Ekspansi Tidak Merata, Pertumbuhan PDB Industri Diprediksi Stagnan
Sektor-sektor yang mengandalkan permintaan ekspor masih terkontraksi, khususnya pada triwulan II-2023, terutama jika dibandingkan dengan situasi prapandemi. Sektor itu antara lain tekstil dan alas kaki.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun sejumlah indeks menunjukkan industri pengolahan Indonesia tengah berekspansi sepanjang semester I-2023, kinerja ekspor justru melesu. Situasi ini menggambarkan, industri manufaktur berorientasi ekspor masih sulit berekspansi. Akibat aktivitas ekspansi yang tak merata, pertumbuhan produk domestik bruto pada industri pengolahan diperkirakan jalan di tempat.
Berdasarkan data yang diluncurkan Kementerian Perindustrian, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Indonesia pada Juni 2023 berada di posisi 53,93 poin atau meningkat 5,95 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan itu terjadi setelah nilai IKI menurun tiga bulan berturut-turut dari 52,32 poin pada Februari 2023 menjadi 51,87 poin pada Maret), 51,38 poin pada April, lalu 50,9 poin Mei. Pada Januari 2023, nilai IKI Indonesia tercatat 51,54 poin. Karena selalu berada di atas 50 poin, IKI sepanjang semester I-2023 menunjukkan industri pengolahan Tanah Air dalam zona ekspansif.
Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index/PMI) sektor manufaktur yang dipublikasikan S&P Global juga menunjukkan industri manufaktur Indonesia tengah berekspansi pada semester I-2023. Angka PMI Indonesia sepanjang Januari-Juni 2023 secara berturut-turut senilai 51,3 poin, 51,2 poin, 51,9 poin, 52,7 poin, 50,3 poin, dan 52,5 poin.
Di sisi lain, ekspor dan impor industri pengolahan pada periode yang sama justru cenderung melesu. Badan Pusat Statistik mencatat, nilai ekspor industri pengolahan pada semester I-2023 sebesar 91,47 miliar dollar AS atau merosot 10,19 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Impor bahan baku/penolong juga menurun 11,14 persen menjadi 80,06 miliar dollar AS. Kedua kelompok itu mendominasi nilai ekspor dan impor.
Menurut Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, data itu menunjukkan ekspansi industri pengolahan sepanjang semester I-2023 tidak merata di semua subsektor. ”Kinerja industri pengolahan yang berorientasi ekspor kemungkinan masih tertekan,” katanya saat dihubungi, Minggu (30/7/2023).
Dia menyebutkan, industri pengolahan yang berorientasi pasar dalam negeri, seperti sektor makanan-minuman, cenderung stabil karena tekanan pada permintaan tidak terlalu besar sepanjang semester I-2023. Faktor musiman seperti Ramadhan-Idul Fitri juga menopang kinerja industri dengan orientasi pasar dalam negeri.
Dengan situasi yang dihadapi industri pengolahan tersebut, dia memperkirakan, pertumbuhan PDB di sektor industri pengolahan masih berada pada rentang 4-4,5 persen per triwulan II-2023. Kontribusi industri manufaktur pada pertumbuhan PDB berkisar 16-20 persen. Angka optimal dapat dicapai apabila upaya pemerintah untuk mendorong pengolahan komoditas mentah berdampak signifikan pada ekspor produk bernilai tambah.
Berdasarkan lapangan usaha, industri pengolahan memiliki andil terbesar dalam pertumbuhan PDB. Per triwulan II-2022, pertumbuhan PDB industri pengolahan mencapai 4,01 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan kontribusi 17,34 persen. Adapun pertumbuhan PDB industri pada triwulan I-2023 sebesar 4,43 persen dengan kontribusi 18,57 persen.
Senada dengan Esther, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia sekaligus Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani menyatakan, tidak semua subsektor usaha dan industri mengalami ekspansi.
”Sektor-sektor yang mengandalkan permintaan ekspor masih terkontraksi, khususnya pada triwulan II-2023, terutama jika dibandingkan dengan situasi prapandemi. Sektor itu antara lain tekstil dan alas kaki. Di sisi lain, pada triwulan II-2023, kapasitas produksi sejumlah sektor meningkat karena peningkatan pasar domestik menguat yang diperoleh dari masa Ramadhan-Lebaran,” tuturnya.
Amunisi kebijakan, seperti penggunaan produk dalam negeri, standar nasional Indonesia, hilirisasi, dan tindakan pengamanan perdagangan ( safeguard) turut mendukung optimisme tersebut.
Di sisi lain, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menggarisbawahi sejumlah capaian industri pengolahan sepanjang semester I-2023, antara lain nilai investasi yang naik 17 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Industri pengolahan Tanah Air juga membuktikan daya tahannya pada Juni 2023 karena angka PMI berada di zona ekspansif, sedangkan 61,9 persen negara di dunia yang disurvei S&P Global tengah terkontraksi.
Oleh sebab itu, dia menilai, industri manufaktur Indonesia sedang berakselerasi secara positif. ”Secara sehat, industri tidak bisa dinilai dari kontribusi terhadap PDB karena sektor lain juga meningkat kinerjanya, misalnya pariwisata dan pertanian,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (28/7/2023).
Dia optimistis, kinerja positif industri pengolahan akan berlanjut pada semester II-2023 karena data IKI menunjukkan sejumlah sektor sedang dalam masa pemulihan menuju zona ekspansif. Amunisi kebijakan, seperti penggunaan produk dalam negeri, standar nasional Indonesia, hilirisasi, dan tindakan pengamanan perdagangan (safeguard) turut mendukung optimisme tersebut.