Prospek Pasar Modal Indonesia 2023
Ekonomi global menghadapi ancaman krisis ekonomi di 2023. Pertanyaannya, seberapa gelap ekonomi dan pasar modal Indonesia di 2023? Bagaimana prospek pasar modal Indonesia di tengah risiko krisis ekonomi global?
Dana Moneter Internasional (IMF) meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia 2023 adalah yang terlemah sejak 2001, di luar masa pandemi Covid-19. IMF memperkirakan beberapa negara akan gagal membayar utang dan terjebak dalam jurang resesi.
Bank Dunia menyatakan ada risiko resesi global dan krisis keuangan negara berkembang di 2023 akibat kebijakan beberapa bank sentral seluruh dunia menaikkan bunga acuan.
Potensi krisis 2023 tak lepas dari sejumlah faktor, seperti perang Rusia-Ukraina, dampak gangguan pascapandemi, dan perubahan iklim. Dampak pandemi masih terasa dengan terganggunya rantai pasok barang dan jasa. Ini menimbulkan kelangkaan pasokan yang mendorong cost push inflation (inflasi yang didorong sisi penawaran).
Di sisi lain, kembali di bukanya ekonomi pascapandemi mendorong masyarakat berbelanja. Perusahaan kembali beroperasi normal dan mulai melakukan belanja modal. Ini juga mendorong naiknya inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation).
Pandemi belum benar-benar selesai, perang Ukraina-Rusia pecah dan membuat ketidakstabilan di kawasan Eropa dan dunia. Perang membuat gangguan pasokan, terutama komoditas yang dihasilkan kedua negara. Sanksi yang dikenakan negara Eropa kepada Rusia cenderung berbalik merugikan pemberi sanksi dan memperburuk kondisi perekonomian.
Sanksi yang dikenakan negara Eropa kepada Rusia cenderung berbalik merugikan pemberi sanksi dan memperburuk kondisi perekonomian.
Hasilnya, banyak harga komoditas naik, terutama komoditas energi yang memperparah inflasi yang sudah tinggi. Inflasi tinggi memaksa bank sentral sejumlah negara berlomba- lomba menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.
Dampak kenaikan suku bunga membuat kurva imbal hasil (yield curve) berbagai tenor mengalami kenaikan sehingga biaya pinjaman naik. Dengan cost of fund yang lebih mahal, banyak proyek menjadi tidak visible untuk diambil dan memperlambat perekonomian.
Kenaikan bunga tampaknya tak mudah menjinakkan inflasi, tapi cenderung mendorong ekonomi ke jurang resesi. Ini yang dikenal sebagai stagflasi: inflasi tinggi, tapi ekonomi resesi. Di sisi lain ketika ekonomi global menghadapi krisis, uang akan lari ke instrumen yang aman (safe haven) dan kembali ke negara yang dianggap aman, salah satunya AS. Itu sebabnya, indeks dollar AS begitu perkasa tahun ini dan rupiah melemah.
Prospek Indonesia
Dari uraian di atas terlihat memang benar ekonomi global menghadapi ancaman krisis ekonomi di 2023. Pertanyaannya, seberapa gelap ekonomi dan pasar modal Indonesia di 2023? Bagaimana prospek pasar modal Indonesia di tengah risiko krisis ekonomi global?
Jangan terlalu khawatir. Ekonomi emerging market (EM), khususnya Indonesia, terbukti tangguh beberapa tahun terakhir dalam menghadapi badai krisis. Pada 2020 dunia menunggu potensi chaos sistem perawatan kesehatan di EM yang terbatas dan kebijakan yang tak efektif dalam menghadapi Covid-19. Namun, keduanya tak terbukti. EM (termasuk Indonesia) bisa melewati pandemi dan ekonomi pulih cepat.
Di sektor keuangan, kebijakan yang diambil OJK terbukti mampu menenangkan pasar keuangan. Kebijakan sektor keuangan terbukti mampu menopang sektor riil dan perekonomian nasional sehingga terhindar dari krisis.
Perang Rusia-Ukraina yang dimulai Februari 2022 menunjukkan kecenderungan peningkatan multipolaritas dan potensi risiko geopolitik. Investor global akan mendiversifikasi portofolio dan pindah ke negara ”netral” yang dapat keuntungan. Indonesia salah satu negara netral yang diuntungkan oleh dampak geopolitik karena harga komoditas yang naik.
