Penerapan Solar B40 Diperkirakan Bisa Menghemat Devisa Negara Rp 200 Triliun
Uji jalan solar B40 ditargetkan rampung pada akhir 2022 dengan hasil sementara masih memenuhi spesifikasi. Penerapan solar B40 diperkirakan mampu menghemat devisa negara sebesar Rp 200 triliun.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan uji jalan pencampuran bahan bakar nabati sebesar 40 persen ke dalam bahan bakar minyak jenis solar murni rampung di akhir Desember 2022. Kebijakan mandatori biodiesel 40 persen atau solar B40 tersebut dinilai mampu menghemat devisa negara sekitar Rp 200 triliun per tahun.
Pencampuran produk turunan minyak kelapa sawit mentah (biodiesel) ke dalam solar ini mampu memangkas impor minyak solar Indonesia. Penerapan solar B40 diharpakan mampu menghemat devisa negara untuk memenuhi kebutuhan minyak solar di tahun 2023 sebesar 15,03 juta kiloliter.
”Kebutuhan solar B40 tahun depan diperkirakan 15,03 juta kiloliter. Sekarang, harga solar Rp 13.000 per liter dikalikan saja dengan kebutuhan 15 juta kiloliter, mungkin sekitar Rp 200 triliun kita bisa hemat devisa negara,” ujar Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Edi Wibowo dalam acara ”Rating dan Overhaul Kendaraan Uji Road Test B40” di Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi, Jakarta, Senin (21/11/2022).
Sejak 2019, Kementerian ESDM menerapkan kebijakan solar B30 (30 persen biodiesel dalam seliter solar) sebanyak 9,3 juta kiloliter dan mampu menghemat devisa negara sebesar Rp 66 triliun. Penghematan itu dipengaruhi juga oleh naik dan turunnya harga minyak mentah dan harga bahan bakar minyak (BBM).
Edi menambahkan, selama penerapan solar B30 sejak 2019, kebutuhan impor minyak solar nasional mencapai 37,5 juta kiloliter di tahun 2023. Dengan menerapkan solar B40, diperkirakan mampu mengurangi impor minyak solar demi memenuhi kebutuhan sebanyak 15,03 juta kiloliter pada 2023.
Meskipun begitu, kondisi harga minyak dunia pada 2019 sedang rendah. Jika harga minyak solar sedang tinggi, proyeksi penghematan devisa negara akibat pemangkasan impor di tahun ini bisa lebih besar. Hal itu dipengaruhi oleh lonjakan harga minyak mentah dan penguatan kurs dollar AS.
”Saat ini kurs dollar AS sedang naik. Jadi, penghematan bisa jadi sangat besar hampir sekitar Rp 200 triliun itu tadi,” ujar Edi.
Adapun Edi belum dapat memastikan target implementasi solar B40 di Indonesia sebab masih perlu meninjau aspek teknisnya. Namun, dirinya berharap uji jalan yang sedang dilaksanakan Kementerian ESDM saat ini akan rampung pada akhir Desember 2022.
Selain itu, pihaknya akan mengomunikasikan terkait kebutuhan produksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) kepada badan usaha bahan bakar nabati (BUBBN) demi keperluan implementasi B40. Jika ketersediaan bahan baku sudah pasti, implementasi akan segera direalisasikan.
Hasil sementara
Peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi ”Lemigas” Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, Cahyo Setyo Wibowo, mengatakan, hasil sementara bahan bakar solar B40 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap komponen mesin kendaraan uji sebanyak enam tipe, yakni tiga kendaraan dengan berat kurang dari 3,5 ton dan tiga kendaraan dengan berat lebih dari 3,5 ton.
Selain itu, bahan bakar solar B40 tidak berdampak negatif pada performa kendaraan uji penumpang 1 (P1) dan penumpang 2 (P2) yang beratnya kurang dari 3,5 ton dengan akhir uji jalan sejauh 50.000 kilometer.
”Hasil sementara saat ini, kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar B40 sejauh 50.000 kilometer secara keseluruhan masih memenuhi spesifikasi limit batasan minimal,” ujar Cahyo.
Kendaraan uji dapat beroperasi dengan normal, seperti menggunakan bahan bakar solar biasa. Selain itu, kendaraan tidak mengalami mogok serta dapat beroperasi di suhu dingin. Sebelumnya telah melakukan uji coba di Dieng, Jawa Tengah, dengan temperatur 14-15 derajat celsius.