Konsumsi Internet Tak Sejalan dengan Belanja Paket Data
Kendati konsumsi data internet per pengguna cenderung meningkat, pengeluaran warga untuk membeli paket data tak serta merta naik. Konsumen layanan telekomunikasi seluler di Indonesia dinilai sensitif terhadap harga.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
MEDIANA
(Dari kiri ke kanan) Direktur dan Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa, CEO XL Axiata Dian Siswarini, serta Direktur dan Chief Financial Officer XL Axiata Budi Pramantika saat temu media "Update Kinerja XL dan Outlook 2023" di Jakarta, Rabu (8/3/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi rata-rata data internet per bulan per pengguna cenderung meningkat setiap tahun. Namun, fenomena ini tidak serta-merta diikuti dengan peningkatan pengeluaran warga untuk membeli paket data internet.
Situasi itu, antara lain, tergambar dari data XL Axiata. Menurut Direktur dan Chief Technology Officer PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) I Gede Darmayusa, konsumsi rata-rata data internet per bulan per pengguna saat ini berkisar 18-20 gigabit (GB). Lima tahun lalu, konsumsi rata-rata per bulan per pengguna hanya berkisar 6-10 GB.
Rerata pendapatan per pengguna atau average revenue per user (ARPU) untuk konsumsi volume data internet saat ini berkisar Rp 40.000. Mengutip hasil riset CSG-CIMB Sekuritas Indonesia yang rilis Februari 2023, XL Axiata tidak melakukan kenaikan harga besar-besaran antara 22 Oktober 2022 dan 23 Januari 2023.
”Masyarakat Indonesia itu sangat sensitif terhadap harga layanan. Ketika orang konsumsi data internet semakin besar dan harga tetap, ini artinya profit yang operator telekomunikasi seluler berkurang. Kami mengakui bahwa perbedaan ongkos yang dikeluarkan dan profit yang diperoleh sudah tipis sehingga kami berusaha terus efisien,” ujar Gede, yang dijumpai usai temu media ”Update Kinerja XL Axata & Outlook 2023” di Jakarta, Rabu (8/3/2023).
Perusahaan menempuh berbagai langkah guna menjaga agar ongkos operasional tetap efisien. Sebagai contoh, untuk membangun sambungan jaringan tetap telekomunikasi ke rumah tangga, XL Axiata memutuskan menggandeng Icon+, anak perusahaan PT PLN (Persero) yang bergerak di sektor telekomunikasi.
XL Axiata juga menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan mesin pembelajaran (machine learning) sebelum menentukan ekspansi infrastruktur baru atau menambah kapasitas di infrastruktur yang sudah terbangun. Dengan memakai dua jenis teknologi digital itu, manajemen bisa mengetahui proyeksi lalu lintas konsumsi layanan seluler beserta pendapatan yang akan diperoleh.
”Meski belanja modal turun, kami tetap bisa tetap menjaga kualitas layanan kepada konsumen dan menghasilkan pendapatan sesuai target,” ujar Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini.
Pada tahun 2022, XL Axiata meraup pertumbuhan pendapatan 9 persen, lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan rata-rata industri telekomunikasi yang hanya berkisar 4 persen. Kenaikan lalu lintas (traffic) konsumsi seluruh layanan di jaringan XL Axiata pada tahun 2022 mencapai 22 persen.
Dian mengatakan, untuk tahun 2023, perusahaan menargetkan mampu meraih pertumbuhan pendapatan sama dengan rata-rata industri. Kemudian, target traffic konsumsi seluruh layanan di jaringan XL Axiata bisa tumbuh 25 persen.
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
CEO XL Axiata Dian Siswarini berbicara dalam Kompas Talks yang digelar pada Senin (27/7/2020) sore melalui kanal Instagram Live. Acara dipandu oleh wartawan Kompas, Andreas Maryoto.
”Kami juga berharap mampu meraih ETBIDA (pendapatan sebelum pembayaran bunga utang, pajak, depresiasi, dan cicilan pokok utang/amortisasi)margin atau rasio yang mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan setelah pendapatan dikurangi biaya produksi dan operasional sebesar 49 persen pada 2023,” kata Dian.
Sebelumnya, analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis, mengatakan, pertumbuhan pendapatan rata-rata industri telekomunikasi saat ini berkisar 5-6 persen per tahun. Sektor industri telekomunikasi nasional pernah membukukan pertumbuhan pendapatan rata-rata 7–10 persen beberapa tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan rata-rata industri telekomunikasi saat ini berkisar 5-6 persen per tahun.
Sepanjang tahun 2020, ketika terjadi pandemi Covid-19, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produk domestik bruto sektor informasi dan komunikasi (yang di dalamnya terdapat telekomunikasi) konsisten tumbuh positif secara tahunan. Pada triwulan I-2020 tumbuh 9,82 persen, lalu 10,85 persen pada triwulan II, kemudian 10,72 persen pada triwulan III, dan 10,91 persen pada triwulan IV. Adapun pada tahun 2019 sektor informasi dan komunikasi tumbuh 9,42 persen.
Niko menyebutkan, dari sisi subsektor, industri telekomunikasi seluler tengah mengalami kondisi tidak mudah. Pengguna layanan data seluler memang tumbuh, tetapi tidak secepat tahun-tahun sebelumnya. Ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang mendorong orang menggunakan layanan data seluler saat beraktivitas di luar rumah dan kantor. Ketika berkegiatan di dalam rumah dan kantor, mereka relatif meminta layanan jaringan tetap telekomunikasi berupa Wi-Fi (Kompas.id, 23/2/2023).