Ini terlihat dari aliran dana asing tetap masuk ke pasar saham Indonesia dan diperkirakan terus berlanjut di 2023 selama konflik belum berakhir.
Pasar saham biasa jadi indikator utama untuk memprediksi resesi dan krisis.
Di 2023 diperkirakan harga komoditas masih tinggi. Selain karena dampak perang dan gangguan pasokan, juga karena persediaan komoditas global saat ini hanya 64 hari, lebih pendek dibandingkan 70 hari setahun lalu, dan 76 hari pada lima tahun lalu. Data menunjukkan nilai komoditas yang dikonsumsi secara global telah naik dari 6,3 triliun dollar AS (2019) menjadi 12,5 triliun dollar AS, atau dari 6 persen menjadi 13 persen dari PDB dunia.
Pasar saham biasa jadi indikator utama untuk memprediksi resesi dan krisis. Ketika sebuah negara berpotensi mengalami resesi atau krisis, pertumbuhan ekonomi turun dan berdampak pada penjualan perusahaan, dan laba akan turun. Akibatnya, harga saham akan terkoreksi akibat price earning ratio (PER) mahal.
Terbukti mayoritas EM, khususnya Indonesia, tak menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi yang signifikan di 2022. IHSG sebagai indikator utama perekonomian Indonesia masih tumbuh positif, menandakan mayoritas pelaku pasar percaya ekonomi Indonesia 2022 dan 2023 masih akan tumbuh dan jauh dari resesi.
Diperkirakan risiko atau potensi resesi Indonesia hanya 3 persen untuk tahun depan.
Di tengah ancaman risiko global, terlihat EM, khususnya Indonesia, mampu mengendalikan inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Inflasi Indonesia sempat naik pascakenaikan harga BBM subsidi, tetapi biasanya sementara.
Langkah kenaikan harga BBM subsidi juga dianggap baik untuk postur anggaran belanja pemerintah. Ini yang membuat perbedaan kebijakan antara negara maju dan negara berkembang. Terlihat negara berkembang, termasuk Indonesia, menaikkan bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar guna menghindari arus modal keluar dan import inflation.
Indonesia bisa keluar dari Fragile Five, istilah yang muncul pertengahan 2013. Tahun 2013, mata uang Indonesia bersama Afsel, Brasil, Turki, dan India dinilai rentan terhadap tekanan inflasi tinggi, defisit neraca berjalan, dan kelemahan struktur ekonomi domestik.
Namun, di 2022, rupiah sebagai mata uang Indonesia terlihat cukup kuat di tengah kenaikan suku bunga global, inflasi dalam negeri yang cukup terkendali, surplus neraca perdagangan dan struktur ekonomi yang lebih baik. Rupiah memang melemah terhadap dollar AS, tetapi masih lebih baik daripada banyak negara tetangga.
Potensi resesi Indonesia yang rendah dan ekonomi yang masih akan tumbuh di 2023 membuat prospek pasar modal Indonesia masih sangat menjanjikan.
Masih sangat menjanjikan
Potensi resesi Indonesia yang rendah dan ekonomi yang masih akan tumbuh di 2023 membuat prospek pasar modal Indonesia masih sangat menjanjikan. Dana asing masih berpotensi masuk akibat beberapa alasan di atas, ditambah dana asing sempat keluar besar-besaran dari negara berkembang selama pandemi dan belum kembali pascapandemi.
Valuasi EM juga lebih rendah jika melihat sebelum dan sesudah pandemi, di mana negara maju sudah diperdagangkan sebanding, sedangkan negara berkembang masih terdiskon 20 persen. Kesigapan OJK mengawal pasar keuangan menambah optimistis pasar modal.
Dari alasan di atas, prospek pasar modal Indonesia 2023 masih sangat menjanjikan. JP Morgan memilih saham-saham Indonesia untuk 2023. Ini mengonfirmasi prospek ekonomi kita tetap cerah di 2023.
Hans KweeCo-Founder PasaRDana dan Dosen Magister Atma Jaya dan Trisakti