Kecelakaan Berulang di Aset Pertamina, Diperlukan Evaluasi Menyeluruh
Ledakan yang terjadi di kilang Pertamina di Dumai, Riau, pada Sabtu (1/4) malam hanya berselang sekitar sebulan dari kebakaran di Depo BBM Plumpang, Jakarta, yang menelan 25 korban jiwa. Perlu ada respons serius.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Kecelakaan yang terjadi pada dua aset strategis milik PT Pertamina (Persero) hanya dalam rentang satu bulan perlu mendapat perhatian serius, baik dari pihak Pertamina maupun pemerintah. Terlebih lagi, tahun-tahun sebelumnya hal serupa juga terjadi. Evaluasi secara menyeluruh mutlak perlu dilakukan.
Kejadian terakhir, ledakan pada kompresor gas PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit Dumai, Riau, Sabtu (1/4/2023) malam. Sembilan pekerja di ruang operator mengalami luka ringan. Sebelumnya, kebakaran yang terjadi di Integrated Terminal Bahan Bakar Minyak Plumpang, Jakarta, Jumat (3/3/2023), menyebabkan 25 orang meninggal.
Pengamat ekonomienergi yang juga dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Fahmy Radhi, berpendapat, dua kejadian itu mengindikasikan buruknya sistem keamanan aset strategis dan berisiko tinggi Pertamina.
Fahmy yang dihubungi dari Jakarta, Minggu (2/4/2023), mengatakan, perlu ada keseriusan dalam mencegah hal serupa terulang di kemudian hari. Di antaranya, melalui perbaikan sistem keamanan yang semestinya memenuhi standar internasional. Selain itu, perlu audit untuk mengetahui penyebab kecelakaan-kecelakaan.
Ledakan atau kebakaran memang terjadi di sejumlah kilang dan depo Pertamina dalam beberapa tahun terakhir. Pada 29 Maret 2021, misalnya, tangki gasolin terbakar di kilang Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pada 11 Juni 2021, kebakaran terjadi di area RU IV Cilacap, Jawa Tengah.
Berikutnya, pada 13 November 2021, kebakaran kembali terjadi di Kilang Pertamina Cilacap, pada tangki 361T102. Lalu, 4 Maret 2022, kepulan asap terlihat dari kilang Pertamina di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kebakaran di kilang Balikpapan ini terjadi lagi pada 15 Mei 2022.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto, Minggu, juga menekankan, sistem keamanan perlu dibenahi. ”Menggunakan standar IT (teknologi informasi) yang automatic shutdown infrared. Lalu, inspeksi rutin minimal dua kali setahun terhadap seluruh peralatan. Rekomendasi hasil inspeksi agar segera dilaksanakan,” ujarnya.
Djoko menilai, semua pekerja, pegawai, dan manajemen harus menerapkan budaya safety saat bekerja. Pegawai tingkat manajer ke atas pun harus mengikuti pelatihan keselamatan standar internasional di luar negeri. Kemudian, mengajarkan standar itu kepada level pegawai di bawahnya, termasuk pihak ketiga. ”Saat ini, saya lihat ada kekeliruan pelajaran safety karena yang diberikan lebih banyak pelajaran safety management berupa teori (dengan materi) tebal-tebal. Pekerja di lapangan harus diberi pelajaran safety yang praktis dan sederhana,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi terkait rencana peningkatan sistem keamanan di kilang-kilang milik Pertamina, Sekretaris Perusahaan Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y Nasroen, hingga Minggu (2/4/2023) malam, belum memberi respons.
Sebelumnya, di Jakarta, Jumat lalu, Menteri ESDM Arifin Tasrif, menegaskan, ia telah meminta Pertamina mengecek aset-aset yang kondisinya menyerupai Depo BBM Plumpang. Selain itu, ia juga mendorong agar sistem pengamanan dalam pengoperasian (fasilitas) dimodernisasi.
Terkait ledakan di PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit Dumai, Riau, Sabtu malam, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso, mengatakan, secara umum, kejadian itu sudah tertangani. Terdapat masjid dan sejumlah rumah warga yang rusak ringan akibat getaran. Jarak dari lokasi kejadian dengan rumah warga sekitar 3 kilometer.
Area Manager Communication, Relations, & CSR RU Dumai, Agustiawan, dalam keterangannya menuturkan, proses pemulihan (recovery) dilakukan agar operasional kilang dapat kembali berjalan optimal. Sementara penyebab kecelakaan tersebut masih dalam penyelidikan.