Mobilitas Masyarakat Meningkat, Lokapasar Gencarkan ”Omnichannel”
Perusahaan e-dagang, seperti Blibli, yang mulanya murni menyediakan layanan penjualan barang secara daring, kini semakin masif menguatkan bisnis ”omnichannel” atau berjualan secara daring dan luring.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendekatan penjualan daring ke luring dan sebaliknya atau omnichanneldinilai semakin sejalan dengan perilaku konsumen yang kembali aktif berbelanja secara luring tanpa meninggalkan kebiasaan belanja daring seusai pandemi Covid-19. Perusahaan lokapasar di Indonesia berusaha menerapkan pendekatan seperti itu secara masif.
PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola lokapasar Blibli, misalnya, mencatat kerugian bersih Rp 883,6 miliar pada triwulan I-2023. Angka itu turun 17 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya yang tercatat rugi Rp 1,07 triliun. Salah satu faktor pendorong turunnya rugi bersih adalah kenaikan pendapatan neto perusahaan sebesar 21 persen atau dari Rp 3,16 triliun pada triwulan I-2022 menjadi Rp 3,83 triliun pada triwulan I-2023.
Pendapatan neto Blibli pada triwulan I-2023 dipengaruhi oleh jumlah pengguna yang bertransaksi minimal sekali, rata-rata nilai pesanan, serta jumlah belanja per pengguna di segmen konsumen ritel dan institusi. Jumlah pengguna yang bertransaksi minimal sekali naik dari 1,6 juta pengguna menjadi 1,9 juta pengguna.
Selain itu, rata-rata nilai pesanan naik 95 persen, yakni dari Rp 842.245 menjadi Rp 1.643.425. Adapun jumlah belanja per pengguna di bisnis ritel dan institusi masing-masing naik 71 persen dan 7 persen secara tahunan.
Keinginan untuk mendalami bisnis omnichannel telah diutarakan oleh Blibli sejak beberapa tahun lalu. Pada tahun lalu, komposisi pendapatan Blibli di bisnis luring secara khusus melejit menjadi Rp 3.587 miliar seusai konsolidasi bisnis Ranch Market berjalan. Blibli mengakuisisi Ranch Market pada September 2021.
”Pada saat awal kami berdiri 12 tahun lalu, Blibli murni merupakan pemain e-dagang. Setelah 12 tahun, kami menyadari kebutuhan konsumen dan mitra dagang. Maka, kami pun harus berubah lebih baik dengan mentransformasikan diri menjadi satu ekosistem, bukan hanya hadir berjualan daring, tetapi juga luring,” ujar Co-Founder dan CEO PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) Kusumo Martanto, saat perayaan ulang tahun ke-12 Blibli di Jakarta, Selasa (18/7/2023).
Menjadi satu ekosistem omnichannel berarti sampai poin loyalitas lini usaha Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market pun diintegrasikan. Blibli berharap, upaya ini mampu menjadi nilai tambah pelanggan Blibli. ”Jika sebelumnya kami hanya melayani konsumen segmen ritel, kini kami melayani juga konsumen institusi,” ujarnya.
Alasan utama Blibli akhirnya tidak melulu berkecimpung di bisnis daring adalah mengikuti perilaku konsumen.
Dia mengeklaim, strategi omnichannel yang dipakai telah mampu menyediakan 90 persen kebutuhan konsumsi sehari-hari masyarakat, mulai dari mode sampai kebutuhan konser.
Chief Marketing Officer Blibli Edward K Suwignyo mengatakan, alasan utama Blibli akhirnya tidak melulu berkecimpung di bisnis daring, yaitu mengikuti perilaku konsumen. Ketika pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 berlangsung, masyarakat terpaksa dominan berbelanja secara daring. Seusai pandemi, kebiasaan masyarakat yang aktif berbelanja luring muncul lagi. Namun, mereka tidak meninggalkan begitu saja perilaku belanja secara daring.
”Kami ingin ikut di setiap perjalanan belanja konsumen. Pengalaman omnichannel yang kami tawarkan cukup seamless. Baik belanja luring maupun daring, konsumen bisa menemukan kategori barang yang sama dan bahkan dapat menggunakan fitur bayar kemudian (pay later) ketika belanja luring,” ujarnya.
Blibli telah meluncurkan fitur bayar kemudian bernama Blibli Tiket Paylater yang bekerja sama dengan penyedia layanan pinjam-meminjam berbasis teknologi informasi IndoDana.
Selama 12 tahun beroperasi, Edward menyampaikan ada beberapa kategori barang yang paling laku. Dari sisi kategori elektronik, barang yang paling banyak dibeli adalah ponsel pintar, televisi, dan airfryer. Sementara dari sisi barang kebutuhan pokok, kategori sayur dan buah, gula, serta beras paling laris.
Untuk ekosistem bisnis omnichannel, Blibli telah memiliki lebih dari 17.000 mitra toko luring yang mengadopsi Blibli in Store dan memfasilitasi pembayaran pay later. Jumlah gerai luring mencapai 142 unit dan titik click -collect barang mencapai 14.000 titik.
Head of Group/Online Business Samsung Indonesia Desny Tjung, yang hadir saat perayaan ulang tahun ke-12 Blibli, membenarkan adanya tren omnichannel. Di Indonesia, Samsung juga telah menerapkan strategi penjualan omnichannel.
”Kami membangun sistem penjualan daring di Indonesia mulai 2017. Sampai sekarang, sistem penjualan ini berjalan. Metode penjualan daring berjalan juga melalui kerja sama dengan lokapasar nasional,” ujar Desny. Samsung Indonesia memiliki official store di sejumlah platform lokapasar.
E-Commerce Director Danone Indonesia Audya Bisma berpendapat, saluran penjualan secara daring akan tetap selalu dicari oleh konsumen. Berdasarkan pengalaman Danone Indonesia, sejumlah konsumen berlatar belakang ibu punya anak membeli susu formula secara daring dan pengirimannya harus cepat. Saluran penjualan daring dianggap mampu mengatasi adanya kebutuhan di waktu mendadak, seperti susu formula.
Berdasarkan kertas kerja penelitian E-Commerce During Covid-19: Stylized Facts From 47 Economies yang dilakukan oleh National Bureau of Economic Research Amerika Serikat (Februari 2022), porsi belanja daring pada puncak pandemi meningkat lebih tinggi di negara-negara yang sektor e-dagangnya sudah lebih besar. Situasinya itu berbalik seiring dengan meredanya pandemi.
Porsi belanja daring pada puncak pandemi meningkat lebih tinggi di negara-negara yang sektor e-dagangnya sudah lebih besar. Situasinya itu berbalik seiring dengan meredanya pandemi.
Sementara di negara yang masih menerapkan pembatasan mobilitas yang tinggi cenderung terus memiliki penetrasi e-dagang yang lebih tinggi. Peningkatan transaksi e-dagang tampaknya bertahan lebih lama di beberapa bidang, terutama di restoran, kategori ritel tertentu, dan perawatan kesehatan (Kompas.id, 11/6/2022).
Pertumbuhan ekonomi internet di Asia Tenggara melambat setelah bertahun-tahun ekspansi. Ini menunjukkan, bahkan pasar digital yang sedang berkembang pun tidak kebal terhadap hambatan ekonomi. Menurut penelitian e-Conomy SEA 2022 dari Google, Temasek Holdings Pte, dan Bain & Co, belanja daring di wilayah Asia Tenggara akan meningkat sekitar 20 persen tahun ini menjadi 200 miliar dollar AS atau melambat 38 persen dari tahun sebelumnya (Kompas.id, 29/10/2022).