Dengan berada di dalam ekosistem digital, UMKM bisa mengakses pasar yang lebih luas dan alternatif pendanaan untuk meningkatkan kapasitas usaha.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah pandemi mereda, agar usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM kembali bangkit, mereka didorong untuk masuk dalam ekosistem digital. Dengan berada di dalam ekosistem digital, UMKM bisa mengakses pasar yang lebih luas dan alternatif pendanaan untuk meningkatkan kapasitas usaha.
Dalam acara Jakarta Kreatif Festival 2023 di Jakarta, Jumat (16/6/2023), Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari mengatakan, saat ini fokus kebijakan kementeriannya adalah terus mengawal dan mendorong UMKM untuk kembali bangkit pascadampak pandemi. Salah satu caranya dengan membawa UMKM masuk ke dalam ekosistem digital, baik memasarkan barangnya di kanal e-dagang maupun mencari alternatif pendanaan dari berbagai teknologi finansial.
Pada 2024, pemerintah menargetkan 30 juta UMKM masuk ke dalam ekosistem digital. Adapun saat ini sudah ada 22 juta UMKM yang tercatat berada di ekosistem digital.
Selain digitalisasi UMKM, upaya lain untuk mendorong kebangkitan UMKM adalah dengan membimbing mereka menembus pasar ekspor. Fiki menjelaskan, cara yang dilakukan antara lain memfasilitasi sertifikasi ekspor serta mempertemukan UMKM dengan calon pembeli dan lembaga pembiayaan yang fokus pada kegiatan ekspor.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta mengatakan, digitalisasi sistem pembayaran telah sangat membantu UMKM. Hal ini tecermin dari mayoritas merchant/pedagang pengguna metode pembayaran pindai cepat kode unik (Quick Response Code Indonesian Standard/QRIS) adalah pelaku UMKM.
Mengutip data BI, sampai dengan triwulan pertama tahun ini total nilai transaksi QRIS mencapai Rp 40,3 triliun yang berasal dari lebih dari 400 juta transaksi. Dari nilai tersebut, sebesar 82 persen dari volume transaksi berasal dari UMKM. Adapun 90 persen dari total merchant yang sebesar 26 juta adalah UMKM.
”Melalui pembayaran QRIS, pembeli bisa dengan mudah menyelesaikan transaksi pembayarannya. Ini merangsang penjualan yang pada akhirnya menguntungkan pedagang. Transaksi pun tercatat secara digital,” ujar Filianingsih.
Pariwisata
Filianingsih menambahkan, saat ini BI juga sudah menjalin kerja sama pembayaran QRIS lintas negara dengan bank sentral Thailand pada 2022. Artinya, wisatawan Thailand saat berbelanja suvenir di UMKM Indonesia cukup membayarnya dengan pindai QRIS. Mereka tak perlu menukarkan mata uang baht ke rupiah. Begitu juga sebaliknya untuk wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Thailand.
Setelah Thailand, saat ini Indonesia tengah memproses kerja sama serupa dengan Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan India. Dengan adanya QRIS antarnegara ini, lanjut Filianingsih, UMKM bisa memperluas pasarnya, yakni dengan menjaring wisatawan mancanegara yang tengah melancong ke Indonesia. Hambatan perbedaan mata uang bisa diselesaikan dengan teknologi digital.
Ditambahkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, selain menjaring pasar dari wisatawan mancanegara, UMKM juga bisa menjaring wisatawan domestik. Sandiaga menjelaskan, pihaknya terus mempromosikan kepada publik agar berwisata di dalam negeri saja. Sebab, ini berdampak positif tak hanya pada sektor pariwisata dan akomodasi, tetapi juga pelaku UMKM di tempat-tempat pariwisata.
”Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bisa lebih cepat pulih dan bangkit. Demikian juga UMKM,” ujar Sandiaga.