Perusahaan Teknologi Perlu Bangun Tata Kelola yang Sehat
Perusahaan teknologi digital, baik skala besar maupun rintisan, semakin didorong untuk memiliki tata kelola perusahaan yang baik.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekosistem usaha rintisan bidang teknologi diharapkan semakin mengutamakan tata kelola perusahaan yang baik atau good governance. Jika tidak diterapkan dengan optimal, hal itu akan berpengaruh ke valuasi perusahaan.
”Usaha rintisan bidang teknologi atau start up fokus ke fundamental bisnis saja. Perusahaan teknologi besar sudah mulai back to basic dan performa bisnisnya jadi bagus dibandingkan tahun lalu. Sudah tidak ada lagi istilah burning cash karena investor menginginkan untuk menjaga fundamental bisnis, arus kas, dan pengaturan perusahaan yang baik,” tutur Founding Partner of AC Ventures Pandu Patria Sjahrir di sela-sela menghadiri acara Indonesia Digital Leaders Summit 2022, Senin (28/11/2022), di Jakarta.
Indonesia Digital Leaders Summit 2022 merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh lini bisnis komersial Citibank. Kegiatan ini merupakan bentuk dari komitmen Citibank Indonesia mendukung ekosistem start up di Tanah Air. Menurut rencana, Indonesia Digital Leaders Summit 2022 akan rutin dilakukan sekali setiap tahun.
Sudah banyak perusahaan besar, termasuk perusahaan teknologi, bangkrut karena pengaturan perusahaan yang tidak baik.
Menurut Pandu, sudah banyak perusahaan besar, termasuk perusahaan teknologi, bangkrut karena tata kelola perusahaan yang tidak baik. Investor seperti dirinya juga berulang kali mengingatkan agar perusahaan teknologi, baik skala besar maupun start up, memiliki laporan keuangan dan audit internal yang baik.
”Valuasi perusahaan bisa turun jika good governance jelek. Perusahaan publik teknologi di global dapat mengalaminya. Ada, kok, yang mengalami penurunan valuasi 50-70 persen,” katanya.
Lebih jauh, Pandu berpendapat, kondisi fundamental perekonomian Indonesia masih positif dan harapannya tahun depan tidak terkena resesi. Sejumlah perusahaan teknologi di Indonesia sekarang juga masih ada yang mampu meraih pertumbuhan pendapatan 50 persen. Mereka tidak melakukan aksi ”bakar uang”.
”Dulu, ada perusahaan teknologi meraih pertumbuhan tinggi setelah ’bakar uang’. Sekarang dan ke depan, kami harap tidak begitu,” ujar Pandu yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) periode 2021-2025.
CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi berpendapat, potensi ekosistem start up di Indonesia masih besar. Masih banyak peluang bisnis teknologi yang bisa digarap start up. Misalnya, logistik, kesehatan, dan finansial.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun masih bisa berkisar di atas 5 persen. Pencapaian pertumbuhan yang senada diharapkan bisa terjadi tahun depan. Citibank Indonesia optimistis bahwa bisnis start up dapat menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi itu.
”Kami tidak ada lagi lini bisnis pembiayaan konsumer. Lini bisnis pembiayaan komersial tetap ada. Fokus pembiayaan lini bisnis ini bisa diarahkan untuk start up atau perusahaan kecil-menengah. Citibank secara global pun fokus ke pembiayaan institusional ataupun korporat,” ujarnya.
Editor:
NUR HIDAYATI
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.