Pengelolaan keuangan merupakan hal yang perlu dilakukan semua orang, terutama anak muda. Hal ini agar tujuan yang mereka sasar dapat tercapai.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA, Raynard Kristian Bonanio Pardede
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengaturan keuangan kian diperlukan bagi anak muda. Menjelang 2023, nyatanya tidak banyak anak muda yang merencanakan liburan akhir tahun. Fokus mereka lebih pada menabung dan berinvestasi. Kalaupun memilih berlibur, dananya disiapkan sejak lama.
Ahli finansial Greget Kalla Buana, saat dihubungi, Selasa (27/12/2022), sepakat pentingnya pengaturan keuangan bagi anak muda dan masyarakat pada umumnya. Adanya prediksi ekonomi yang melambat pada 2023 sebaiknya diantisipasi dengan berhati-hati mengelola keuangan.
Menurut dia, penting menerapkan pada diri sendiri semangat start with why. Tiga kata tersebut, menurut Greget, harus ditanamkan di dalam pikiran agar perilaku keuangan tidak ugal-ugalan. Pola pikir ini pula yang nantinya bisa membantu seseorang mengelola keuangan lebih baik karena mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan.
”Kalau kita mendapat kenaikan gaji atau bonus, jangan langsung menaikkan gaya hidup, tetapi sebaiknya ditabung dan investasi. Ini yang saya praktikkan. Sayangnya, sekarang ini orang-orang naik gaji, gaya hidupnya juga naik supaya bisa ikut tren, akhirnya seperti tak ada perubahan apa-apa,” ucapnya.
Salah satunya tren berlibur akhir tahun. Sebagian orang bahkan tetap memilih pembayaran melalui kartu kredit ataupun paylater untuk membayar tiket dan akomodasi. Seperti Paskah Widarani (32) yang menggunakan kartu kredit untuk membiayai libur akhir tahun ke Yogyakarta selama lima hari. Meski menggunakan kartu kredit, Wida, panggilan akrabnya, mengaku sudah memperhitungkannya.
”Libur akhir pekan biasa (dilakukan) spontan karena melihat kepadatan pekerjaan. Kalau perjalanan lebih dari tiga hari, biasanya direncanakan dengan budget yang disiapkan,” ujar Wida.
Ada pula Dominika Sintia (26) yang semula kerap menggunakan paylater untuk membeli tiket dan memesan akomodasi. Total tagihannya Rp 1 juta-Rp 2 juta per pemakaian. ”Dulu mengaktifkan paylater buat beli tiket, terutama saat belum gajian. Aku aktifinpaylater biar bisa tetap pulang, tetapi dibayar setelah gajian,” ujar Sintia.
Namun, belakangan ini Sintia memilih melepaskan diri dari sistem ini. Awalnya penggunaan cara pembayaran ini terasa memudahkan. Baru beberapa waktu ini, ia merasa kesulitan karena sama saja dengan berutang.
Perencanaan
Berdasarkan hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang dilakukan pada periode 13-15 Desember 2022, sebagian besar anak muda menyadari pentingnya hidup hemat. Sebanyak 41 persen responden berusia 17-23 tahun tidak berencana berlibur. Begitu pula untuk kelompok usia 24-39 tahun, sebanyak 58 persen tidak berencana berlibur di akhir tahun.
Meski demikian, responden yang memutuskan berlibur memiliki tujuan justru ke luar negeri. Dana yang disiapkan berkisar Rp 3,1 juta-Rp 5 juta.
Anggaran yang minim ini ternyata disokong juga oleh pemesanan sejak lama dan perencanaan yang matang. Yupita Jevanska (26) memilih menabung jauh-jauh hari sesuai dengan aturan keuangan, yakni 30 persen untuk menabung dan 20 persen bermain, yang salah satunya dipakai untuk berlibur.
Dari menyisihkan dana itu, bahkan tak tanggung-tanggung, ia bisa menghabiskan waktu perjalanan sendiri ke Bali hingga Thailand. Wisata sejarah menjadi minat utamanya, bukan berbelanja dan kuliner, tentunya tetap menginap di hostel, berjalan kaki, dan memanfaatkan transportasi umum.
Menurut Greget, hal ini harus dianut oleh anak muda lain agar dapat meraih tujuan dengan pengelolaan keuangan yang baik. ”Uang itu sarana untuk kebutuhan. Perlu budgeting dan perencanaan serta memperbanyak literasi keuangan. Jika memahaminya, perilaku keuangan semakin terkendali sehingga bisa lebih hemat dan dipakai sesuai kebutuhan, bukan keinginan,” ujar Greget. (Z15/Z17)