Kemenkominfo-Korika Kembangkan AI Berbasis Bahasa Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama perkumpulan Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (Korika) bekerja sama mengembangkan teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP) dengan bahasa Indonesia.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Penggunaan bahasa Indonesia dalam kecerdasan buatan, khususnya pemrosesan teks dan suara, dinilai perlu didorong agar manfaat teknologi ini bisa lebih luas menjangkau masyarakat. Kerja sama antara pengusaha, ilmuwan data, pemrogram, dan pemerintah perlu dipererat agar Indonesia tidak tertinggal di tengah cepatnya laju perkembangan teknologi ini.
Direktur Jendral Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Pangerapan menyatakan, kehadiran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mengubah cara kerja manusia menjadi lebih efisien, khususnya dengan mengotomasi pekerjaan yang bersifat manual.
Salah satu bentuk kecerdasan buatan tersebut adalah pemrosesan bahasa alami atau natural language processing (NLP). Secara sederhana, NLP dapat menjadi jembatan interaksi antara manusia dan komputer dengan menggunakan bahasa keseharian, dalam hal ini bahasa Indonesia.
Meski NLP yang menggunakan bahasa Indonesia sudah ada, katanya, penggunaan bahasa Inggris masih dominan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo bersama dengan perkumpulan Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (Korika) bekerja sama mendorong penggunaan bahasa Indonesia dalam NLP, yakni dalam proyek bernama Bina.
Target awalnya, NLP diharapkan mampu mendeteksi sentimen analisis hoaks di media sosial, khususnya dalam percakapan bahasa Indonesia.
”Kemenkominfo akan mendorong data yang kami miliki, seperti percakapan di media sosial dan lain-lain, menjadi bahan agar kemampuan NLP bahasa Indonesia lebih baik. Semakin banyak data yang dipakai, semakin baik machine learning NLP ini bekerja,” ujarnya di Jakarta, Kamis (13/4/2023).
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang sangat pesat membuat Indonesia harus segera menguasai pengetahuan tersebut. Jika terus dikembangkan, harapannya NLP dapat juga dibangun dalam skala large language models (LLM), seperti yang dimiliki aplikasi percakapan berbasis kecerdasan buatan ChatGPT, tetapi fokus ke bahasa Indonesia.
Ketua Umum Korika Hammam Riza menerangkan, kerja sama antara pemerintah dan Korika diharapkan menjadi awal mendorong riset dan inovasi kecerdasan buatan menjadi lebih baik. Senada dengan Semuel, ia menyebut, penggunaan bahasa Indonesia dalam pemrosesan teks secara otomatis masih kalah dengan bahasa Inggris.
Padahal, perannya dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengaplikasian sistem mengubah tulisan menjadi lisan atau text-to-speech. Tak hanya itu, pengembangan teknologi ini akan membantu menganalisis sentimen hoaks di media sosial yang berkarakteristik bahasa Indonesia, seperti tujuan awalnya. Teknologi ini juga memudahkan masyarakat menciptakan konten kreatif berbahasa Indonesia dengan mudah.
Perkembangan kecerdasan buatan sudah melompat jauh, bahkan kini ada teknologi GenerativeAI, yang mampu menciptakan gambar, teks, bahkan video dari data yang dimiliki. Oleh karena itu, proyek Bina diharapkan menjadi kerja sama berkelanjutan agar Indonesia tetap mampu mengikuti perkembangan teknologi tersebut.
Proyeck Bina diharapkan menjadi kerja sama berkelanjutan agar Indonesia tetap mampu mengikuti perkembangan teknologi tersebut.
Dalam pengembangannya, proyek Bina mencoba mandiri dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh para ilmuwan data, insinyur pemrograman, dan ahli komputer dari dalam negeri.
”Teknologi ini yang harus dikejar, ahli komputasional linguistik Indonesia sudah cukup mengerti NLP. Perusahaan-perusahaan Indonesia sudah cukup baik. Banyak NLP yang dikembangkan oleh perusahaan asli Indonesia,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, pihaknya tengah melakukan pemetaan data dan kebutuhan aplikasi apa yang tepat sebagai sarana pengembangan NLP. Kerja sama antara Kemenkominfo dan Korika ini akan dilakukan secara berkelanjutan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo Hary Budiarto menjelaskan, pihaknya akan mengembangkan lebih banyak talenta digital agar pengembangan NLP berbahasa Indonesia dapat dilakukan lebih jauh lagi. Ia menyebut, teknologi ini dapat berguna pula untuk pelayanan publik, khususnya bagi para investor asing yang ingin mendapatkan terjemahan terkait peraturan bahasa Indonesia dengan baik dan tepat.