Perkembangan teknologi digital dan kemudahan dalam transaksi berhasil mempertahankan pasar mobil bekas. Penjualan mobil bekas masih menjanjikan meski menghadapi ”gempuran” penggunaan mobil listrik.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Penjualan mobil bekas berbahan bakar minyak masih menjanjikan di tengah perkembangan kendaraan listrik. Penyediaan akses ke layanan keuangan seperti kredit akan memastikan keberlangsungan pasar mobil bekas. Selain itu, semakin banyak mobil baru yang terjual, maka kian besar pula ketersediaan pasar mobil bekas.
Merujuk data Industry Research, lembaga penyedia hasil riset pasar industri, pangsa pasar global untuk mobil bekas pada 2022 sekitar 810,59 miliar dollar AS atau Rp 12.122 triliun. Jumlah itu diproyeksikan meningkat hingga 1.093 miliar dollar AS atau Rp 16.346 triliun pada 2028 dengan tingkat pertumbuhan 5,12 persen per tahun.
Senior Vice President Lending Moladin, lokapasar mobil bekas dan teknologi finansial di Indonesia, Mulyadi Tjung, mengatakan, penjualan mobil bekas masih menjanjikan meski di tengah ”gempuran” penggunaan kendaraan listrik. Sebab, perdagangan mobil bekas dipengaruhi tingkat penjualan mobil baru.
”Tren penjualan mobil baru terus meningkat. Di Indonesia, rata-rata mobil digunakan selama 10-15 tahun. Bila melihat hal tersebut, potensi pasar mobil bekas bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari penjualan mobil baru,” ujarnya dalam jumpa pers Moladin Finance Indonesia (Mofi) di Jakarta, Rabu (21/6/2023).
Mobil baru yang terjual suatu saat akan menjadi mobil bekas. Tren mobil bekas yang laris terjual cenderung sama dengan tingkat penjualan mobil baru. Saat ini, mobil bekas jenis low cost green car (LCGC) dan seven seater (berkursi tujuh) masih yang terlaris.
Selain itu, penjualan mobil bekas Moladin kini didukung lebih dari 6.000 diler dan 150.000 agen. Untuk memperkuat posisi sebagai lokapasar mobil bekas, kata Mulyadi, pihaknya juga menyediakan pembiayaan kredit melalui Mofi.
Kehadiran mobil listrik bisa mempengaruhi perdagangan mobil bekas, tetapi tidak signifikan. Sebab, pasar mobil bekas terdiri dari masyarakat yang hobi sehingga sudah mengincar jenis tertentu dan harganya yang murah ketimbang membeli baru.
”Pembiayaannya memiliki bunga yang kompetitif seperti layanan keuangan lainnya, tenornya mulai dari 12-48 bulan. Selain itu, pembiayaan bisa berlangsung 15 tahun sampai lunas,” ucapnya.
Chief of Government Relations and Public Affairs Moladin Hafif Assaf menambahkan, pembelian mobil bekas terus bertumbuh. Untuk mendukung hal tersebut, Mofi akan memperkuat layanan dari hulu hingga hilir ekosistem mobil bekas.
Lebih jauh, merespons kenaikan permintaan mengenai kendaraan listrik, pihaknya tengah mempertimbangkan pola penjualan mobil bekas listrik. Kendati begitu, masih perlu dipelajari mengenai operasional mobil listrik bekas, khususnya bagian baterai.
”Sudah ada arahnya untuk menuju ke sana (penjualan mobil listrik bekas). Namun, masih tahap eksplorasi metode dan potensi yang bisa dikolaborasikan dengan program pemerintah untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik,” tutur Hafif.
Secara terpisah, Chief Executive Officer (CEO) Carsome Indonesia Andrew Mawikere berpendapat, masyarakat Indonesia memiliki latar belakang yang beraneka ragam sehingga minat dan kebutuhan mobil bekasnya juga sangat beragam. Karena itu, potensi penjualan mobil bekas dengan kehadiran mobil listrik tidak dapat dipastikan.
Berdasarkan data Carsome, penjualan mobil bekas dari Oktober-Desember 2022 meningkat lebih dari lima kali lipat ketimbang tahun sebelumnya pada periode yang sama. Sebanyak 44 persen pelanggan membeli mobil bekas bertipe multipurpose vehicle (MPV).
”Penjualan mobil bekas kerap diwarnai isu pada proses transaksi yang berlapis-lapis sehingga menimbulkan kesulitan. Perkembangan teknologi yang pesat mampu menyiasati hal itu dengan cara menawarkan metode pembelian secara digital,” ungkap Andrew.
Adopsi teknologi digital semakin tinggi saat pandemi mereda, termasuk transaksi mobil bekas. Hal ini, lanjut dia, berhasil mempertahankan permintaan mobil bekas di Asia Tenggara.
Sementara itu, Kepala Pusat Inovasi dan Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menjelaskan, kehadiran mobil listrik bisa memengaruhi perdagangan mobil bekas, tetapi tidak signifikan. Sebab, pasar mobil bekas terdiri dari masyarakat yang hobi sehingga sudah mengincar jenis tertentu dan harganya yang murah ketimbang membeli baru.
Dengan demikian, pembeli mobil bekas akan menghindari mobil listrik karena masih mahal. ”Apalagi untuk pembeli mobil bekas karena hobi, pasti ada pasarnya tersendiri,” katanya.
Kehadiran perantara atau pihak ketiga, misalnya Moladin dan Carsome, mampu meningkatkan penjualan mobil bekas. Hal ini karena platform lokapasar menawarkan kemudahan dalam pemilihan unit mobil bekas, transaksi pembayaran, hingga jaminan pembelian.
Menurut Huda, faktor harga merupakan elemen penting bagi pasar mobil bekas. Apabila harga mobil baru semakin murah, maka permintaan mobil bekas dapat menurun. Sebab, masyarakat akan mempertimbangkan untuk membeli mobil baru ketimbang mobil bekas.