Pemulihan Masih Dibayang-bayangi Keterbatasan Penerbangan
Pemulihan industri pariwisata tahun 2023 masih dibayang-bayangi tantangan keterbatasan kursi penerbangan.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor industri pariwisata diharapkan mampu menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Sejalan dengan pemulihan kunjungan dan pergerakan wisatawan, pemerintah berharap produk domestik bruto sektor ini bisa tumbuh lebih dari 4 persen pada tahun 2023. Kendati demikian, masih ada tantangan keterbatasan kursi penerbangan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga S Uno mengatakan, pemulihan industri pariwisata ditandai dari tingkat hunian kamar hotel yang mencapai 54,41 persen per November 2022. Pada libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 600.000–650.000 kunjungan sehingga membantu mendobrak target pemerintah yang sebesar 4,4 juta kunjungan. Data BPS menunjukkan, sepanjang 2022, jumlah kunjungan wisman tercatat 5,47 juta kunjungan.
”Usaha kita tahun 2023 harus dua kali lipat. Kami yakin pergerakan wisatawan bisa didorong melalui paket-paket wisata yang konkret,” ujar Sandiaga saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PHRI secara hibrida, Kamis (9/2/2023), di Jakarta.
Pergerakan wisatawan Nusantara ditargetkan mencapai batas atas 1,4 miliar pergerakan pada 2023. Pada tahun yang sama, target batas atas jumlah kunjungan wisman sebesar 7,4 juta kunjungan.
Laju produk domestik bruto (PDB) sektor pariwisata ditambah ekonomi kreatif pada tahun 2022 masih berada di bawah 4 persen. Adapun pada 2023, laju PDB ditargetkan mencapai 4,1 persen.
”Kami telah meluncurkan gerakan Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia. Tujuannya agar pariwisata kita bisa tumbuh di atas 4 persen,” katanya.
Sebagai gambaran, pada tahun 2017–2018, sektor industri pariwisata pernah tumbuh 13 persen. Periode sebelumnya, pertumbuhannya pernah sebesar 22 persen. Pencapaian ini melampaui rata-rata pertumbuhan industri pariwisata dunia yang sekitar 6,4 persen.
Pada acara yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sejumlah insentif kebijakan sudah disiapkan. Sebagai contoh, program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) tetap dijalankan, menarik investasi untuk kawasan ekonomi khusus pariwisata sebesar Rp 9,6 triliun, kemudahan izin penyelenggaraan acara, dan visa kedatangan secara elektronik. Lalu, pemerintah mengeluarkan kredit usaha rakyat pariwisata dengan bunga ringan 6 persen.
President ASEAN Tourism Associations Eddy Soemawilaga menyampaikan, tingkat pemulihan industri pariwisata Indonesia mencapai 34 persen. Ini merupakan pencapaian tertinggi di antara negara ASEAN.
Pemulihan itu sebagian besar didorong oleh pembukaan perbatasan sejak Mei 2022, lalu diikuti dengan pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada Januari 2023. Sebagian besar sumber kunjungan wisman berasal dari negara tetangga Indonesia, diikuti Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, India, dan China.
”Namun, dari negara-negara itu, Indonesia baru memiliki penerbangan langsung dari Singapura, Malaysia, Australia, Timor Leste, dan China. India yang termasuk pasar besar kita belum memiliki direct connectivity. Masih bergantung pada bandara hub,” ujarnya.
Menurut dia, sebesar 60 persen kedatangan wisatawan mengandalkan pesawat terbang, 23 persen transportasi laut, dan 16 persen angkutan darat.
Industri penerbangan saat ini masih menghadapi tantangan agar bisa mendukung pemulihan pariwisata. Rata-rata maskapai sekarang pun masih menggendong beban keuangan saat pandemi 2020–2021. Selama pandemi, 80 persen pesawat hanya parkir. Tantangan berikutnya adalah ketersediaan komponen pesawat yang tidak cepat tersedia. Dari 575 pesawat penerbangan berjadwal yang terdaftar per Desember 2022, baru 363 yang siap melayani.
Di luar itu masih ada tantangan harga avtur yang relatif tinggi. Di Indonesia, Eddy menyebut ada perbedaan harga avtur antarkota. Semakin menuju Indonesia bagian timur, harganya cenderung lebih mahal.
”Belum lagi ada isu kenaikan passenger service charge (PSC) di beberapa bandara. Pihak maskapai rata-rata sedang fokus mengatasi cashflow. Kami mengupayakan dialog dengan pemerintah, termasuk memberikan usulan solusi. Dua sarannya adalah ASEAN Pass (paket tiket pesawat dan hotel lingkup ASEAN) dan infrastruktur tangki avtur dimiliki negara, tetapi penyuplai bahan bakar dari beberapa perusahaan,” kata Eddy.