Awas, Jebakan Batman Paylater di Akhir Tahun
Mendekati libur Natal dan Tahun Baru, peningkatan pola belanja masyarakat mendorong orang menggunakan sistem paylater. Amankah bagi keuanganmu nanti?
Maraknya penggunaan sistem pembayaran beli sekarang bayar nanti atau paylater dianggap mendorong meningkatnya belanja masyarakat, terutama jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Penawaran pun gencar dilakukan dengan iming-iming promo. Namun, hati-hati jerat candunya yang alih-alih untung, pengguna bisa buntung.
Florencia Nikita (26) kini masih harus menuntaskan cicilan paylater di salah satu lokapasar. Untuk bulan depan, cicilannya akan bertambah di lokapasar lainnya karena pembelian tiket pesawat ke Bali dan reservasi hotel jelang Natal dan Tahun Baru ini.
Paylater yang dibayarkannya bervariasi sesuai dengan apa yang dibelinya. Umumnya, ia membeli barang-barang yang bisa mendongkrak penampilan dan gengsinya. Ia pernah membeli tas jenama ternama dengan harga yang kisarannya Rp 5 juta lalu dicicilnya selama satu tahun. Ia juga pernah membeli jam pintar keluaran merk tertentu seharga Rp 3,5 juta. Sisanya, kadang ia beli sepatu atau skincare.
"Bulan depan cicilannya naik sih. Sekitar Rp 3 jutaan sepertinya mulai bulan depan. Untuk barang atau tiket gini, biasanya aku ambil yang cicilan 6 bulan atau setahun. Tadinya aku enggak niat jalan-jalan, tapi ada promo banyak kok kayaknya sayang. Ya udah lah bisa pakai paylater ini, walau agak pusing juga sih pas bayar," ujar Nikita ketika dihubungi, Kamis (15/12/2022) sambil tertawa.
Nikita sebenarnya berusaha untuk menghentikan kebiasaannya ini. Akan tetapi, ia merasa dengan paylater ini bisa membantunya memperoleh barang-barang yang tidak mungkin dibelinya dengan tunai karena harganya mahal.
Faris Ahmad (30) memanfaatkan layanan paylaternya untuk membeli barang hobi dan barang elektronik rumah tangga. Jelang Natal dan Tahun Baru ini, selain membeli tiket pesawat untuk berlibur, ia juga membeli alat penyedot debu nirkabel saat Harbolnas karena promo diskonnya hampir 50 persen. "Dari harga Rp 4 jutaan, jadi Rp 2 jutaan. Ya kapan lagi kan. Udah lah gue beli aja. Ha-ha-ha," ungkapnya.
Promo akhir tahun khususnya untuk tiket pesawat dan reservasi hotel dengan sistem pembayaran paylater ini menjamur. Bahkan salah satu akun pinjaman daring bertepatan dengan Harbolnas mengumumkan pihaknya bekerjasama dengan lokapasar yang khusus untuk pembelian tiket transportasi dan hotel memberikan potongan harga dari Rp 100 ribu hingga Rp 1 lebih jika membeli dengan layanan paylater.
Baca juga: Semarak Harbolnas yang Senantiasa Dinanti
Direktur Eksekutif Centre of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan, menjelang Natal dan Tahun Baru akan ada peningkatan belanja masyarakat terutama pada sektor pariwisata dan hiburan. Hal ini didorong dengan pola konsumsi masyarakat yang memanfaatkan aplikasi digital untuk memesan tiket transportasi, tiket bioskop, layanan penginapan, atau layanan waktu luang lainnya selama liburan nataru.
Adapun sistem pembayaran paylateryang semakin marak digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi tersebut. Menurut Bhima, pengguna paylater paling dominan adalah milenial yang baru memasuki dunia kerja. Alasan milenial menggunakan paylater adalah karena kebutuhan dan gaya hidup, terutama bagi mereka yang baru masuk dunia kerja dan berada di area perkotaan atau urban.
Bhima mengatakan, keterbatasan pemasukan dan gaji bulanan menyebabkan milenial harus menutupi kebutuhannya dengan pembayaran alternatif. Karena pendaftaran kartu kredit memerlukan skor kredit yang tinggi dan syarat yang rumit, milenial cenderung memilih mendaftar paylater. Sistem pembayaran ini memudahkan milenial mampu membeli kebutuhan dan keinginan meski harganya jauh di atas kemampuan pendapatan.
Baca juga: Tekfin ”Pay Later” Bantu Jaga Daya Beli Masyarakat
“Karena milenial memiliki adopsi digital yang tinggi, jadi sistem paylater sudah dipahami oleh mereka. Banyak dari mereka juga mendaftar karena ingin memanfaatkan tawaran promo dan diskon. Akan tetapi, terkadang mereka tidak menghitung dengan rinci tentang bunga yang tinggi sehingga ketika menyadarinya mereka tidak lagi menggunakan paylater,” ujar Bhima.
