Kendati utang bertambah dari 5,1 miliar dollar AS per akhir Maret 2023 menjadi 7,89 miliar dollar AS per akhir Juni 2023, kinerja Garuda Indonesia berangsur membaik. IATA menyebut pemulihan penerbangan global menguat.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
Ekonomi Indonesia pada triwulan II-2023 tumbuh 5,17 persen. Dari sisi lapangan usaha, transportasi dan pergudangan tumbuh paling pesat, yakni 15,28 persen secara tahunan.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud, Senin (7/8/2023), menyatakan, pertumbuhan itu ditopang peningkatan mobilitas masyarakat dan kunjungan wisatawan mancanegara. Faktor lain adalah penyelenggaraan acara nasional dan internasional serta libur Lebaran dan sekolah.
”Angkutan udara tumbuh 32,88 persen berkat peningkatan jumlah penumpang seiring meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara hibrida di Jakarta.
Kondisi itu turut tecermin dalam PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang hampir genap setahun dinyatakan lolos dari pailit. Hal itu terjadi seusai perjanjian perdamaian (homologasi) atau hasil sidang penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) berkekuatan hukum tetap pada 26 September 2022.
Kendati utang bertambah dari 5,1 miliar dollar AS per akhir Maret 2023 menjadi 7,89 miliar dollar AS per akhir Juni 2023, kinerja Garuda berangsur-angsur membaik. Utang maskapai milik negara itu juga masih lebih rendah dari sebelum PKPU yang mencapai 10,11 miliar dollar AS.
Kendati utang bertambah dari 5,1 miliar dollar AS per akhir Maret 2023 menjadi 7,89 miliar dollar AS per akhir Juni 2023, kinerja Garuda berangsur-angsur membaik.
Sepanjang paruh pertama tahun ini, Garuda mampu menekan kerugian bersih sebesar 30,59 persen. Kerugian Garuda yang mencapai 110,03 juta dollar AS per akhir Maret 2023, susut menjadi 76,38 juta dollar AS per Juni 2023.
Hal itu tidak terlepas dari pendapatan usaha perseroan yang tumbuh 58,85 persen secara tahunan menjadi 1,39 miliar dollar AS pada semester I-2023. Pendapatan terbesar berasal dari penerbangan berjadwal yang sebesar 1,01 miliar dollar AS.
Garuda Indonesia perlahan mengepakkan kembali sayap-sayapnya berkompetisi dengan 25 maskapai lain di Indonesia. Sejumlah upaya digulirkan, mulai dari penambahan pesawat serta rute penerbangan domestik dan mancanegara hingga membidik pasar umrah di lima kota besar selain Jakarta.
Pada 2023, manajemen Garuda Indonesia menargetkan dapat mengoperasikan 63 pesawat. Hingga akhir Juli 2023, maskapai berkode emiten GIAA tersebut telah mengoperasikan 37 pesawat. Kemudian pada Agustus 2023, akan ada dua tambahan pesawat jenis Boeing 737-800 NG. Salah satunya telah tiba di Indonesia pada 4 Agustus 2023.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, Garuda memang berencana mendatangkan lima pesawat berbadan sempit (narrow body) pada 2023. Langkah itu dalam rangka mengoptimalkan peningkatan jumlah penumpang Garuda seiring meningkatnya aktivitas bepergian masyarakat pascapandemi.
”Satu pesawat sudah kami datangkan dan akan menyusul satu lagi pada bulan ini. Sisanya diperkirakan tiba di Jakarta pada September 2023,” ujarnya.
Menurut Irfan, pada triwulan III-2023, Garuda juga akan memperkuat jaringan penerbangan. Salah satunya akan membuka rute baru Denpasar-Sorong, Selain itu, Garuda juga akan meningkatkan frekuensi penerbangan untuk rute-rute favorit, yakni Denpasar, Surabaya, Singapura, Malang, dan Tanjung Pinang.
Langkah itu akan diselaraskan dengan upaya mengoptimalkan pangsa pasar umrah melalui rute penerbangan langsung ke tanah suci dari lima kota besar di Indonesia, yakni Banda Aceh, Yogyakarta, Makassar, Surabaya, dan Kertajati. Dua di antaranya, Makassar-Jeddah dan Kertajati-Jeddah, baru saja dibuka pada awal Agustus 2023.
”Pembukaan rute penerbangan umrah di Kertajati juga dalam rangka dukungan Garuda mengembangkan Bandara Kertajati di Majalengka sebagai hub penerbangan di Jawa Barat,” katanya.
Per akhir Maret 2023, GIAA juga telah menambah frekuensi 11 penerbangan internasional. Beberapa di antaranya Sydney-Jakarta, Haneda-Jakarta, Hong Kong-Jakarta, Sydney-Denpasar, Melbourne-Denpasar, Guangzhou-Jakarta, dan Amsterdam-Jakarta.
Penerbangan global
Dalam laporan terbarunya ”Air Passenger Market Analysis” edisi Juni 2023 yang dirilis pada Selasa (8/8/2023), Asosasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyebutkan, industri penerbangan global tengah berada pada jalur pemulihan yang kuat pada paruh pertama 2023. Pemulihan itu akan berlanjut hingga akhir tahun ini.
Per Juni 2023, trafik penumpang tumbuh 31 persen secara tahunan, mencapai 94,2 persen dari trafik penumpang pra-Covid-19. Trafik penumpang penerbangan domestik dan internasional masing-masing meningkat 27,2 persen dan 33,7 persen dibanding Juni 2022.
Asosasi Transportasi Udara Internasional menyebutkan, industri penerbangan global tengah berada pada jalur pemulihan yang kuat pada paruh pertama 2023.
Pertumbuhan trafik penumpang itu terjadi di semua kawasan. Pertumbuhan tertinggi berada di kawasan Asia-Pasifik, yakni 125,6 persen. Dua faktor utamanya adalah pembukaan kembali China serta pemulihan perjalanan dan penerbangan di negara-negara di Asia-Pasifik selama setahun terakhir.
”Hal itu menjadi kabar baik bagi industri penerbangan, ekonomi lokal, serta pelaku dan pekerja industri perjalanan dan pariwisata. Pemulihan ini diperkirakan terus berlanjut hingga paruh akhir tahun ini,” kata Direktur Jenderal IATA Willie Walsh.
Sementara itu, Irfan optimistis industri penerbangan di Indonesia akan semakin tumbuh hingga akhir tahun ini. Sejumlah acara internasional dan libur Natal-Tahun Baru menjadi penopang utama pertumbuhan itu.
Pada Januari-Juni 2023, jumlah penumpang pesawat milik Garuda Indonesia Group sebanyak 9.052.109 orang. Jumlah tersebut tumbuh 39 persen dibanding periode yang sama pada 2022 yang mencapai 6.516.555 orang.