Pasar modal Indonesia menorehkan sejumlah catatan positif tahun ini. Namun, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi agar berkembang lebih kuat lagi.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pasar modal Indonesia menorehkan beberapa capaian positif sepanjang tahun 2022. Namun demikian, Otoritas Jasa Keuangan menyebut ada sejumlah tantangan yang harus diatasi agar pasar modal Indonesia dapat berkembang menjadi lebih kuat lagi.
Demikian beberapa poin yang mengemuka dalam konferensi pers laporan akhir tahun Self-Regulatory Organization (SRO), terdiri dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang digelar di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (29/12/2022).
Tantangan itu antara lain koordinasi perlu dioptimalkan untuk mendukung efektivitas pengembangan pasar, pengaturan, dan penegakan hukum. Selain itu, kerangka pengaturan perlu dioptimalkan untuk mendukung ketersediaan layanan dan akses pasar.
Infrastruktur juga perlu dikembangkan dengan mengadopsi teknologi agar proses bisnis di pasar modal lebih efisien. Selain itu, perlindungan investor perlu ditingkatkan lagi, sementara kerangka hukum perlu diperkuat untuk mendukung efektivitas penegakan hukum dan perlindungan investor.
Pasar modal Indonesia juga perlu meningkatkan daya saing agar lebih kompetitif. Hal lain yang jadi perhatian adalah literasi keuangan bagi investor yang jumlahnya meningkat pesat beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan hasil survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi di pasar modal tahun 2022 mencapai 5,19 persen, naik dari 1,55 persen pada tahun 2019. Sementara literasinya justru menurun dari 4,97 persen (2019) menjadi 4,11 persen (2022).
Kustodian Sentral Efek Indonesia melaporkan, hingga Rabu (28/12/2022), sudah ada 10,3 juta investor pasar modal. Jumlah ini naik 37,53 persen dibandingkan akhir tahun 2021 yang 7,489 juta investor.
Kinerja positif
Selain sejumlah catatan itu, OJK mengapresiasi kinerja pasar modal Indonesia. Ada sejumlah capaian positif yang diraih di tengah kondisi global yang tak menentu. “Hal itu terjadi di tengah gejolak perekonomian global yang terus meningkat dan tingginya volatilitas pasar keuangan global yang berpotensi memberikan dampak pada pasar keuangan domestik,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi.
Hingga penutupan perdagangan Kamis (29/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 2,92 persen pada posisi 6.860. Indeks pada 13 September 2022 sempat menyentuh level tertinggi, yakni pada posisi 7.318,01. “Pada 27 Desember, kapitalisasi pasar di bursa efek juga mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, sebesar Rp 9.600 triliun,” kata Inarno.
Dia berharap, capaian di pasar modal menjadi modal awal meningkatkan semangat dan optimisme bersama dalam mewujudkan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman, nyaman, dan terpercaya.
Hingga akhir Desember 2022, ada 59 perusahaan tercatat baru yang menawarkan saham kepada publik di bursa. Dengan demikian, secara total sudah ada 825 emiten di bursa. Total dana yang diperoleh dari penawaran umum saham ini mencapai Rp 33,06 triliun. Sejak tahun 2019, BEI tercatat sebagai bursa dengan jumlah perusahaan tercatat baru yang terbanyak di kawasan ASEAN.
Dalam pengembangan pasar modal, manajemen Bursa Efek Indonesia juga terus mengeluarkan produk baru. Salah satu produk baru pada tahun ini adalah waran terstruktur.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menjelaskan, sejak diluncurkan pada 19 September lalu, sudah terlihat minat para investor atas produk baru ini. Ada 13 seri waran terstruktur yang diluncurkan dengan total nilai transaksi mencapai Rp 191,1 miliar.
“Volume transaksi waran terstruktur mencapai 627,4 juta dengan frekuensi sebanyak 55,767 kali. Rata-rata transaksi harian sebesar Rp 2,5 miliar,” kata Iman.
Selain produk, BEI juga meluncurkan layanan baru. Di antaranya adalah notasi khusus, “N”. Notasi ini merupakan tanda untuk perusahaan tercatat yang menerapkan saham dengan hak suara multipel. Biasanya, perusahan teknologi rintisan menerapkan hak suara multpel ini, dengan tujuan memberikan kesempatan kepada para pendiri untuk tetap mempertahankan misi pendirian perusahannya.
BEI juga mengintegrasikan sistem e-Registration dengan Sistem Pengelolaan Rekening Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan. Kode domisili investor juga ditutup, sehingga tidak terlihat lagi pada jam perdagangan yang bertransaksi investor lokal atau investor asing. Tujuan dari penutupan kode ini adalah mencegah para investor ikut-ikutan dalam bertransaksi saham.
Ada indeks baru yang diluncurkan tahun ini, di antaranya Index IDX Sharia Growth, Index IDX LQ45 Low Carbon Leaders, ESG Scoring serta papan utama Ekonomi Baru. Papan ini merupakan papan yang diperuntukkan bagi perusahaan teknologi yang baru berkembang.
BEI akan terus berinovasi layanan dan produk, seperti masih terus mengodok aturan tentang penyedia likuiditas atau market maker. Nantinya diharapkan, aturan ini dapat meningkatkan transaksi saham yang kurang dikenal tetapi sebenarnya memiliki fundamental yang baik.