Dapat Tugas Baru, Badan Pangan Awasi Terigu dan Garam
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional hanya mengawasi sembilan jenis pangan, yakni beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia, daging unggas, dan cabai.
Oleh
Axel Joshua Halomoan Raja Harianja
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pangan Nasional bakal mendapatkan tambahan komoditas pangan yang akan menjadi tanggung jawab barunya, yakni terigu dan garam. Dengan tambahan tersebut, lembaga itu diharapkan mampu mengelola ketersediaan dan harga pangan yang sering bergejolak di dalam negeri.
Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) Budi Waryanto mengatakan, tambahan komoditas itu tengah dirancang sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional. Hal ini tengah dibahas bersama sejumlah pihak terkait, seperti Kementerian Perdagangan (Kemendag) serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
”Awalnya isunya nambah (komoditas yang akan diawasi) minyak goreng sama ikan. Ini jadinya terigu dan garam,” kata Budi dalam acara diskusi daring Alinea Forum bertajuk ”Orkestrasi NFA dalam Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan”, Jumat (9/12/2022).
NFA memiliki kewenangan di bidang tata kelola pangan. Lembaga ini memiliki tugas dan fungsi koordinasi, perumusan dan penetapan kebijakan, pelaksanaan, hingga pengawasan. Hal yang diawasi terkait ketersediaan pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan, kerawanan pangan dan gizi, penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan pangan.
Selain itu, terdapat sembilan jenis pangan yang saat ini menjadi tugas dan fungsi NFA, yaitu beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia (lembu, biri-biri, dan domba), daging unggas, dan cabai. Jenis komoditas ini pun masih mungkin bertambah.
NFA juga berwenang terkait distribusi pangan, ekspor dan impor pangan, besaran cadangan pangan pemerintah, harga pembelian pemerintah (HPP) dan rafaksi (pengurangan) harga, serta memutuskan penugasan Perum Bulog dalam rangka pelaksanaan kebijakan pangan nasional (Kompas.id, 9/9/2021).
Budi menambahkan, adanya penambahan komoditas tersebut akan menjadi tantangan bagi NFA terkait masalah impor hingga tata kelola pangan.
”Ada keinginan dan semangat luar biasa dari negara ini untuk menata pangan. Misalkan, garam itu bagaimana kita bisa menata sedemikian rupa, tapi nanti kita lihat hasilnya,” ujar Budi.
Stabilisasi
Menjelang hari raya Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, harga sejumlah komoditas pangan meningkat. Merujuk data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, harga beberapa komoditas meningkat hanya berselang sehari. Pada Kamis (8/12/2022), misalnya, harga beras premium tercatat Rp 12.900 per kg, sedangkan pada Jumat naik menjadi Rp 13.000 per kg.
Komoditas lain, yaitu telur ayam ras, mengalami kenaikan harga menjadi Rp 30.800 per kg dari yang sebelumnya Rp 30.700 per kg. Adapun harga cabai merah besar naik menjadi Rp 36.800 per kg dari sebelumnya Rp 36.400 per kg, cabai merah keriting menjadi Rp 36.300 per kg dari sebelumnya Rp 36.200 per kg, dan cabai rawit merah menjadi Rp 53.500 per kg dari sebelumnya Rp 53.400 per kg.
Terkait hal itu, dalam acara yang sama, Guru Besar Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya Alam Universitas Lampung Bustanul Arifin berpandangan, diperlukan integrasi kebijakan dalam mengatur ketersediaan dan permintaan. ”Bekerja sama dengan instansi terkait. Fokus dan stabilisasi pasokan dan harga,” kata Bustanul.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Barat (NTB) Abdul Azis menilai, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu memiliki cadangan pangan. Selain itu, Azis berharap NFA dapat mendorong Perum Bulog agar menyerap komoditas itu dari NTB sebagai sentra penghasil gabah atau beras.
”Pada saat musim panen raya di semester pertama 2023, kami berharap Bulog bisa menyerap gabah petani lebih banyak. Kalau itu sudah, ya, stabilitas keamanan ketertiban nasional akan tercapai,” kata Azis.
Sebelumnya, saat meninjau salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Barat, Kamis (8/12/2022), Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, stok pangan menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 tersedia. Namun, terkait harga, ada beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga. ”Apabila tiba-tiba ada lonjakan permintaan tanpa persiapan stok dan suplai yang memadai, maka otomatis akan mengerek harga di pasar,” kata Arief.
Guna menjaga stabilitas harga, Arief memastikan pihaknya akan melakukan operasi pasar atau Gelar Pangan Murah. Ia menambahkan, pasokan pangan telah dipersiapkan bersama kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah. Ia mengimbau masyarakat tetap berbelanja bijak sesuai kebutuhan dan tidak perlu menimbun pangan.
”Untuk di Jakarta sendiri kami sudah siapkan minimal lima Gelar Pangan Murah dan bisa bertambah. Setiap minggu pasti ada. Jadi, masyarakat silakan hadir di situ dan itu harganya pasti baik karena tempat dan distribusinya difasilitasi oleh NFA bekerja sama dengan stakeholder,” tuturnya.