Surplus neraca perdagangan menghasilkan tambahan devisa dalam cadangan devisa yang bisa digunakan BI untuk menjaga stabilitas nilai rupiah.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
TOTOK WIJAYANTO
Alat berat digunakan untuk menyimpan kontainer di area Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (2/3/2022). Ilustrasi kegiatan ekspor-impor.
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia atau BI memandang kelanjutan surplus neraca perdagangan pada Juli 2023 dapat membantu ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Surplus neraca perdagangan menghasilkan tambahan devisa ke dalam cadangan devisa yang bisa digunakan BI untuk intervensi pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari gejolak global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut pada Juli 2023 sebesar 1,31 miliar dollar AS. Capaian ini lebih rendah ketimbang surplus perdagangan pada Juni 2023 yang sebesar 3,45 miliar dollar AS. Surplus neraca perdagangan ini telah bertahan 39 bulan sejak Mei 2020.
”Bank Indonesia memandang perkembangan ini positif bagi upaya untuk terus menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono dalam keterangannya, Selasa (15/8/2023).
Ia menambahkan, ke depan, BI terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Surplus neraca perdagangan Juli 2023 terutama didorong oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Meskipun melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus 3,22 miliar dollar AS didukung oleh tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas sebesar 19,65 miliar dollar AS.
Kinerja ekspor nonmigas yang positif tersebut terutama bersumber dari peningkatan ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti nikel dan logam mulia, seiring dengan harga komoditas global yang masih tinggi. Kenaikan ekspor nonmigas juga tercatat pada produk manufaktur, seperti mesin dan perlengkapan elektrik, barang dari besi dan baja, serta berbagai produk kimia. Berdasarkan negara tujuan, kinerja ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan Jepang tetap baik dan menjadi kontributor utama terhadap total ekspor Indonesia.
Sementara itu, impor nonmigas tercatat meningkat pada seluruh golongan penggunaan barang sejalan dengan aktivitas ekonomi yang terus meningkat. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat dari 0,96 miliar dollar AS pada Juni 2023 menjadi 1,91 miliar dollar AS pada Juli 2023.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Neraca Perdagangan Juli 2023. Sumber: Bank Indonesia
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, pada Juli 2023, kinerja ekspor sejatinya menurun 18,03 persen secara tahunan. Namun, neraca perdagangan tetap surplus karena impor juga menurun 8,32 persen secara tahunan.
Dengan mencatat surplus neraca perdagangan, cadangan devisa Indonesia bisa meningkat. Sebab, surplus neraca perdagangan menghasilkan tambahan devisa ke dalam cadangan devisa. Adapun cadangan devisa bisa digunakan BI untuk intervensi pasar dengan membeli surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Ia menambahkan, cadangan devisa dan ketahanan eksternal Indonesia bisa diperkuat seiring dengan Peraturan Pemerintah 36/2023 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam. Dengan kebijakan ini, devisa hasil ekspor dari sektor sumber daya alam diwajibkan masuk ke sistem keuangan dalam negeri.
”Kebijakan ini diperkirakan berkontribusi pada pertambahan cadangan devisa sekitar 12 miliar-15 miliar dollar AS pada periode Agustus-Desember 2023 sehingga menopang stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Faisal.