Bank Sentral ASEAN Makin Kompak Soal Sistem Pembayaran dan Penggunaan Mata Uang Lokal
Ada dua penandatangan kerja sama antarbank sentral ASEAN. Pertama, mengenai kesepakatan penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal masing-masing negara. Kedua, sistem pembayaran regional yang terkoneksi.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank sentral di kawasan Asia Tenggara perkuat kerja sama dengan bersepakat menggunakan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi dan memperkuat sistem pembayaran antarnegara di kawasan. Ini untuk mendukung ASEAN sebagai satu ikatan kawasan yang kuat di tengah ketidakpastian global.
Dalam rangkaian acara pertemuan menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara Asia Tenggara atau ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) Ke-2 di Jakarta, Jumat (25/8/2023), dilaksanakan dua nota kesepahaman (MoU) antarbank sentral ASEAN.
Penandatanganan itu dilakukan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama Gubernur Bank Negara Malaysia Rasheed Ghaffour. Adapun Gubernur Bank of Thailand Sethaput Suthiwartnarueput melakukan tanda tangan itu di tempat terpisah dan disiarkan secara daring.
Perry menjelaskan, sebelumnya BI bersama Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand juga sudah menjalin kerja sama local currency settlement (LCS). Kini kerja sama ini ditingkatkan menjadi LCT.
Kerja sama LCS, lanjut Perry, sebelumnya meliputi pembayaran dengan mata uang lokal masing-masing negara untuk transaksi perdagangan dan investasi. Selain itu, juga untuk pembayaran dengan mata uang lokal menggunakan sistem pembayaran masing-masing negara.
Kini, melalui LCT, kerja sama ditingkatkan juga untuk pembayaran transaksi pasar keuangan dengan mata uang lokal masing-masing negara. Adapun transaksi pasar keuangan itu, antara lain, pembelian surat berharga negara (SBN) dan berbagai instrumen aset finansial pasar keuangan lainnya.
Rasheed mengatakan, dengan meningkatnya kerja sama ini, diharapkan bisa meningkatkan kekuatan mata uang lokal masing-masing negara. Transaksi yang selama ini diselesaikan dengan mata uang dollar AS untuk transaksi pasar keuangan kini bisa diselesaikan dengan mata uang lokal.
”Harapannya bisa mengurangi ketergantungan akan mata uang dollar AS sehingga menjaga stabilitas nilai tukar mata uang masing-masing negara,” ujar Rasheed.
Mengutip data BI, sejak awal tahun ini hingga Juli, nilai transaksi LCT telah mengurangi penggunaan mata uang dollar AS setara 3,7 miliar dollar AS. Ini berasal dari kerja sama LCT Indonesia dengan Malaysia, Thailand, Jepang, dan China.
Sistem pembayaran
Pada kesempatan yang sama, dilakukan pula penandatanganan sistem pembayaran regional yang terkoneksi (regional payment connectivity/RPC). Melalui kerja sama itu, Vietnam resmi ikut bergabung dalam kerja sama pembayaran regional lintas negara Asia Tenggara menyusul lima negara lainnya, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina. Dengan demikian, warga masing-masing negara bisa melakukan pembayaran di negara lainnya menggunakan sistem pembayaran dari negara asalnya.
Penandatanganan kerja sama itu dihadiri Gubernur BI Perry Warjiyo, Deputi Gubernur State Bank of Vietnam Thanh Ha Pham, Gubernur Bank Negara Malaysia Rasheed Ghaffour, Deputi Gubernur Bank of Thailand Ronadol Numnonda, Deputi Gubernur Banko Sentral ng Pilipinas Francisco G Dakila, dan Deputy Managing Director Monetary Authority of Singapore Sing Chiong Leong.
Perry menjelaskan, kerja sama ini untuk menciptakan layanan sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, transparan, dan bisa lintas negara. ”Ini merupakan lompatan besar bagi kawasan ASEAN karena kita semua adalah keluarga besar yang satu dan terkoneksi satu sama lain,” ujar Perry.
Deputi Gubernur State Bank of Vietnam Thanh Ha Pham menambahkan, seiring perkembangan teknologi dan makin pesatnya mobilitas warga negara ASEAN, maka perlu dikembangkan kerja sama sistem pembayaran yang memudahkan untuk menyelesaikan pembayaran.
Dengan kerja sama ini, lanjut Ha Pham, harapannya dapat meningkatkan lalu lintas pariwisata dan kerja sama ekonomi antarkedua negara.
”Saya meyakini kerja sama ini memberikan manfaat yang sama bagi semua negara yang terlibat. Ini menciptakan sistem pembayaran yang mudah, murah, dan bisa diandalkan sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Ha Pham.
Perry dan Ha Pham menjelaskan, pada waktu mendatang, pihaknya berharap akan ada negara ASEAN lainnya yang bakal ikut bergabung dalam kerja sama RPC, seperti Brunei Darussalam, Kamboja, dan Laos. Mengenai kapan negara-negara ini akan bergabung bergantung pada kesiapan otoritas di negara itu untuk meregulasi perusahaan penyedia jasa pembayaran.
”ASEAN itu satu keluarga besar. Satu konektivitas. Episentrum pertumbuhan ekonomi dunia,” ujar Perry.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan kerja sama antarbank sentral ASEAN karena hal itu memberikan manfaat yang sama bagi masing-masing negara.
Soal LCT, misalnya, lanjut Josua, penyelesaian transaksi perdagangan, investasi, hingga jual beli aset pasar keuangan antarnegara-negara itu kini bisa menggunakan mata uang lokal masing-masing negara. Sebelumnya, transaksi itu umumnya menggunakan mata uang dollar AS.
”Dengan menggunakan mata uang lokal masing-masing negara, maka ketergantungan akan penggunaan mata uang dollar AS pun berkurang. Stabilitas nilai tukar mata uang setiap negara bisa lebih terjaga,” ujar Josua.
Selain itu, mengenai kerja sama sistem pembayaran antar regional, lanjut Josua, bisa menciptakan solusi transaksi pembayaran yang cepat, mudah, dan murah. Dengan demikian, harapannya bisa meningkatkan aktivitas pariwisata dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setiap negara. Sebab, warga negara Indonesia, misalnya, bisa membeli suvenir UMKM di Thailand dengan menggunakan pindai QR.
Josua menambahkan, di tengah pelambatan ekonomi serta ketidakpastian ekonomi global, khususnya dipicu AS, Eropa, dan China, maka kawasan ASEAN bisa saling menjalin kerja sama satu sama lain di kawasan ini.
”AS, Eropa, China sedang mengalami siklus perlambatan. Kita bisa memperkuat kerja sama dengan ASEAN yang saling menguntungkan dan mendorong perekonomian satu sama lain,” ujar Josua.