Tekfin ”Pay Later” Bantu Jaga Daya Beli Masyarakat
Kemudahan yang ditawarkan tekfin ”pay later” membuat metode pembayaran ini makin banyak digunakan masyarakat.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan teknologi finansial beli dulu bayar kemudian atau pay later dinilai berhasil membantu masyarakat mempertahankan daya belinya. Fitur tekfin pay later yang menawarkan kemudahan persetujuan pembiayaan dalam waktu cepat, bunga ringan, dan masa pembayaran fleksibel menjadi alternatif masyarakat dalam pembelian barang.
Ekonom dan peneliti ekonomi digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan, setiap kenaikan inflasi sebesar 1 persen akan memangkas konsumsi sebesar 0,08 persen. Artinya, daya beli masyarakat akan tergerus karena kalah cepat dengan persentase kenaikan harga atau inflasi.
Dalam kondisi demikian, lanjut Huda, masyarakat memerlukan alternatif perusahaan jasa keuangan yang menawarkan skema atau sistem pembiayaan barang dan jasa yang bisa membantu mereka membeli barang dan jasa. Seiring dengan perkembangan teknologi digital, muncul inovasi keuangan digital dalam rupa tekfin beli dulu bayar kemudian atau pay later.
”Ketika inflasi naik, maka harga barang juga naik. Pendapatan masyarakat tetap saja, tetapi kebutuhan juga tetap berjalan. Kehadiran tekfin pay later ini bisa membantu masyarakat sebagai alternatif skema pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan,” ujar Huda dalam diskusi bertajuk ”Tren dan Potensi Pay Later di Tengah Kondisi Ekonomi yang Dinamis”, di Jakarta, Selasa (20/9/2022).
Ia menjelaskan, adanya konsumsi masyarakat bisa menghidupi mata rantai aktivitas perekonomian yang panjang. Misalkan konsumen membeli televisi dengan tekfin pay later, secara tidak langsung hal itu turut menghidupi rantai industri dari hulu produksi, mulai dari pekerja pabrik, onderdil televisi, distributor televisi, hingga toko yang menjual televisi.
Dalam kacamata makroekonomi, lanjut Huda, menjaga tingkat konsumsi ataupun daya beli masyarakat menjadi sangat penting. Sebab, tingkat konsumsi masyarakat yang besar adalah salah satu unsur pembentuk terdorongnya pertumbuhan ekonomi nasional.
Vice President Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, di tengah tekanan ekonomi pada pandemi dan kenaikan inflasi saat ini, keberadaan tekfin pay later justru makin relevan bagi masyarakat. Jumlah warga masyarakat yang memutuskan pembayaran menggunakan pay later meningkat.
Riset perilaku pembayaran konsumen e-dagang yang dilakukan Kredivo bersama Katadata Insight Center pada Maret 2022 menunjukkan, persentase masyarakat yang melakukan pembayaran menggunakan metode pay later pada 2022 mencapai 38 persen, meningkat dibandingkan 2021 yang sebesar 28 persen.
Riset itu juga menemukan bahwa frekuensi penggunaan pay later meningkat selama masa pandemi. Pada 2021, persentase pengguna pay later untuk pembayaran lebih dari satu kali sebulan mencapai 23 persen. Kini pada 2022, persentasenya meningkat menjadi 27 persen.
Survei dilakukan pada 3.500 responden di seluruh Indonesia. Adapun kelompok umur responden terdiri dari generasi Z (18-24 tahun), generasi milenial (25-40 tahun), generasi X (41-56 tahun), dan baby boomers (57-75 tahun).
Ia menjelaskan, pengajuan pembiayaan yang bisa dilakukan secara cepat dengan bunga ringan dan masa pembayaran fleksibel menjadikan metode pay later sebagai alternatif masyarakat dalam urusan pembiayaan.
Selain membantu menjaga daya beli masyarakat, Indina mengatakan, penggunaan metode pay later juga membantu pedagang daring ataupun UMKM. Adanya berbagai alternatif skema pembiayaan yang bisa ditawarkan kepada konsumen juga turut meningkatkan omzet para penjual.
”Jadi, metode pay later ini bisa membantu dari dua sisi, baik dari konsumennya dan dari sisi pedagangnya juga menikmati keuntungan dari metode ini,” ujar Indina.