Lokapasar Tetap Berpeluang, TikTok Shop Dongkrak Kompetisi
Pascapembatasan sosial, lokapasar masih memiliki peluang meraup untung. Pada saat yang sama, kompetisi e-dagang makin marak, antara lain dengan kehadiran Tiktok Shop, bagian dari Tiktok.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perdagangan secara elektronik atau e-dagang masih mempunyai peluang bertumbuh di Asia Tenggara setelah pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 ditiadakan. Perusahaan platform e-dagang terus berinvestasi dalam logistik dan infrastruktur pembayaran. Tiktok, sebagai salah satu perusahaan platform media sosial, misalnya, membesarkan Tiktok Shop sehingga menambah kompetisi pada industri e-dagang.
Hal ini menjadi benang merah laporan Ecommerce in Southeast Asia (Juni 2023) yang dirilis oleh Momentum Works, firma riset dan venture builder, Kamis (15/6/2023).
Total pendapatan dari penjualan barang dan jasa di laman atau platform digital (gross merchandise value/GMV) pada sembilan platform di Asia Tenggara, sesuai laporan itu, mencapai sekitar 99,5 miliar dollar AS pada 2022. Jumlah ini tumbuh 1,8 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020 atau awal pandemi Covid-19. Pasar Indonesia menyumbang 52 persen dari total GMV kawasan Asia Tenggara.
Sembilan platform yang jadi sasaran penelitian Momentum Works ialah Shopee, Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Tiktok, Blibli, Tiki Vietnam, Amazon, dan Sendo.
E-dagang di Asia Tenggara kemungkinan besar akan tumbuh dalam lintasan yang sehat selama beberapa tahun mendatang. Pasar e-dagang akan tetap diisi oleh pemain global, regional, dan nasional.
”E-dagang di Asia Tenggara kemungkinan besar akan tumbuh dalam lintasan yang sehat selama beberapa tahun mendatang. Pasar e-dagang akan tetap diisi oleh pemain global, regional, dan nasional. Perusahaan lokapasar yang hanya fokus ke satu negara akan lebih banyak berkecimpung di ranah luring dan daring sekaligus atau omnichannel agar bertahan hidup,” ujar pendiri dan CEO Momentum Works (firma riset dan venture builder) Jianggan Li, dalam pernyataan pers, Kamis (15/6/2023), di Jakarta.
Menurut Li, pencabutan pembatasan sosial menyebabkan kembalinya belanja luring sehingga berdampak pada frekuensi pembelian daring. Selain itu, inflasi, kenaikan suku bunga, dan harga komoditas tidak hanya memengaruhi daya beli konsumen, tetapi juga memaksa banyak platform lokapasar memangkas investasi pemasaran dan operasional.
Bersamaan dengan tantangan itu, sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah di sejumlah negara ASEAN berinvestasi dalam pengembangan sistem pembayaran digital. Hal yang sama dilakukan oleh perusahaan teknologi. Sejumlah lokapasar juga giat berekspansi di gudang dan layanan logistik. Jenama-jenama pun terus bertumbuh aktif ke pemasaran daring.
Shopee, Lazada, dan Tokopedia, menurut laporan riset Momentum Works itu, tetap menjadi tiga lokapasar teratas di Asia Tenggara. Sementara Tiktok Shop, bagian dari Tiktok, dinilai telah berkembang menjadi pemain penting di pasar e-dagang di Asia Tenggara. Setelah tumbuh agresif di Indonesia, Tiktok Shop berekspansi ke lima negara lagi di Asia Tenggara pada tahun 2022 demi mengejar kenaikan GMV.
Secara terpisah, CEO Tiktok Shou Chew mengatakan, beberapa tahun lalu, konten yang diunggah di Tiktok cenderung bernuasa hiburan, seperti tarian. Sekarang, keragaman konten semakin terlihat, mulai dari edukasi hingga wirausaha.
”Kami berusaha menurunkan friksi agar jenama-jenama mudah masuk ke platform kami. Kami membangun Tiktok agar menjadi platform yang inklusif,” ujar Chew dalam konferensi pers Tiktok Southeast Asia Impact Forum.
Berdasarkan laporan The Tiktok Effect:Accelerating Southeast Asia’s Businesses, Education, and Community yang dirilis Tiktok, Kamis, Tiktok menyurvei 3.400 pengguna Tiktok di sembilan negara dan 25 pemimpin yang mewakili organisasi nirlaba. UKM yang disurvei berhasil meningkatkan pendapatan mereka hampir 50 persen melalui penjualan produk dan layanan mereka di Tiktok. Empat dari lima pebisnis beralih dari saluran pemasaran luring ke daring karena menggunakan Tiktok.
Lebih dari 80 persen kreator Tiktok yang disurvei menyatakan, mereka mengalami peningkatan pendapatan. Misalnya, melalui Tiktok Live dan sponsor dari jenama tertentu. Laporan yang sama menyebutkan, 94 persen pebisnis yang disurvei menggunakan Tiktok sebagai platform untuk menambah penjualan.
Di Asia Tenggara, terdapat lebih dari 325 juta pengguna aktif Tiktok setiap bulan dan 125 juta di antaranya ada di Indonesia. Jumlah pebisnis di Asia Tenggara yang menggunakan Tiktok mencapai 15 juta dan 5 juta di antaranya dari Indonesia.
Di Asia Tenggara terdapat lebih dari 325 juta pengguna aktif Tiktok setiap bulan dan 125 juta di antaranya ada di Indonesia. Jumlah pebisnis di Asia Tenggara yang menggunakan Tiktok mencapai 15 juta dan 5 juta di antaranya dari Indonesia.
”Saya telah bertemu dengan perwakilan Pemerintah Indonesia, seperti dari Kementerian Perdagangan. Kami berkomitmen berinvestasi di kawasan Asia Tenggara ataupun Indonesia secara proporsional,” ujarnya.
Sebanyak 12,2 juta dollar AS grant disediakan oleh Tiktok untuk membantu UKM di Asia Tenggara. Investasi ini terdiri dari hibah tunai, pelatihan keterampilan digital, dan kredit iklan untuk UKM di daerah perdesaan dan pinggiran kota.
Dini Nurul Islami, pemilik akun Tiktok @dininrli, merupakan salah satu pelaku usaha kecil yang terbilang sukses memanfaatkan platform itu untuk e-dagang. Warga Tasikmalaya, Jawa Barat, ini menjadi kreator sekaligus affiliate (orang yang mempromosikan produk/layanan) di Tiktok sejak 2021. Mulanya, dia hanya berjualan kue kering Lebaran dan baju di Tiktok Shop, tetapi sepi.
Kemudian, Dini memutuskan fokus menjadi affiliate untuk produk earphone sampai sekarang. Dia menjadi satu-satunya perempuan yang bisa dikatakan berhasil berjualan earphone di Tiktok Shop.
”Saya cuma berjualan di Tiktok Shop. Saya tidak memiliki produk sendiri karena saya memang affiliate dan mengambil komisi dari produk yang saya promosikan. Saat ini, saya dibantu tujuh orang karyawan,” katanya.
Sehari-hari, lanjut Dini, dia sebenarnya merupakan ibu rumah tangga. Terjun ke Tiktok Shop, ia akui telah mengangkat ekonomi keluarganya.
”Omzet per bulan bisa mencapai tiga digit (ratusan juta). Setiap hari kami biasa live mulai dari pukul 05.00 hingga pukul 21.00. Apabila berjualan di Tiktok, tantangannya yaitu ada penonton jahil suka merekam, harus konsisten, dan inovatif karena sistem kerja platform kadang suka berubah,” ujar Dini.