysia, Thailand, Jepang, dan China.