Bagaimana perusahaan harus berurusan dengan kisah masa lalu yang mungkin berat? Problem ini jarang diungkap, tetapi seiring perubahan ekosistem, masa lalu perlu didalami agar memberi keuntungan lebih bagi perusahaan.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Motivator mudah sekali mengucapkan agar kita melupakan masa lalu. Kenyataannya? Sulit! Demikian pula dengan masa lalu di dunia bisnis. Ada istilah neuropathway yang berarti bagaimana memori masa lalu akan membentuk kita sekarang ini. Bagaimana masa lalu perusahaan agar memberi keuntungan lebih luas bagi kita?
Ketika bicara masa lalu perusahaan, kita membahas masalah yang terentang dari mulai pengalaman sukses dan gagal serta kasus-kasus berat yang menimpa perusahaan. Tak ada alasan jelas mengapa isu ini belakangan banyak diangkat. Salah satu anjuran yang paling banyak dikemukakan adalah pengakuan masa lalu bisnis kita dan bagaimana semua itu memberi keuntungan bagi perusahaan.
Masa lalu yang tersimpan sampai kapanpun tetap akan muncul dalam ingatan banyak pihak di perusahaan. Kita mudah sekali mengingat hal negatif dalam hidup dibandingkan pengalaman positif. Demikian pula mereka di lingkungan bisnis. Konsumen, investor, pemasok, dan pihak lain juga punya pengalaman yang sama terhadap bisnis kita. Mereka akan selalu ingat ketika kita buruk dalam layanan.
CEO of Krista Mashore Coaching, Krista Mashore dalam sebuah opini di The Entrepreneur membahas pengalaman buruk masa lalu. Kita tak selalu mudah menemukan pelajaran tepat setelah terjadi pengalaman negatif yang signifikan. Namun, jika tak menemukan pelajaran berharga, otak Anda mungkin akan mengambil kesimpulan salah, seperti berpikir Anda tak cukup baik untuk sukses. Alih-alih, ubahlah jadi keuntungan dengan menemukan pelajarannya.
Untuk itu, Anda dapat melakukan hal itu berdasar pengalaman masa lalu karena Anda saat ini memiliki perspektif berbeda. Coba ambil kejadian di masa lalu Anda yang masih terasa seperti duri. Pelajaran apa yang bisa Anda peroleh darinya? Apakah membuat Anda lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih berbelas kasih? Sekarang, kapan pun Anda memikirkannya, pastikan mengingat apa yang Anda peroleh darinya. Di sini makna keuntungan dari pengalaman.
Sarah Federman dan Judith Schrempf-Stirling dalam tulisan berjudul Why Corporate Success Requires Dealing With the Past di majalah MIT Sloan Management Review menantang perusahaan untuk mengelola pengalaman masa lalu yang lebih luas lagi. Bagaimana perusahaan harus berurusan dengan kisah masa lalu yang mungkin sangat berat? Masalah seperti ini jarang diungkap, namun seiring perubahan generasi dan cara pandang ekosistem di perusahaan, masa lalu perlu didalami lagi.
Masalah seperti ini jarang diungkap, namun seiring perubahan generasi dan cara pandang ekosistem di perusahaan, masa lalu perlu didalami lagi.
Mereka menulis, saat ini kesuksesan perusahaan butuh tinjauan dan berurusan dengan masa lalu. Bagaimana bila di sepanjang sejarah, perusahaan terlibat pelanggaran hak asasi manusia dan kekejaman massal seperti perbudakan, genosida, perang, dan kerugian terkait kolonialisme?
Dalam konteks Indonesia kita bisa menemukan masa lalu perusahaan berkait korupsi, sogok, perusakan lingkungan, pembunuhan, memberi dukungan politik yang merusak, dan lain-lain. Orang-orang lama perusahaan tentu masih mengingat kejadian ini. Generasi baru di perusahaan juga mudah sekali mendapatkan informasi itu. Kita mudah menemukan keterlibatan korporasi di berbagai kasus besar di Indonesia, baik sebagai pelaku langsung atau terlibat dalam pendanaan.
Keterlibatan bisnis dalam memandang semua kejadian ini tetap jadi perhatian besar bagi para pemangku kepentingan saat ini sebagai momentum membangun keadilan sosial dan kesetaraan dalam masyarakat. Banyak orang, termasuk pelanggan dan karyawan, makin berharap perusahaan yang memiliki ikatan dengan masa lalu seperti itu untuk mengakui dan menanggapi pelanggaran sejarah mereka. Bahkan ketika mereka adalah generasi yang tidak bersalah.
Sarah dan Judith telah melakukan penelitian ekstensif tentang tanggung jawab sosial perusahaan bersejarah, termasuk wawancara dengan eksekutif perusahaan, profesional hukum, dan korban kekejaman massal dan keturunan mereka, ditambah tinjauan berita dan arsip publikasi perusahaan. Sesuatu yang mereka temukan adalah bahwa pengambil kebijakan di dalam bisnis yang terlibat secara mendalam dengan masa lalu perusahaan dapat mengatasi kerugian yang diakibatkannya sekaligus berkontribusi pada kesuksesan masa depan perusahaan. Mereka yang mencoba menghindari masalah sejarah, di sisi lain malah mempertaruhkan reputasi perusahaan dan terkadang berdampak lebih jauh.
“Pengalaman hanya jadi berharga dan berguna setelah Anda mengubahnya menjadi keuntungan,” kata psikolog organisasi Benjamin P Hardy. Kutipan dari Benjamin ini bisa jadi fokus perusahaan ketika mulai membuka kembali kasus lama. Keuntungan tak berarti finansial tetapi bagaimana kejadian masa lalu diterima, diakui dan meminta maaf, serta melakukan perbaikan sehingga nama baik perusahaan pulih.
Dari pengamatan sepintas, generasi baru di dalam perusahaan lebih banyak bisa menerima saran seperti itu. Mereka tidak terlalu terbebani dengan sejarah dan memiliki sudut pandang baru.