Proses Legal Integrasi IndiHome ke Telkomsel Segera Tuntas
Konvergensi jaringan tetap dan jaringan bergerak telekomunikasi atau FMBC tengah dilakukan oleh Telkom Group. Telkom sebagai induk sedang melakukan pemisahan usaha IndiHome ke Telkomsel.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses legal integrasi layanan jaringan tetap telekomunikasi IndiHome milik Telkom ke Telkomsel dipastikan tuntas 1 Juli 2023. Aksi korporasi ini akan membuat Telkom fokus melayani segmen bisnis ke bisnis, sedangkan Telkomsel sebagai anak usahanya akan berkecimpung aktif di segmen ritel.
Rencana integrasi itu telah berkembang sejak setahun lalu. Namun, baru pada Kamis (6/4/2023), di Jakarta, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom dan PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel menandatangani perjanjian pemisahan bersyarat (Conditional Spin-off Agreement/CSA) untuk mengintegrasikan IndiHome ke Telkomsel.
Terkait pemisahan usaha (spin off) IndiHome ini dari Telkom, Telkomsel akan mengeluarkan sejumlah saham baru bagi Telkom. Valuasi IndiHome mencapai Rp 58,3 triliun, atau 50 persen lebih tinggi dari ekuitas Telkom jika digabungkan dengan perjanjian komersial lainnya antara Telkom dan Telkomsel.
Sementara itu, dari pihak Singtel, yang juga pemegang saham di Telkomsel, sepakat menggunakan haknya untuk mengambil sebesar 0,5 persen saham baru di Telkomsel senilai Rp 2,7 triliun. Dengan demikian, kepemilikan saham efektif Singtel di Telkomsel menjadi 30,1 persen dan kepemilikan Telkom di Telkomsel naik menjadi 69,9 persen.
Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah, dalam wawancara dengan sejumlah media nasional, Kamis di Jakarta, mengatakan, setelah penandatangan CSA masih ada beberapa tahap legal, termasuk persetujuan di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Mei 2023. Tahap-tahap krusial ini diharapkan selesai 1 Juli 2023. Selanjutnya, 1 Agustus 2023 akan menjadi waktu komersial.
Sepanjang proses tersebut, dia mengatakan, pelanggan layanan jaringan tetap telekomunikasi IndiHome tidak perlu khawatir akan adanya pemutusan layanan. Pelanggan layanan modem wi-fi Orbit Telkomsel juga tidak perlu cemas. Mereka dipastikan tetap bisa mengakses internet yang andal.
“Integrasi IndiHome ke Telkomsel mencakup bisnis sampai infrastruktur jaringan tetap telekomunikasi ke rumah tangga. Infrastruktur pokok tetap akan berada di Telkom. Sambil menyelesaikan proses legal pemisahan usaha, kami akan memproses penggabungan layanan konsumen (customer service), pembelian produk di satu aplikasi, dan satu sistem penagihan langganan,” ujar dia.
Ririek menambahkan, baik perusahaan maupun konsumen akan memperoleh keuntungan dari hasil spin off. Dari sisi Telkom, perusahaan akan bisa fokus melayani segmen bisnis ke bisnis (B2B). Setidaknya ada tiga sasaran yang akan dioptimalkan, yakni layanan teknologi kepada instansi pemerintahan, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta korporat. Telkom juga akan lebih efisien dari segi belanja modal dan operasional.
“Di segmen B2B, kami punya usaha pusat data yang kami yakini memiliki potensi untung 25 kali lipat. Makanya, kami sekarang gencar membangun pusat data baru di Batam, Cikarang, dan beberapa kota kecil lainnya untuk tipe neuCentrIX,” kata dia.
Kemudian, dari sisi konsumen, mereka akan dapat mengakses aneka paket internet dari jaringan tetap maupun bergerak bersamaan dalam satu sistem. Pascatuntasnya integrasi, Ririek menyebut akan ada terobosan produk baru.
Dari hasil spin off IndiHome ke Telkomsel, dia menambahkan bisa meraup kenaikan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (ETBIDA) secara bertahap sampai 2027. Estimasi kenaikan ETBIDA per tahun mencapai Rp 5 -7 triliun.
CEO Group Singtel Yuen Kuan Moon, mengatakan, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Telkomsel untuk masuk ke pasar layanan jaringan tetap telekomunikasi, bukan hanya layanan jaringan bergerak (mobile/seluler). Pascapandemi, permintaan internet semakin meningkat baik melalui jaringan tetap maupun jaringan bergerak. Di industri telekomunikasi global pun sedang mengarah ke konvergensi jaringan tetap dan bergerak (fixed mobile broadband convergence/FMBC).
Layanan jaringan tetap telekomunikasi IndiHome menguasai sekitar 75 persen dari pasar di Indonesia. Di Indonesia, jumlah perusahaan telekomunikasi yang mengantongi izin jasa telekomunikasi mencapai sekitar 900 perusahaan. Jumlah perusahaan telekomunikasi berizin penyelenggara jaringan telekomunikasi mencapai sekitar 250 perusahaan dan didominasi oleh perusahaan penyelenggara jaringan tetap telekomunikasi (Kompas.id, 24/4/2022).
Saat dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Jerry Mangasas Swandy mengatakan, fenomena FMBC yang kini tengah terjadi di Indonesia diharapkan dapat mempercepat penetrasi cakupan sambungan jaringan tetap pita lebar ke seluruh Indonesia. Saat ini, penetrasinya baru 30 persen dari 514 kabupaten/kota.
“FMBC diharapkan mampu menstabilkan harga internet ke konsumen tanpa mengurangi keandalan layanan secara menyeluruh. Kami juga berkeinginan agar fenomena FMBC bisa membuka peluang investasi baru di industri telekomunikasi,” ucap Jerry.