Sebuah survei oleh Motherly berjudul ”State of Motherhood, 2023 Survey Report” dengan 10.000 responden di AS menemukan, lebih banyak responden perempuan sebagai orangtua yang tinggal di rumah ketimbang tahun sebelumnya.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·3 menit baca
Semakin banyak perempuan meninggalkan dunia kerja. Masalah yang makin sering muncul, tetapi belum terselesaikan. Perusahaan mengalami kerugian karena tidak sedikit di antara mereka memiliki kemampuan yang hebat. Belakangan, isu ini makin sering dibahas, terkait peran perempuan, di tengah berbagai masalah yang menimpa korporasi. Perusahaan perlu mencari cara agar mereka bisa bertahan dan nyaman di dunia kerja.
Sebuah survei oleh Motherly berjudul ”State of Motherhood, 2023 Survey Report” dengan 10.000 responden di Amerika Serikat menemukan, lebih banyak responden perempuan sebagai orangtua yang tinggal di rumah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun ini tercatat 25 persen, sementara tahun lalu 15 persen.
Sebanyak 18 persen ibu dalam sampel berganti pekerjaan atau meninggalkan pasar tenaga kerja dalam satu tahun terakhir. Alasan utama mereka adalah ingin tinggal di rumah dengan anak-anak (28 persen) dan kekurangan pengasuhan anak (15 persen).
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat proporsi perempuan Indonesia yang bekerja di posisi manajerial selama dua tahun terakhir mengalami penurunan, seperti dikutip di salah satu siaran pers. Pada tahun 2020, angka tersebut masih berada di 33,08 persen dan terus mengalami penurunan hingga 0,82 poin menjadi 32,26 persen pada 2022. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, berdasarkan data 2015 hingga 2020, proporsi perempuan Indonesia yang bekerja di posisi manajerial terus meningkat. Ada perubahan yang perlu dicermati.
Laman Fast Company juga menyoroti masalah ini. Mereka menyebutkan, semakin banyak perempuan yang menjadi ibu rumah tangga pada 2023. Akan tetapi, para ibu tersebut tidak benar-benar meninggalkan dunia kerja karena mereka menginginkan tetap bekerja. Setelah keluar dari pekerjaan, mereka tidak mencari lebih banyak kenyamanan. Mereka juga bukan ingin mencari keterampilan baru di bidang seni dan kerajinan atau mereka kemudian memiliki waktu yang cukup untuk berolahraga. Mereka semua sebenarnya merasa kehilangan kontak dengan rekan kerja mereka. Selama ini, mereka mendapat sesuatu yang berharga ketika mereka meninggalkan rumah.
Apa dampak dari kepergian sejumlah perempuan dari dunia kerja terhadap korporasi? Perusahaan akan kehilangan banyak hal, salah satunya adalah sumber daya inovasi. Keragaman dalam perusahaan selama ini telah memberikan ide-ide solutif. Kehadiran perempuan adalah termasuk di dalamnya. Mereka juga menjadi seorang penggerak di dalam korporasi karena tidak sedikit yang menjadi pimpinan puncak.
Laman Mompowerment berkomentar, masuk akal bahwa memiliki perempuan dalam tim berdampak pada inovasi organisasi. Soal ini bukan hanya soal tentang memiliki perempuan yang penting dalam hal inovasi. Memiliki tim yang beragam, termasuk perempuan, itulah yang membuat perbedaan. Seorang peneliti telah mendengar hal ini berulang kali. Lebih banyak keragaman memungkinkan lahir cara pandang dan ide yang berbeda di meja.
Anda bisa memiliki titik referensi, pengalaman, cara berpikir yang berbeda, dan lain-lain ketika perempuan hadir di dalam perusahaan. Perempuan juga mungkin lebih mewakili keragaman pelanggan Anda dan memecahkan masalah mereka. Kesimpulannya, tim yang beragam bisa berdampak lebih inovatif.
Ada juga keuntungan finansial bagi perusahaan dengan perempuan di posisi kepemimpinan puncak. Sebuah studi yang dilakukan Peterson Institute for International Economics (PIIE) menganalisis hampir 22.000 perusahaan publik global di 91 negara dan menemukan dampak keuangan yang positif dari perempuan dalam posisi kepemimpinan. Peralihan dari tidak adanya perempuan di dalam kepemimpinan perusahaan, seperti di posisi CEO, dewan direksi, dan posisi lainnya, menjadi setidaknya terdapat 30 persen perempuan di posisi tersebut, akan meningkatkan satu poin persentase dalam margin bersih.
Apabila perusahaan mengambil langkah lebih jauh, perbaikan kinerja perusahaan diperkirakan akan lebih sering terjadi. Kita bisa membayangkan dampaknya berupa peningkatan profitabilitas lebih lanjut di dalam dunia industri yang sangat kompetitif. Perempuan makin mendapatkan tempat dan peran yang sesuai. Akan tetapi, bagaimana mengelola masalah yang berkait dengan perempuan sehingga mereka tidak meninggalkan dunia kerja?
Berdasarkan survei Motherly di atas, untuk membawa para perempuan kembali ke dunia kerja, mereka membutuhkan pekerjaan dengan jadwal yang fleksibel (64 persen) dan fasilitas penitipan anak dengan harga yang terjangkau (52 persen). Kebutuhan ini sebenarnya tidaklah rumit dan berbiaya. Pengalaman selama pandemi Covid-19 bisa digunakan dalam memberikan kesempatan karyawan bekerja secara fleksibel. Fasilitas penitipan anak mulai dikembangkan di beberapa perusahaan dan bisa dicari agar biaya tak mahal. Kehormatan perlu diberikan kepada para pekerja perempuan.