Natal dan Tahun Baru, Tempat Wisata dan Hotel Diserbu
Tak adanya pembatasan mobilitas mendorong orang untuk berlibur di akhir tahun. Bali dan Yogyakarta menjadi destinasi favorit.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN, REGINA RUKMORINI, COKORDA YUDISTIRA M PUTRA, Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak adanya pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19 pada libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 berdampak meningkatnya jumlah masyarakat yang akan melakukan perjalanan. Tingkat okupansi hotel di sejumlah daerah juga ikut naik.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (17/12/2022), mengatakan, jumlah wisatawan di Indonesia terpantau sudah meningkat pesat. Jumlah wisatawan dalam negeri saat ini terdata sudah mencapai 660 juta orang dan pada akhir tahun ini diprediksi mencapai 800 juta wisatawan.
Sementara merujuk survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, sebanyak 72,8 persen masyarakat akan melakukan perjalanan pada momentum Natal dan Tahun Baru ini. Dari jumlah itu, sebanyak 36,6 persen diprediksi pergi ke lokasi wisata. Pilihan waktu pergi berkisar pada 23-24 Desember 2022 dan 30-31 Desember 2022.
Adapun tujuan favorit masyarakat, mengacu pada data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, tiket pesawat yang paling banyak terjual pada periode 19 Desember 2022-3 Januari 2023 adalah tujuan Bali, Yogyakarta, Medan, Bandung, dan Tapanuli Utara.
”Rute ke Bali berada di daftar teratas dari 20 rute dengan perkiraan jumlah penumpang tertinggi. Disusul Yogyakarta dan Medan,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Maria Kristi Endah Murni di Jakarta, Senin (19/12/2022).
Rute ini diprediksi menjadi favorit karena tidak hanya disasar oleh orang-orang yang ingin merayakan Natal dan Tahun Baru. Momentum libur anak sekolah yang juga jatuh pada periode yang sama juga mendorong orang-orang meramaikan tempat wisata.
Tak berhenti pada tujuan domestik, rute luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat, juga banyak dituju.
Kepala Petugas Pemasaran Traveloka Shirley Lesmana menemukan tren serupa dari jumlah pemesanan tiket di situsnya. Bali, Bandung, Yogyakarta, dan Malang menjadi favorit destinasi akhir tahun. Begitu pula dengan rute mancanegara.
Untuk tipe akomodasi, ada beberapa jenis yang digemari pengguna Traveloka dalam wisata akhir tahun ini, antara lain vila, apartemen, guest house, homestay, dan resor. Jenis akomodasi ini dicari mengingat mayoritas berlibur bersama keluarga dan pasangan.
Shirley menambahkan, jumlah pemesanan ini diprediksi meningkat. ”Tren pemesanan akomodasi akan semakin meningkat mendekati liburan akhir tahun. Apalagi, biasanya sejumlah konsumen memiliki kecenderungan untuk melakukan pemesanan saat mendekati hari libur,” kata Shirley.
Berdasarkan data Traveloka, tren pemesanan akomodasi para konsumen juga mempertimbangkan akomodasi yang memiliki pemandangan indah, dekat dengan pusat perbelanjaan dan atraksi wisata, serta memiliki kolam renang dan fasilitas kamar yang memadai.
Menurut sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rochadi, preferensi akomodasi ini berhubungan juga dengan perspektif generasi. Generasi Z cenderung memilih tempat liburan dan fasilitas yang mendukung aktivitas serta nyaman ditempati.
Pertimbangannya juga tidak banyak, yakni harga terjangkau dan pemandangan indah. Sementara generasi X lebih banyak pertimbangannya, seperti keamanan, kenyamanan, dan tempat tidur yang luas.
”Anak muda lebih pragmatis pertimbangannya. Hotel sekadar tempat untuk menginap, dan aktivitasnya lebih banyak di luar hotel,” ujarnya.
Okupansi naik
Sementara itu, tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel secara nasional menjelang Natal dan Tahun Baru sudah menembus angka 80-90 persen. Okupansi hotel ini mengalami kenaikan dibandingkan pada 2021 yang menembus angka 40 persen dan tahun 2020 yang hanya menembus 20 persen.
Pemesanan hotel ini juga diprediksi terus mengalami pertumbuhan, apalagi saat menuju H-7 Tahun Baru. Adapun selama Januari-November 2022, rata-rata tingkat okupansi hotel secara nasional juga sudah tembus hingga angka 70 persen.
”Dua tahun lalu, kan, tidak bisa mengadakan kegiatan, tetapi sekarang situasinya sudah mulai normal seperti sebelum ada pandemi. Tiap-tiap hotel juga membuat acara untuk menaikkan revenue,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani.
Salah satunya terpantau dari hotel-hotel di kawasan The Nusa Dua, Badung, Bali. Tingkat okupansi hotel di kawasan The Nusa Dua dinyatakan meningkat sekitar 95 persen pada November 2022 dibandingkan dengan kondisi hunian hotel pada November 2021.
Pada November 2022, tingkat okupansi hotel di kawasan The Nusa Dua mencapai rata-rata 64,42 persen, sedangkan pada November 2021 rata-rata hanya 33,13 persen.
Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Ari Respati menyatakan, tingkat okupansi di kawasan The Nusa Dua menunjukkan penguatan. Padahal, November termasuk periode musim sepi kunjungan (low season).
”Ditopang pelaksanaan KTT G20, kami meyakini penguatan ini didorong geliat wisata yang semakin tumbuh, khususnya menjelang tutup tahun,” kata Ari.
Dengan kondisi okupansi yang tumbuh positif, ITDC memperkirakan kenaikan tingkat hunian hotel di kawasan The Nusa Dua pada Desember ini, terlebih lagi melihat tingginya penjualan tiket dengan tujuan Bali.
Sejumlah hotel di kawasan The Nusa Dua sudah menyiapkan promosi menarik untuk perayaan Natal dan Tahun Baru.
Bali bersiap
Secara terpisah, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi mengatakan, lonjakan jumlah wisatawan mancanegara dan domestik merupakan suatu harapan bagi sektor pariwisata Bali pulih dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Pemantauan wilayah destinasi wisata juga telah dirancang dan akan diterapkan.
Ketertiban umum, kata Dharmadi, masih menjadi perhatian utama untuk mencegah timbulnya kesan negatif terhadap sektor pariwisata Bali. Ia juga menyinggung laporan masyarakat soal potensi polusi suara di Bali yang perlu diantisipasi.