Apa dampak kehadiran generasi alfa, yakni mereka yang lahir antara tahun 2011 dan 2025, bagi dunia bisnis? Kendati belum masuk pasar kerja, mereka merupakan pasar masa depan. Pemilik merek perlu paham siapa mereka.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Belum selesai kita membahas generasi Y dan Z, kita sudah harus mengamati kehadiran generasi alfa. Mereka tentu belum masuk ke dunia kerja karena mereka lahir antara tahun 2011 dan 2025. Meski demikian, mereka sudah mulai masuk ke pasar sebagai konsumen. Bagaimana karakter mereka? Apa yang perlu disiapkan sebuah korporasi untuk memahami konsumen baru ini?
Kita mungkin akan kaget dengan kriteria generasi yang satu ini. Mark McCrindle yang mendirikan perusahaan konsultasi tentang generasi di Australia dengan nama Mc Crindle adalah orang pertama yang memberi istilah ini. Ia mendefinisikan, generasi alfa adalah generasi yang paling berlimpah materi, generasi yang paling paham teknologi yang pernah ada, dan mereka akan menikmati usia hidup yang lebih lama daripada generasi sebelumnya.
Tambahan lainnya, mereka akan mengenyam pendidikan lebih lama, mereka mulai mendapatkan penghasilan bertahun-tahun kemudian, dan mereka akan tinggal di rumah bersama orangtua mereka lebih lama daripada pendahulu mereka, yaitu generasi Y dan generasi Z. Oleh karena itu, peran orangtua dalam hidup mereka akan lebih panjang. Kemungkinan besar generasi alfa ini akan tetap tinggal di rumah hingga akhir usia 20-an tahun.
Meski ada perdebatan soal kriteria di atas, kita melihat kenyataan bahwa generasi ini sejak lahir sudah mengenal perangkat teknologi digital. Mereka sudah terbiasa mengakses internet sehingga boleh dibilang mereka lebih mengglobal dibandingkan dengan generasi sebelumnya, telah terpapar dengan berbagai kultur dan nilai, serta terpapar pengalaman dari berbagai budaya.
Apa dampak kehadiran mereka bagi dunia bisnis? Salah satu yang perlu diperhatikan adalah mereka merupakan pasar masa depan. Menurut Direktur Pemasaran MarketerHire Tracey Wallace dalam salah satu tulisannya, jutaan anggota generasi alfa akan lahir, sementara generasi mereka sudah berjumlah 2,2 miliar pada 2024.
Mereka adalah bayi yang lahir saat pandemi Covid-19 dan kerap dijuluki ”Mini-Milenium”. Saat ini mereka adalah kelompok di bawah usia 12 tahun yang pada 2030 akan menjadi 11 persen angkatan kerja. Angka yang penting pada masa depan dan layak mulai dipikirkan.
Untuk itu, pemilik merek perlu memahami siapa sebenarnya generasi alfa. Tentu saja kita belum tahu banyak tentang mereka. Mereka masih anak-anak! Akan tetapi, kita perlu mulai tahu bagaimana mereka berbeda dari generasi sebelumnya. Semua ciri yang melekat pada mereka menjadi bahan prediksi tentang bagaimana kelompok ini akan berbelanja, bekerja, dan lain-lain.
Penulis lainnya, Al Mullen, di laman New Yorker mengatakan, generasi sebelumnya telah melakukan perubahan besar dan bahkan disrupsi. Kini saatnya kita membahas generasi alfa. Mereka akan dikenang sebagai generasi yang akhirnya bakal menghancurkan masyarakat kita dan fondasi ekonomi yang dipandang kuat.
Mullen mengingatkan beberapa sektor yang akan diremuk-redamkan oleh generasi baru ini. Salah satunya, ia menyebut, studi menunjukkan bahwa makin sedikit generasi alfa yang bakal menghadiri perguruan tinggi. Perguruan tinggi perlu segera berbenah.
Generasi ini kemungkinan akan memprioritaskan pembelian dari perusahaan yang berkelanjutan.
Jennifer Mandeville di MarketingDive menyebutkan, setiap anggota generasi alfa akan memiliki minat uniknya sendiri, tetapi sebagai sebuah kelompok, mereka akan berbagi beberapa karakteristik yang dibentuk oleh berbagai kejadian dan pengaruh di tingkat makro. Pertama adalah soal aktivisme. Aktivisme ini penting bagi mereka. Di lingkungan bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan atau istilah sejenis yang transparan dan otentik akan menjadi penting. Generasi ini kemungkinan akan memprioritaskan pembelian dari perusahaan yang berkelanjutan.
Kedua, seperti disebut ahli lain, teknologi digital adalah dunia mereka. Mereka lebih sering berada di depan layar dan lebih awal daripada generasi lainnya. Sebesar 65 persen anak-anak usia 8 hingga 11 tahun mempunyai atau memiliki akses ke telepon seluler di rumah. Sebagian besar dari mereka telah berdekatan dengan perangkat digital sejak lahir sehingga mereka sangat familiar dengan dunia digital.
Ketiga, mereka adalah generasi yang lahir sebelum, di tengah, serta setelah pandemi. Peristiwa besar dan global ini pasti akan berpengaruh besar terhadap mereka. Mereka tidak akan pernah melupakan kejadian ini seumur hidup. Kewajiban untuk isolasi, tindakan karantina, dan menjaga jarak telah mendorong generasi alfa untuk mengandalkan forum digital saat berinteraksi dengan orang-orang. Oleh karena itu, wajar apabila dunia pendidikan mungkin akan didisrupsi oleh generasi ini. Mereka akan bersandar pada gim digital dan metaverse sebagai tempat pertemuan.
Orang mungkin masih berpikir kehadiran mereka ke pasar masih lama. Anggapan ini salah besar. Pengeluaran orangtua tidak sedikit didorong oleh keinginan anak. Dalam konteks ini, generasi alfa akan menjadi salah satu faktor penentu pengeluaran rumah tangga. Merek perlu kreatif dalam membuat produk dan memasarkan produk dengan mengingat karakter mereka. Sejumlah merek telah menyadari masalah ini.
Sebagai contoh langkah produsen makanan Mars. Sebuah survei mereka menemukan fakta anak-anak kecil senang memasak. Sekitar 96 persen orangtua juga merasa penting bagi anak-anak untuk mengetahui cara memasak. Akan tetapi, hanya 33 persen di antara orangtua yang memasak bersama anak-anak mereka setiap minggu. Mars kemudian meluncurkan program Ben’s Beginners dengan nama Paman Ben berupa acara televisi, kontes memasak keluarga, dan bahkan menampilkan ibu selebritas milenial untuk menginspirasi orangtua memasak bersama anak-anak.