Resesi Mengancam, Perekonomian Jabar Diperkirakan Masih Tumbuh Tahun 2023
Di tengah ancaman resesi global, perekonomian Jawa Barat diprediksi masih tumbuh sekitar 5 persen tahun 2023. Namun, sejumlah tantangan masih membayangi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Di tengah ancaman resesi global, perekonomian Jawa Barat diprediksi masih tumbuh sekitar 5 persen tahun 2023. Meski demikian, pemerintah daerah perlu mendorong realisasi investasi dan ekspor, memperpanjang bantuan sosial, dan mengendalikan inflasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
”Kami memperkirakan perekonomian Jabar di 2023 akan tetap tumbuh 4,9 persen–5,7 persen,” ucap Pelaksana Tugas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jabar Bambang Pramono dalam acara West Java Annual Meeting di Bandung, Senin (19/12/2022). Turut hadir Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan sejumlah kepala daerah dari kabupaten/kota di Jabar.
Menurut Bambang, pandemi Covid-19 yang semakin melandai turut mengungkit perekonomian di provinsi berpenduduk hampir 50 juta jiwa itu. Kondisi ini berpengaruh pada konsumsi domestik karena mobilitas warga meningkat, termasuk aktivitas pariwisata. Sebagai salah satu pusat produksi kendaraan, perekonomian Jabar juga ditunjang oleh industri otomotif.
Konstruksi proyek strategis nasional, seperti Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap, Tol Patimban-Cipali, serta Jalur Tengah Selatan juga dapat menumbuhkan perekonomian Jabar tahun depan. ”Penerapan industri 4.0 di Jabar juga sangat potensial. Begitu pun dengan investasi energi baru terbarukan dan pembangunan Data Center,” ujarnya.
Akan tetapi, sejumlah tantangan masih membayangi perekonomian Jabar, mulai dari konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, ancaman resesi global, hingga gangguan rantai pasok akibat penguncian wilayah di China. ”Meskipun ekonomi Jabar tumbuh positif, pertumbuhannya tidak setinggi tahun 2022. Negara lain juga mengalami banyak masalah,” kata Bambang.
Saat ini, proyeksi pertumbuhan ekonomi Jabar berkisar 5,1 persen-5,9 persen. Di sisi lainnya, tingkat inflasi di Jabar, yang mencerminkan kenaikan harga barang, juga cenderung tinggi. Hingga triwulan keempat 2022, tingkat inflasi diperkirakan 5,83 persen. Tahun depan, pihaknya menargetkan inflasi sekitar 3 persen plus minus 1 persen.
Bambang pun merekomendasikan sejumlah langkah agar pertumbuhan ekonomi di Jabar terjaga tahun depan. Pemda perlu memperpanjang realisasi bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat. Selanjutnya, kinerja ekspor dan realisasi investasi harus didorong. ”Pemda juga perlu mengendalikan inflasi hingga mengoptimalkan digitalisasi ekonomi,” katanya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pertumbuhan ekonomi Jabar sekitar 5 persen tahun depan merupakan indikasi cerahnya dunia usaha di tengah gelapnnya perekonomian sejumlah negara. ”Ekonomi tumbuh 5 persen itu artinya, ibu-ibu bisa ke mal, bisa ke kafe, atau bisa umrah setahun sekali. Prediksi BI ini harus dijaga,” ucap Emil, sapaannya.
Emil menginstruksikan jajarannya dan pemda di Jabar agar menjaga daya beli masyarakat dengan mengendalikan harga bahan pokok. Pihaknya juga meminta pemda terus berkoordinasi dengan BI dalam menjaga inflasi. ”Agar ekonomi tahun 2023 jalan, masyarakat perlu didorong untuk tetap berbelanja di dalam negeri,” katanya.