Keyakinan konsumen masih kuat. Ini jadi modal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan kedua tahun ini.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pekerja sedang menata buah-buahan di Foodmart, Plaza Semanggi, Setiabudi, Jakarta, Senin (6/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat konsumsi masyarakat tercatat masih kuat. Konsumsi masyarakat yang kuat ini akan menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua tahun ini.
Tingkat konsumsi masyarakat yang kuat ini tercermin dari tingginya keyakinan konsumen. Mengutip Survei Konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada April 2023 berada pada level 126,1, meningkat dibandingkan dengan bulan Maret 2023 yang sebesar 123,3. Nilai indeks di atas 100 berarti konsumen optimistis, sementara di bawah 100 berarti sebaliknya.
Keyakinan konsumen itu ditopang Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang pada April 2023 berada pada level 116,6 meningkat dibandingkan dengan Maret 2023 yang pada level 113,1. Selain itu, keyakinan konsumen di waktu mendatang juga kuat, tercermin di Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada April 2023 pada level 135,5 meningkat dibandingkan Maret 2023 pada level 133,5.
”Survei Konsumen BI April 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Selasa (9/5/2023).
Survei Konsumen merupakan survei bulanan Bank Indonesia (BI) untuk mengetahui keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi di masa mendatang. IKK merupakan salah indikator perkembangan konsumsi rumah tangga dalam produk domestik bruto (PDB).
Adapun survei ini dilaksanakan kepada 4.600 responden rumah tangga di 18 kota di seluruh Indonesia.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Survei Konsumen Bank Indonesia April 2023
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, konsumsi yang kuat juga jadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama tahun ini. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat 4,54 persen secara tahunan, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan keempat 2022 yang sebesar 4,48 persen.
Konsumsi rumah tangga yang tinggi inilah yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun ini yang sebesar 5,03 persen.
”Membicarakan perekonomian domestik dalam negeri ini tidak lepas dari konsumsi rumah tangga. Karena kita memiliki penduduk yang besar dengan konsumsi yang kuat,” ujar Asmo pada jumpa pers kondisi perekonomian secara daring, Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Asmo menambahkan, konsumsi rumah tangga yang tinggi juga akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua tahun ini. Pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan kedua di kisaran 5,05-5,1 persen.
Pertumbuhan ekonomi triwulan kedua ini salah satunya ditopang oleh momentum bulan Ramadhan yang secara historis mendongkrak permintaan masyarakat dan diimbangi oleh pasokan dari dunia usaha.
Ini seiring dengan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang pada April 2023 berada pada level 52,7. Nilai di atas 50 artinya dunia usaha sedang dalam posisi ekspansi.
”Keyakinan konsumen yang tinggi dan dunia usaha yang ada dalam posisi ekspansi akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua tahun ini,” ujar Asmo.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi triwulan kedua tahun ini akan dipengaruhi oleh investasi yang diperkirakan melambat. Ini karena investor masih menanti dan melihat kondisi menjelang diselenggarakannya pemilu pada 2024. Selain itu, makin melandainya harga komoditas dunia juga akan mempengaruhi kinerja ekspor.