Paylater sendiri, kata Bhima, adalah sebuah teknologi finansial yang mirip dengan sistem kartu kredit, tapi pengguna dapat mendaftar dengan lebih mudah. Salah satu ciri utama paylater adalah kemudahan aksesnya karena terintegrasi dengan aplikasi digital. Di beberapa aplikasi lokapasar, paylater sudah menjadi salah satu metode pembayaran utama.
Ingin Lepas
Dari hasil riset Kredivo pada tahun 2022, pengguna paylater di Indonesia meningkat menjadi 38 persen dari sebelumnya 28 persen pada tahun 2021. Paylater merupakan metode pembayaran ketiga tertinggi dibawah pembayaran transfer bank atau virtual account dan e-wallet. Sebanyak 60 persen pengguna paylater menggunakannya selama satu tahun lebih.
Seperti yang dijelaskan Bhima, hasil riset menunjukan, lebih dari 67 persen pengguna paylater adalah milenial dari rentang umur 25 sampai 40 tahun. Berdasarkan klasifikasi status sosial ekonomi, kebanyakan pengguna tergolong menengah kebawah. Mereka paling banyak menggunakan paylater untuk kebutuhan mendesak, belanja dengan cicilan jangka pendek, atau memanfaatkan diskon.
Baca juga: Layanan Paylater Makin Diminati, Masyarakat Diminta Tetap Bijak Berbelanja
Ketika ditanya mengenai pengetahuan tentang paylater, sebanyak 90 persen pengguna menyebutkan telah mengetahui definisi paylater sebagai pinjaman tanpa kartu kredit. Namun, sebanyak 67 persen diantaranya tidak mengetahui maksimal tenor 12 bulan dari paylater. Selain itu, sekitar 54 persen pengguna tidak mengetahui bahwa tidak ada biaya tahunan untuk pembayaran metode ini.
Berbeda dengan Nikita, priorita utama Yudit Clementina Wiadji (26) menggunakan paylater adalah memenuhi makanan hingga pengobatan untuk merawat anjing-anjing peliharaan. Alasannya, beragam kondisi dapat terjadi sewaktu-waktu, sehingga kebutuhan dana mendadak bisa terjadi kapan saja.
"Dulu awalnya hanya iseng mencoba, lama-lama jadi bagian kebutuhan juga,” kata Yudit
Dalam perjalanannya, Yudit mengaku penggunaan paylater sebenarnya merugikan karena ia perlu mengeluarkan biaya lebih besar untuk bunga dan administrasi, dibandingkan membayar langsung secara lunas.
Dominika Sintia (26) juga merasakan hal yang serupa dan memilih lepas dari sistem ini. Awalnya penggunaan cara pembayaran itu untuk membeli tiket melalui Traveloka PayLater. Total tagihannya sebesar Rp 1-2 juta per pemakaian.
“Dulu aktifin paylater buat beli tiket, terutama saat belum gajian. Akhirnya aku aktifin Traveloka PayLater biar bisa tetap pulang, tapi bayarnya setelah gajian,” ujar Sintia.
Selain itu, ShopeePay Later juga jadi opsi untuk berburu promo belanja, seperti gratis ongkos kirim dan diskon. Namun, Sintia telah meninggalkan kebiasaan menggunakan paylater karena merasa lebih untung jika dapat melunasi barang secara langsung. Ia tetap membeli barang-barang baru mendekati Natal, seperti pakaian dan amplop hias.
“Saat ini enggak tertarik pakai paylater karena hanya menunda pengeluaran untuk bulan selanjutnya. Apalagi aku juga terganggu ketika ditagih, seolah-olah utang banyak, seperti dikejar rentenir. Makanya jadi enggak mau pakai lagi,” tambahnya.
Hal yang harus menjadi perhatian adalah mengenai pengaturan keuangan dan pola belanja.
Ekonom serta Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam menuturkan, paylater memiliki keuntungan untuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi, sebelum menggunakannya lebih baik mencermati ketentuan biaya dan bunga. Intinya, perlu diingat bahwa paylater adalah skema pinjaman online sehingga perlu membayar tagihan tepat waktu. “Akan kesulitan kalau tidak membayar tepat waktu karena bunga besar,” tambahnya.
Piter mengatakan, pengguna paylater harus dapat menyesuaikan gaya hidup, kebutuhan, dan kemampuan beli. Hal yang harus menjadi perhatian adalah mengenai pengaturan keuangan dan pola belanja. Jika ada perubahan yang signifikan ke arah rugi setelah menggunakan paylater, pengguna mesti menghitung kembali pengeluaran yang dihabiskan dalam berbelanja menggunakan metode pembayaran tersebut.
Baca juga: Boleh ”Mobile” dan Jajan dengan Berutang, Jangan Lupa Bayar di Akhir Bulan