Konvergensi Layanan Diyakini Bisa Dorong Pertumbuhan Industri
Konvergensi layanan jaringan tetap dan seluler atau ”fixed and mobile broadband” diyakini mampu meningkatkan pengalaman pelanggan telekomunikasi.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Peluncuran layanan internet satu gigabyte per detik oleh IndiHome di Denpasar, Bali, Minggu (22/12/2019). Direktur Consumer Service Telkom Siti Choiriana (berhijab) beserta jajaran dalam seremoni peluncuran layanan tersebut.
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan pendapatan rata-rata industri telekomunikasi saat ini berkisar 5 persen sampai 6 persen per tahun. Konvergensi layanan jaringan tetap dan seluler diyakini bisa meningkatkan pengalaman pelanggan dan pada akhirnya mampu mendorong profitablitas industri yang lebih tinggi.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis, menyampaikan hal tersebut di sela-sela diskusi ”Entering Telecommunication Convergence Era, How to Respond”, Kamis (23/2/2023), di Jakarta. Sektor industri telekomunikasi nasional pernah membukukan pendapatan rata-rata 7–10 persen beberapa tahun lalu.
Sepanjang tahun 2020, yang saat itu terjadi pandemi Covid-19, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto sektor informasi dan komunikasi (yang di dalamnya terdapat telekomunikasi) konsisten tumbuh positifsecara tahunan. Pada triwulan I tumbuh 9,82 persen, lalu 10,85 persen pada triwulan II, 10,72 persen pada triwulan III, dan 10,91 persen pada triwulan IV. Adapun pada tahun 2019 sektor informasi dan komunikasi tumbuh 9,42 persen.
Niko menyebutkan, pelanggan layanan jaringan tetap (fixed broadband) di seluruh Indonesia sekitar 10 juta rumah tangga. Dari sisi subsektor, industri telekomunikasi seluler tengah mengalami kondisi tidak mudah. Pengguna layanan data seluler memang tumbuh, tetapi tidak secepat tahun-tahun sebelumnya. Ditambah lagi adanya pandemi Covid-19 mendorong orang cenderung menggunakan layanan data seluler saat beraktivitas di luar rumah dan kantor. Ketika berkegiatan di dalam rumah dan kantor, mereka relatif meminta layanan jaringan tetap telekomunikasi berupa wi-fi.
Industri telekomunikasi seluler tengah mengalami kondisi tidak mudah. Pengguna layanan data seluler memang tumbuh, tetapi tidak secepat tahun-tahun sebelumnya.
”Jika konvergensi layanan bisa dilakukan optimal, pengalaman pengguna/pelanggan bisa meningkat. Industri telekomunikasi akan mampu meraup untung lebih baik melalui kenaikan rerata pendapatan per pengguna (ARPU) untuk belanja layanan telekomunikasi,” kata Niko.
Inisiatif konvergensi layanan jaringan tetap dan seluler sedang dilakukan operator, seperti XL Axiata — LinkNet, Smartfren-MyRepublic, Indosat Ooredoo Hutchison dengan produk HiFi, dan menyusul Telkomsel-IndiHome Telkom.
Dia menambahkan, sejalan dengan kehadiran teknologi akses seluler 5G, operator telekomunikasi semestinya tetap harus mengikuti perkembangan itu sambil meneruskan inisiatif konvergensi. Dengan demikian, operator dapat memasarkan produk secara komprehensif, termasuk aplikasi dan benda terhubung internet (IoT).
Senior Consultant Inke Maris & Associates Lawrence Tjandra sedang mengikuti rapat virtual, Mei 2020. Lawrence bisa melakukan rapat virtual sebanyak tujuh hingga delapan kali dalam sehari semenjak pemerintah memberlakukan pembatasan sosial akibat Covid-19.
Harga
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menyampaikan bahwa konvergensi layanan jaringan tetap dan seluler telekomunikasi juga sedang terjadi di negara lain. Namun, dia mengamati di banyak negara, penggabungan layanan dilakukan semata-mata karena faktor kompetisi. Ada pula negara yang telah menerapkan penggabungan, tetapi para operator telekomunikasi tetap ”bermain” diskon harga.
Konvergensi yang optimal memang bukan sekadar menyodorkan bundling layanan wi-fi untuk rumah dan seluler untuk dipakai sehari-hari antar-operator berbeda. Konvergensi sesungguhnya yaitu menggabungkan seluruh operasional infrastruktur jaringan sampai konsolidasi model bisnis.
”Jangan sampai tujuan meningkatkan pengalaman konsumen malah berujung membuat mereka membayar mahal,” kata Heru.
Konvergensi sesungguhnya yaitu menggabungkan seluruh operasional infrastruktur jaringan sampai konsolidasi model bisnis.
Praktisi bisnis digital, Guntur S Siboro, mengatakan, isu konvergensi layanan jaringan tetap dan seluler sudah berdengung sejak 20 tahun lalu di Indonesia, lalu kembali mencuat baru-baru ini. Pesatnya perkembangan teknologi baru turut memengaruhi.
”Konsumen telekomunikasi sebenarnya tidak terlalu menghiraukan apa yang terjadi di industri. Mereka hanya menginginkan layanan yang semakin mulus dipakai. Dari sisi pengusaha, konvergensi butuh investasi yang besar,” ujar Guntur.