Potensi dan Pasar Gas Bumi Perlu Dipetakan dengan Cermat
Pemetaan potensi dan pasar penting untuk menentukan gas akan diolah menjadi apa. Hal itu perlu dihitung dengan cermat agar pemanfaatan gas bumi bisa lebih optimal.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati memiliki cadangan gas bumi melimpah, Indonesia belum bisa memanfaatkannya dengan optimal, salah satunya karena keterbatasan infrastruktur. Salah satu hal penting yang mendesak dilakukan ialah dilakukannya pemetaan potensi dan pasar gas bumi untuk menentukan langkah selanjutnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia menyimpan cadangan gas bumi terbukti sekitar 41,62 triliun kaki kubik (TCF). Namun, pengolahan dan pemanfaatan gas yang sudah diproduksi saat ini dinilai belum optimal dan masih terbatas karena berbagai hal. Salah satunya belum terbangunnya infrastruktur.
Akibatnya, penawaran dan permintaan (supply and demand) gas bumi untuk industri belum berjalan dengan baik. Jaringan gas rumah tangga (jargas) juga masih relatif kecil pemanfaatannya. Kebutuhan gas rumah tangga masih didominasi elpiji yang lebih dari 75 persen di antaranya mesti dipenuhi melalui importasi.
”Harus ada pemetaan potensi dan cadangan gas bumi, lalu pemetaan kebutuhan di daerah. Di beberapa tempat ada yang surplus, tetapi ada juga yang kekurangan,” kata pengamat migas sekaligus dosen teknik perminyakan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Topan Herianto, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (23/6/2023).
Pemetaan tersebut juga nantinya akan menentukan gas akan diolah menjadi apa. Apakah gas alam cair (liqufied natural gas/LNG), gas alam terkompresi (compressed natural gas/CNG), elpiji, atau memang diarahkan untuk langsung dijual untuk pembangkit listrik saja. Hal itu, kata Topan, mesti dihitung cermat.
Ia menambahkan, gas dangkal (shallow gas) juga bukan tak mungkin dikembangkan. ”Kalau memang potensi pasar bagus, bisa karena akan lebih ekonomis. Dengan lubang kecil, tak terlalu dalam, serta dananya lebih murah. Namun, ada risiko cepat habis sehingga kemudian harus bor lagi,” kata Topan.
Seiring dengan rencana pemerintah mengembangkan energi nuklir, Topan menilai, bisa saja jika nanti energi tersebut menggantikan gas untuk pembangkit listrik. Dengan demikian, gas bumi dapat diarahkan dan dioptimalkan untuk pasar lain di dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada 2022, porsi gas bumi untuk kebutuhan domestik mencapai 3.686 miliar british thermal unit per hari (BBTUD) atau 68 persen. Sementara sisanya, 1.759 BBTUD atau 32 persen, untuk ekspor. Pada tahun 2023, serapan domestik ditargetkan mencapai 3.881 BBTUD dan ekspor 1.912 BBTUD.
Terkait pemanfaatannya, pada 2022, sektor industri menjadi pengguna terbanyak dengan 1.611 BBTUD, lalu diikuti ekspor LNG 1.154 BBTUD, pupuk 692 BBTUD, kelistrikan 619 BBTUD, dan ekspor gas pipa 606 BBTUD. Adapun untuk LNG domestik 483 BBTUD, elpiji domestik 79 BBTUD, jargas 10,93 BBTUD, dan bahan bakar gas (BBG) 4,21 BBTUD.
Jaringan diperluas
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memperluas jaringan infrastruktur gas bumi ke sejumlah daerah agar penyerapan gas bumi di sentra-sentra industri semakin bertambah. Hal tersebut menjadi bagian dari upaya mendukung pertumbuhan industri nasional.
Berdasarkan data PGN, volume niaga gas bumi perusahaan itu terus meningkat dari 828 BBTUD pada 2020 menjadi 976 BBTUD pada triwulan I-2023. Adapun jumlah pelanggan industri meningkat dari 2.487 pelanggan pada 2020 menjadi 2.925 pelanggan pada triwulan I-2023.
Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz mengatakan, segmen industri masih akan menjadi penopang utama permintaan gas PGN. Pihaknya pun mendukung kebijakan pemerintah terkait harga gas khusus bagi industri dan kelistrikan. ”Diharapkan perekonomian nasional dapat tumbuh lebih cepat dan berkelanjutan,” ujarnya lewat siaran pers, Kamis (22/6/2023).
Sejak 2020, PGN menjalankan penugasan dari Kementerian ESDM terkait penyaluran harga gas khusus bagi industri tertentu (HGBT) ke industri dan pembangkit listrik. Sejumlah hal dilakukan PGN dalam meningkatkan kinerja dalam program itu, seperti inisiasi proyek LNG ritel dan pengembangan penyaluran gas via moda CNG.
”Pada 2022, industri mulai bergerak dan mobilitas masyarakat tinggi, terutama setelah dunia beradaptasi dengan normal baru. Hal ini membuat kebutuhan energi tumbuh pesat. PGN siap mendukung peningkatan jumlah pengguna dan volume gas bumi, terutama untuk sektor industri dan kelistrikan,” ujar Faris.