Wapres: Kerja Sama ASEAN Perlu Diperkokoh untuk Atasi Ketimpangan Digital
Sebagai organisasi terkemuka di kawasan Asia Pasifik, ASEAN memiliki visi menjadi episentrum pertumbuhan global. Integrasi ekonomi ASEAN ini tidak terlepas dari kebutuhan untuk mentransformasi menjadi kawasan digital.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hadir secara virtual di sesi Leader’s Insight Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia atau FEKDI 2023, Wakil Presiden Ma’ruf Amin memaparkan strategi digitalisasi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kerja sama ASEAN perlu diarahkan untuk memperkokoh ekonomi dan keuangan digital.
FEKDI 2023 menjadi bagian dari rangkaian acara Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 yang digelar oleh Bank Indonesia bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (10/5/2023). ”Ketimpangan digital yang masih terjadi di ASEAN menjadi salah satu isu yang perlu segera diatasi bersama oleh negara anggota ASEAN,” ujar Wapres Amin.
Integrasi ekonomi ASEAN ini tidak mungkin terlepas dari kebutuhan untuk mentransformasi ASEAN menjadi kawasan digital.
Sebagai organisasi terkemuka di kawasan Asia Pasifik, ASEAN memiliki visi menjadi episentrum pertumbuhan global. Integrasi ekonomi ASEAN ini tidak mungkin terlepas dari kebutuhan untuk mentransformasi ASEAN menjadi kawasan digital.
”Demi meraup sebanyak-banyaknya manfaat dari digitalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan, seperti peningkatan peluang bisnis, peningkatan kualitas produk dan jasa, peningkatan produktivitas dan efisiensi, serta peningkatan daya saing,” tambah Wapres Amin.
Di dalam negeri, upaya pengembangan ekonomi dan keuangan digital, antara lain, diwujudkan dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur digital. Selain itu, pemerintah membentuk peraturan perundang-undangan yang menunjang pembangunan digital, termasuk Peta Jalan Indonesia Digital 2021-2024.
Wapres Amin menegaskan, Pemerintah Indonesia menyadari sektor digital adalah sebuah struktur yang kompleks, berubah dengan cepat, dan kerap memunculkan isu-isu baru. Oleh sebab itu, sumber daya manusia dan ahli-ahli digital harus terus lahir untuk mengimbangi perkembangan tersebut.
Ratusan juta penduduk Indonesia telah menjadi pengguna aktif internet. Edukasi tentang penggunaan internet untuk kemajuan pribadi, masyarakat, dan negara menjadi penting. ”Saya berharap seluruh K/L (kementerian/lembaga) terkait dapat ambil bagian dalam tugas ini. Saya juga berharap kerja sama ASEAN akan memunculkan talenta digital di setiap negara ASEAN,” tambah Wapres.
Menyongsong era penggunaan kecerdasan buatan, Pemerintah Indonesia juga terus mengkaji dan mengamati perkembangan domestik dan global. Untuk menghasilkan kebijakan yang efektif di bidang ini, pemerintah berkolaborasi erat dengan dunia industri, ekonom, akademisi, ilmuwan, serta masyarakat.
Wapres Amin menambahkan, pandemi Covid-19 juga telah menjadi katalisator transformasi digital yang telah mendisrupsi hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk bidang ekonomi dan transaksi keuangan. Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), produk dan layanan keuangan digital terbukti efektif membantu masyarakat.
Ketidakleluasaan pergerakan fisik saat pandemi menjadikan masyarakat bergeser dari pola transaksi keuangan konvensional ke digital yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja melalui gawai dengan koneksi internet. Menyadari keunggulan dari sektor keuangan digital, minat masyarakat terhadap layanan ini terus tumbuh.
Pandemi Covid-19 juga telah menjadi katalisator transformasi digital yang telah mendisrupsi hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk bidang ekonomi.
Hal ini menjadi peluang dan tantangan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk membentuk ekosistem keuangan digital yang efektif, inovatif, inklusif, serta berkelanjutan dan aman.
”Ke depan, aksesibilitas dan keterjangkauan layanan keuangan digital perlu diperluas hingga menjangkau masyarakat di seluruh pelosok Tanah Air demi meningkatkan inklusi keuangan yang akan mendorong pemulihan ekonomi nasional yang kokoh, berkelanjutan, dan lebih merata,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin melaporkan perkembangan ekonomi digital Indonesia. Pada 2022, nilai ekonomi digital mencapai 77 miliar dollar AS atau tumbuh 22 persen dari tahun sebelumnya.
Rudy mengungkapkan, angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai pemain utama ekonomi digital di regional dan menguasai lebih dari 40 persen pangsa ASEAN. Nilai tersebut diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi 130 miliar dollar AS pada 2025 dan akan terus naik hingga mencapai 360 miliar dollar AS pada 2030.
Hal ini menunjukkan peran penting inovasi dan teknologi dalam membantu menjaga daya saing dan juga ketahanan perekonomian nasional. ”Percepatan pengembangan inovasi dan teknologi akhirnya menuntun kita pada momentum transformasi ekonomi dan keuangan digital yang merupakan elemen kunci dalam upaya pemulihan pascapandemi,” ucap Rudy.