Masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia, khususnya dari China, dinilai membuka kembali peluang ekonomi bagi industri perjalanan wisata di dalam negeri. Pelaku industri wisata bersiap menangkap peluang itu.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia kembali menerima wisatawan mancanegara melalui penerbangan internasional secara langsung dari China menuju Bali. Pelaku industri perjalanan wisata di Tanah Air menyatakan siap menangkap peluang ekonomi dari masuknya wisatawan asing tersebut.
Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Budijanto Ardiansjah menilai, masuknya kembali wisatawan mancanegara (wisman), khususnya dari China, ke Indonesia akan mampu mendorong pemulihan ekonomi nasional, salah satunya industri perjalanan wisata. Namun, para agen perjalanan perlu gencar memaksimalkan pelayanan.
”Kami semakin meningkatkan kualitas pelayanan perjalanan wisata oleh para pelaku di industri travel (perjalanan wisata). Hal ini dilakukan agar menarik lebih banyak wisman berkunjung ke Indonesia, khususnya (wisatawan dari) China,” ujarnya, Senin (23/1/2023).
Pelaku agen perjalanan diimbau untuk terus meningkatkan pelayanan mengingat peluang ekonomi dari masuknya kembali wisman China ke Indonesia cukup besar. Rata-rata wisman yang datang akan menginap sekitar sepekan dan mengunjungi destinasi wisata, seperti pantai, yang menjadi favorit wisatawan.
Menurut Budijanto, wisman China memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan wisatawan lokal, yaitu senang berbelanja dan mengunjungi berbagai obyek wisata. Oleh karena itu, kebutuhan layanan, seperti pemandu wisata berbahasa Mandarin yang kompeten, perlu disiapkan bagi wisman.
”Pemandu wisata berbahasa asing menjadi syarat mutlak untuk menjaring turis-turis, seperti turis China, saat ini. Selain itu, Industri travel juga perlu menawarkan berbagai paket perjalanan wisata murah dan variatif agar turis nyaman tinggal di destinasi wisata yang dipilih,” kata Budijanto.
Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala, mengatakan, pihaknya telah membuka perjalanan internasional secara langsung dari Bandara Internasional Bao’an, Shenzhen, China, ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, pada Minggu (22/1/2023). Penerbangan perdana ini membawa 193 orang dewasa, 17 anak-anak, dan 2 anak balita berkebangsaan China (Kompas.id, 22/1/2023).
Bali favorit
Indonesia masih menjadi negara favorit bagi wisman China dengan Pulau Bali sebagai destinasi wisata yang paling banyak dicari. Oleh karena itu, adanya penerbangan langsung dari China ke Bali menjadi peluang ekonomi yang baik bagi industri perjalanan wisata di dalam negeri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tercatat 657.270 kunjungan per November 2022. Jumlah itu meningkat 336,5 persen secara tahunan. Sementara itu, total kunjungan wisman ke Indonesia sepanjang Januari 2022 hingga November 2022 tercatat 4,58 juta kunjungan. Jumlah itu meningkat 228,3 persen dibandingkan periode Januari-November 2021.
Selain itu, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada November 2022 mencapai 54,41 persen, naik 6,58 poin dibandingkan dengan TPK November 2021. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, TPK November 2022 naik 2,1 poin. Adapun TPK hotel klasifikasi nonbintang pada November 2022 tercatat 24,04 persen atau naik 1,16 poin dibandingkan dengan TPK November 2021.
Rata-rata lama menginap tamu hotel klasifikasi bintang juga naik selama November 2022. BPS mencatat, rata-rata lama menginap di hotel berbintang mencapai 1,7 hari pada November 2022 atau naik 0,11 poin dibandingkan dengan kondisi November 2021 dan 0,04 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Made Ayu Marthini menjelaskan alasan Bali menjadi destinasi pertama dalam menyambut wisman China. Berdasarkan data Online Travel Agent (OTA) di China, volume pencarian destinasi wisata luar negeri meningkat sebesar 430 persen dan Indonesia masuk dalam urutan lima besar.
”Pencarian destinasi Pulau Bali itu meningkat sebesar 250 persen karena sangat populer di China. Akses penerbangannya dipermudah supaya dapat langsung masuk ke Bali, kemudian visa juga mudah, serta diberikan pelayanan terbaik,” ujarnya dalam siaran langsung Kemenparekraf, Minggu (22/1/2023).
Khawatir agen ilegal
Meskipun dinilai sebagai peluang yang baik bagi industri travel, Budijanto mengaku khawatir dengan munculnya kembali agen perjalanan wisata ilegal seperti yang pernah terjadi 5-6 tahun silam. Agen perjalanan ilegal dinilai menyebabkan persaingan harga tidak sehat.
”Dulu, 5-6 tahun lalu kalau tidak salah, terjadi kasus zero (nol) devisa sebab wisman China ini menggunakan biro perjalanan yang ilegal karena harganya lebih murah. Banyak agen perjalanan dari China juga membuka kantor di sini (Indonesia), bahkan ada yang tanpa izin. Jadi, kami cukup khawatir kalau (situasi serupa) sampai marak kembali,” kata Budijanto.
Harga yang dipatok agen perjalanan ilegal tersebut dinilai lebih murah sebab mereka tidak membayar pajak. Hal ini membuat agen perjalanan yang telah berizin justru merugi, sementara pendapatan daerah dan masyarakat setempat menjadi turun.
Menurut dia, hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah dalam mengatasi kasus agen perjalanan ilegal. Pemerintah perlu mendorong penegakan aturan melalui pengawasan serta penindakan secara langsung jika terdapat kasus serupa.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menilai, pemerintah tidak hanya fokus pada angka kedatangan wisman, tetapi juga bagaimana para wisman tersebut menghabiskan waktu dan tinggal di Indonesia.
”Misalnya, berapa lama mereka di sini, berapa banyak devisa yang dihasilkan, (serta ketentuan) seperti harus menggunakan agen perjalanan lokal, menggunakan mata uang rupiah, dan lain sebagainya. Hal ini perlu diatur karena mereka (wisman) juga perlu taat dengan peraturan dalam negeri terkait pariwisata,” kata Faisal.