Banyak Tekanan, Perekonomian Ciayumajakuning Diprediksi Tumbuh
Di tengah tekanan global dan nasional, perekonomian di wilayah Ciayumajakuning diprediksi tetap tumbuh tahun 2023. Namun, pemerintah daerah perlu mendorong investasi dan mengendalikan inflasi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Di tengah tekanan global dan nasional, perekonomian di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan atau Ciayumajakuning diprediksi tetap tumbuh tahun 2023. Meski demikian, pemerintah daerah perlu mendorong investasi dan mengendalikan inflasi untuk menjaga pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon yang dikutip pada Rabu (18/1/2023), proyeksi pertumbuhan ekonomi Ciayumajakuning tahun ini berkisar 3,1–3,9 persen. Industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, konsumsi rumah tangga, hingga sektor pertanian dan perikanan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi itu.
Kepala KPwBI Cirebon Hestu Wibowo memperkirakan, perekonomian di Ciayumajakuning tetap tumbuh seiring pandemi Covid-19 yang melandai. Kondisi ini akan berpengaruh pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Selama ini, konsumsi masyarakat berkontribusi 60 persen pada pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran di wilayah timur Jabar itu.
Indikator geliat perekonomian di Ciayumajakuning juga tampak dari perkembangan kredit dari 9,18 persen pada triwulan IV-2021 menjadi 10 persen pada triwulan IV tahun lalu. Indeks keyakinan konsumen juga naik dari 106,3 poin pada triwulan IV tahun 2021 menjadi 116,1 poin akhir tahun 2022. ”Artinya, masyarakat optimistis dengan perekonomian tahun ini,” katanya.
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi di Ciayumajakuning pada 2023 tidak setinggi tahun sebelumnya. Pada 2022, laju perekonomian di wilayah itu berkisar 3,7-4,5 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi Jabar tahun lalu tercatat 5,1-5,9 persen. ”Pertumbuhan ekonomi tahun ini di Ciayumajakuning memang agak sedikit tertahan,” kata Hestu.
Menurut dia, pelemahan rupiah akibat ketidakpastian perekonomian global serta konflik Rusia dan Ukraina yang belum usai turut memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional dan Ciayumajakuning. Inflasi secara nasional yang di atas 5 persen turut berpengaruh. ”Penyesuaian UMK (upah minimum kabupaten/kota) juga bisa memicu kenaikan harga jual,” ujarnya.
Oleh karena itu, Hestu mendorong pemerintah daerah di Ciayumajakuning tetap menjaga pertumbuhan ekonomi. Pihaknya merekomendasikan pemda menggenjot investasi dengan kemudahan perizinan hingga mempercepat revisi rencana tata ruang wilayah. Pemda pun perlu melanjutkan realisasi fiskal, seperti bantuan sosial dan penyerapan tenaga kerja.
”Pemda juga harus menjaga pengendalian inflasi. Tahun lalu, Kota Cirebon mencatat prestasi sebagai daerah dengan inflasi terendah di Jabar. Artinya, harga-harga barang dapat dikendalikan,” ujarnya. Tahun 2022, inflasi kota pusat perekonomian Ciayumajakuning sebesar 4,86 persen, sedangkan inflasi di Jabar diperkirakan 5,8–6,9 persen.
Kepala Tim Implementasi Kebijakan Ekonomi Keuangan Daerah KPwBI Cirebon Gatot Kurniawan menambahkan, Ciayumajakuning selama ini menyumbang 9,78 persen perekonomian di Jabar. ”Kalau Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) beroperasi 2023, perekonomian Ciayumajakuning akan semakin bagus dibandingkan kawasan lain di Jabar,” ucapnya.