Kendati tingkat kepemirsaan siaran televisi digital mulai mendekati jumlah sebelum migrasi penyiaran, belanja iklan ke televisi disebut belum pulih. Selain faktor migrasi, pemasangan iklan ditentukan situasi ekonomi.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat kepemirsaan siaran televisi digital secara nasional, sesuai pengukuran Nielsen Indonesia, berangsur-angsur pulih seperti sebelum terjadi migrasi penyiaran dari analog ke digital terestrial. Kendati demikian, membaiknya belanja iklan televisi masih menjadi tantangan.
Migrasi penyiaran dari analog ke digital terestrial atau analog switch off (ASO) merupakan program pemerintah. Realitasnya, pelaksanaan ASO berlangsung secara bertahap dimulai dari 11 kota besar yang biasa jadi pengukuran Nielsen Indonesia. Per 2 November 2022, ASO dilakukan di sekitar Jakarta. Lalu pada 2 Desember 2022 di Bandung, Semarang, sekitar Yogyakarta, Surakarta, Batam, dan Kepulauan Riau. Selanjutnya, per 20 Desember 2022 di Surabaya, 20 Maret 2023 sekitar Banjarmasin, serta 31 Maret 2023 di Palembang dan sekitar Denpasar.
Kemudian, pada 20 Juni 2023, ASO dilakukan di sekitarMakassar dan 30 Juli 2023 di sekitar Medan. Adapun 1 Agustus 2023 merupakan jadwal penerapan ASO mandiri secara nasional.
Direktur Client Lead Nielsen Indonesia Selly Cahyani mengatakan, populasi pemirsa televisi terestrial secara nasional mencapai 129,85 juta sebelum ASO atau tanggal 1 November 2022. Dari hasil pengukuran Nielsen Indonesia, per 31 Juli 2023, tingkat kepemirsaan siaran televisi digital mencapai 80 persen dari total populasi.
”Di kota-kota besar di Jawa yang biasa jadi rujukan pengukuran kami (sekitaran Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, dan Yogyakarta), tingkat kepemirsaan siaran televisi digital hampir 100 persen. Di kota utama yang biasa jadi pengukuran Nielsen di luar Jawa (Palembang, Medan, Denpasar, Banjarmasin, Makassar), tingkat kepemirsaannya menyentuh 77 persen,” ujarnya saat menghadiri diskusi ”Kaleidoskop Digitalisasi Penyiaran: Tren Penyiaran Pasca Analog Switch Off” yang berlangsung secara híbrida, Jumat (11/8/2023), di Jakarta. Diskusi ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kebijakan pemerintah terkait ASO menjadi sangat strategis meskipun pada saat bersamaan, penetrasi internet berada dalam fase pertumbuhan tinggi dan merata.
Saat ASO mandiri berlaku secara nasional tanggal 1 Agustus 2023, kata Selly, Nielsen Indonesia tidak melihat ada siaran televisi analog terestrial lagi. Ini terpantau lewat panel ukur yang Nielsen pasang di perangkat televisi rumah tangga yang jadi obyek pengukuran.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Janoe Arijanto berpendapat, alokasi belanja iklan masih dikuasai oleh televisi terestrial. Sekitar 60 persen terhadap total belanja iklan nasional diarahkan ke televisi terestrial. Dengan demikian, kebijakan pemerintah terkait ASO menjadi sangat strategis meskipun pada saat bersamaan, penetrasi internet berada dalam fase pertumbuhan tinggi dan merata. Masyarakat tidak tergantung dengan televisi terestrial karena mereka bisa mengakses hiburan lewat internet.
Pada semester I-2023 terjadi penurunan belanja iklan ke televisi terestrial. Namun, dia meyakini bahwa penyebabnya bukan hanya kebijakan ASO dari pemerintah. Sebab, tuntasnya migrasi penyiaran akan memancing pertumbuhan kanal-kanal siaran baru sehingga memberikan kesempatan munculnya segmen pemirsa baru. Jadi, pemasang iklan yang biasanya memasang iklan di televisi terestrial akan kembali.
”Masih ada beberapa faktor lain yang mendorong menurunnya belanja iklan. Beberapa kategori produk yang belanja iklannya naik pada saat pandemi Covid-19 naik, kini turun, seperti e-dagang. Sejumlah pengusaha cenderung berhati-hati dan khawatir terhadap adanya inflasi ataupun isu resesi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Syafril Nasution mengatakan, ASO merupakan keniscayaan. Teknologi penyiaran telah berganti menjadi digital. Lembaga penyiaran swasta yang menjadi anggota ATVSI telah siap menghadapi perubahan itu dengan membangun pemancar digital.
”Apa yang kami harapkan adalah keseimbangan regulasi bagi pelaku industri penyiaran dan internet. Porsi iklan di televisi terestrial memang masih besar, tetapi sebenarnya telah berkurang 40 persen. Pemasangan iklan di televisi terestrial cenderung diatur pemerintah, sedangkan di platform internet relatif bebas,” kata Syafril. Pada semester I-2023, pendapatan lembaga penyiaran dia sebut berkurang 40 persen.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo Wayan Toni Supriyanto mengatakan, setelah ASO tuntas, masih ada beberapa tindak lanjut teknis yang bertujuan meningkatkan kualitas servis siaran televisi digital. Langkah pertama yaitu penataan kanal multipleksing untuk meningkatkan jangkauan siaran. Beberapa minggu ke depan, lembaga penyiaran penyelenggara multipleksing akan menerapkan pemakaian kanal frekuensi secara permanen.
Pemasangan iklan di televisi terestrial cenderung diatur pemerintah, sedangkan di platform internet relatif bebas.
Langkah kedua yaitu pemerintah meneruskan peningkatan infrastruktur pemancar digital melalui lembaga penyiaran publik (LPP) TVRI. Jumlahnya berkisar 199 pemancar. Selain infrastruktur pemancar, akan ada pula pengembangan 29 studio digital dan sumber daya manusia di LPP TVRI.
”Jadi, TVRI tetap sebagai penyelenggara multipleksing sekaligus LPP,” kata Toni. Dia menyampaikan pula, Kemenkominfo berkomitmen untuk terus mempelajari dinamika industri penyiaran. Ini akan dipakai sebagai modal awal untuk menelurkan kebijakan yang tepat.