Menurut Layoffs.fyi, sebuah laman yang melacak pemutusan hubungan kerja, lebih dari 100.000 pekerja teknologi telah kehilangan pekerjaan mereka sepanjang tahun 2022. Situasi ini menimbulkan kecemasan baru di pasar kerja.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
Beberapa pekan terakhir, tagar #TwitterLayoffs, #MetaLayoffs, dan #LoveWhereYouWorked mewarnai media sosial mulai dari Twitter sampai LinkedIn. Banyak warganet yang kebetulan bekerja di perusahaan teknologi raksasa itu mengunggah pengalaman pemutusan hubungan kerja (PHK).
Ada kisah tentang diri sendiri yang turut terdampak dan betapa bangganya telah berkesempatan bekerja bersama talenta hebat dari seluruh dunia. Ada juga unggahan kisah haru biru kehilangan rekan kerja yang terdampak pemangkasan jumlah karyawan.
The New York Times melalui artikel “When Your Layoff Has a Hastag”, edisi Kamis (10/11/2022), menilai hal itu sebagai fenomena PHK zaman sekarang, di mana orang sering tidak dapat berduka dengan rekan di tempat kerja atau bar, tetapi mereka dapat berbagi reaksi dengan jutaan orang secara daring. PHK yang dulunya merupakan pengalaman intim dan seringkali tabu, kini langsung menjadi informasi publik. Diberhentikan kerja di era transparansi ekstrem, media sosial menyediakan ruang untuk saling meneguhkan.
Blind, platform teknologi yang memiliki lebih dari tujuh juta pengguna dan memungkinkan karyawan mengunggah tempat kerja secara anonim, telah mengalami lonjakan pendaftaran akun baru. Hal ini terjadi dalam beberapa minggu terakhir di perusahaan teknologi yang diketahui bersiap untuk PHK.
PHK yang dulunya merupakan pengalaman intim dan seringkali tabu, kini langsung menjadi informasi publik. Diberhentikan kerja di era transparansi ekstrem, media sosial menyediakan ruang untuk saling meneguhkan.
Menurut laman Layoffs.fyi yang melacak PHK, lebih dari 100.000 pekerja perusahaan teknologi telah kehilangan pekerjaan mereka sepanjang tahun 2022. Pemangkasan karyawan berasal dari perusahaan teknologi besar hingga perusahaan rintisan bidang teknologi digital (start up) di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
The New York Times melalui artikel “Tech’s Talent Wars Have Come Back to Bite It”, menyebutkan, pemangkasan karyawan sebenarnya juga terjadi perusahaan teknologi yang paling eksperimental.
Sebagai contoh, perusahaan roket Astra memangkas 16 persen karyawan minggu lalu, setelah melipatgandakan jumlah staf tahun lalu. Di sektor aset kripto, beberapa perusahaan bervaluasi tinggi, termasuk Crypto.com, Blockchain.com, OpenSea, dan Dapper Labs, telah mengurangi pekerja dalam beberapa bulan terakhir.
Kebanyakan eksekutif perusahaan teknologi dan investor modal ventura ‘menyalahkan’ situasi ekonomi yang memburuk sehingga gelombang PHK harus terjadi. Namun, rasanya, sebagian dari lonjakan pemangkasan karyawan tersebut berasal dari dalam lingkungan industri teknologi sendiri.
Selama dekade terakhir, suku bunga rendah mendorong investor ke aset berisiko yang menawarkan pengembalian lebih tinggi. Para investor cenderung mengapresiasi pertumbuhan cepat daripada keuntungan dan relatif memberi penghargaan kepada perusahaan yang mengambil risiko besar. Perusahaan teknologi, misalnya.
Perusahaan teknologi pun menikmati guyuran investasi dari investor. Mereka meyakini agar bisnis berkembang pesat, mereka merasa harus cepat menuangkan perolehan uang itu ke dalam ekspansi melalui penjualan dan pemasaran, perekrutan, akuisisi, dan proyek eksperimental. Kelebihan modal ini juga mendorong mereka untuk menambah staf, termasuk berani mengeluarkan anggaran besar demi berperang mencari talenta terampil.
Kalangan perusahaan teknologi asal Silicon Valley, Amerika Serikat, telah lama melihat perekrutan bukan sekadar mengisi lowongan. “Perang talenta berbakat” berlangsung sengit. Bisa bekerja di sana adalah hal yang paling diinginkan lulusan perguruan tinggi.
Bagi karyawan, bekerja di sana menjadi sesuatu yang lebih besar dari pekerjaan, yakni identitas yang prestisius. Mentalitas ini telah mendarah daging di perusahaan teknologi besar lain, termasuk sampai ke sejumlah start up di belahan dunia lainnya.
Menurut studi yang dilakukan oleh Brookings Institution, seperti dikutip oleh The Economist dalam artikel “Is Big Tech’s Red-Hot Jobs Market About to Cool? (Juni 2022)”, sejak 2010-an, jumlah posisi pekerjaan di industri teknologi Amerika Serikat meningkat rata-rata 4,4 persen per tahun.
Pandemi Covid-19 mendorong pembatasan sosial ketat pada 2020–2021. Situasi ini mendorong masyarakat meningkatkan adopsi dan penggunaan aplikasi digital. Antara tahun 2020 dan 2021, sejumlah perusahaan teknologi, seperti Amazon, Meta, dan Netflix, meningkatkan staf penuh waktu mereka lebih dari seperlima. Kebanyakan perusahaan teknologi percaya tren seperti itu berlanjut sampai pandemi usai. Akan tetapi, keyakinan itu tidak sepenuhnya benar.
Peluang lapangan pekerjaan bagi pekerja terampil bidang teknologi diproyeksi masih terbuka.
Sejumlah pihak meyakini industri teknologi masih akan lebih besar, lebih matang, dan stabil daripada tahun 1990-an. Ini berarti industri teknologi bisa ‘melindungi’ pekerjanya. Ada juga pihak yang memperkirakan bahwa permintaan keterampilan teknologi, seperti pemahaman tentang ilmu data tingkat lanjut, sangat tinggi sehingga orang yang memilikinya akan dicari bahkan dalam keadaan terpuruk.
Di luar sektor industri teknologi, perusahaan dari sektor lain sedang memperbarui operasional mereka ke digital. Oleh karena itu, peluang lapangan pekerjaan bagi pekerja terampil bidang teknologi diproyeksi masih terbuka.
Hanya saja, menurut tangkapan The Economist, satu hal yang pasti adalah tingkat kecemasan unggahan di Blind akan tetap tinggi untuk sementara waktu. Tidak ada yang bisa memastikan kejelasan masa depan pasar tenaga kerja, baik terkait kebutuhan industri teknologi maupun sektor lain.
Dari sisi pekerja, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Harvard Business Review dalam artikel “Managing When The Future is Unclear”, edisi 9 Januari 2019, mencontohkan, ambil tindakan pragmatis dengan mengontrol hal yang bisa dikontrol, mengembangkan kemantapan emosional dengan belajar lebih banyak situasi, dan menjaga komunikasi dengan kolega manapun tetap terbuka.