Perusahaan pengelola lokapasar Blibli.com, PT Global Digital Niaga, mendaftar untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Per 27 September 2022, ada 35 perusahaan berada pada ”pipeline” pencatatan saham.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Global Digital Niaga, perusahaan yang mengoperasikan lokapasar Blibli.com, telah mendaftar untuk dapat mencatatkan sahamnya ke Bursa Efek Indonesia. Meski sempat tertunda, proses masuk bursa ini terus berjalan.
”Blibli ini masuk pernyataan pendaftaran cukup lama, sempat tertunda untuk IPO (penawaran saham perdana). Namun, melihat beberapa waktu lalu, (Blibli) memasukkan (pendaftaran) lagi,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, pada jumpa pers OJK, Senin (3/10/2022).
Inarno belum dapat mengungkapkan berapa target dana yang dihimpun dari penawaran saham perdana tersebut. ”Berapa besarnya itu menunggu bookbuilding. Jadi, belum dapat ditentukan harga dan besarannya,” kata Inarno lagi.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan, sampai 27 September 2022, ada 35 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham. Sektor usaha perusahaan-perusahaan yang masuk pipeline tersebut sangat beragam. Paling banyak ada masing-masing enam calon dari sektor konsumer siklikal dan sektor kesehatan. Sisanya, ada dari sektor industri, transportasi, serta lima calon perusahaan tercatat dari sektor teknologi.
”Sebagai informasi, dari 35 calon perusahaan, tercatat terdapat perusahaan afiliasi BUMN,” kata Yetna. Dia melanjutkan, dari 35 calon perusahaan tercatat, ada yang bergerak pada bidang energi, teknologi, dan keuangan yang menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun.
Yetna belum mengisyaratkan bahwa salah satu calon perusahaan tercatat dengan target dana perolehan mencapai lebih dari Rp 1 triliun adalah Blibli.com. ”Berdasarkan jadwal yang disampaikan dari 35 calon perusahaan tercatat yang berada dalam pipeline pencatatan saham, target pencatatannya adalah tahun ini, tetapi tidak menutup kemungkinan ada beberapa perusahaan yang memerlukan penyesuaian dokumen sehingga memerlukan waktu,” kata Yetna lagi.
Ekspansi usaha
Sementara itu, kendati harga minyak kelapa sawit mentah cenderung turun belakangan ini, emiten perkebunan sawit PT Sumber Tani Agung Resources Tbk berekspansi dengan mengambil alih dua perusahaan perkebunan sawit. Pengambilalihan ini dilakukan melalui dua anak usahanya, yaitu PT Transpacific Agri Industry dan PT Madina Agrolestari.
Transaksi pengambilalihan dua perusahaan sawit tersebut memerlukan biaya Rp 306 miliar. ”Perjanjian jual beli saham bersyarat akuisisi 100 persen saham telah dilakukan dengan dua perusahaan pada 26 Agustus 2022 dari Sumatera Plantation Pte Ltd dan PT Bio Permai,” demikian penjelasan Direktur Utama Sumber Tani Moslfy Ang dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin (3/10/2022).
Dua perusahaan yang diambil alih adalah PT Hanuraba Sawit Kencana dan PT Sawit Agro Lestari. Seluruh saham Hanuraba dibeli dengan total harga Rp 256 miliar, sementara 100 persen saham Sawit Agro seharga Rp 50 miliar. Mosfy menjelaskan, pembelian kedua perusahaan itu tidak memberi dampak merugikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, ataupun kelangsungan usaha perusahaan.
Sepanjang triwulan III-2022 ini, harga minyak sawit mentah sudah turun 30 persen dari harga di awal tahun. Pada penutupan harga perdagangan akhir pekan lalu, harga minyak sawit mentah berada pada level 3.416 ringgit Malaysia per ton, turun 8,5 persen dalam satu pekan terakhir.
Beli aset
Selain Sumber Tani, PT Sarana Menara Nusantara Tbk juga menyelesaikan pembelian aset berupa fiber optik milik PT Alita Praya Mitra. Transaksi ini menelan biaya Rp 800 miliar. Sarana Menara membeli aset melalui anak usahanya, yakni PT BIT Teknologi Nusantara, anak usaha dari PT iForte Solusi Infotek yang melakukan bisnis fiber optik dan konektivitas.
Sekretaris Perusahaan Sarana Menara, Monalisa Irawan, dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia menjelaskan, transaksi ini bukan merupakan transaksi benturan kepentingan bagi Sarana Menara. Sebagian fiber optik ini digunakan untuk melayani pengoperasian menara telekomunikasi milik XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchinson di beberapa lokasi di Surabaya, Solo, Malang, dan Bali.