Sejumlah rekomendasi dan komunike dari forum-forum rangkaian G20 di Bali beririsan pada isu peran perempuan dalam perekonomian. Target diyakini dapat tercapai jika perempuan ditempatkan pada jantung pertumbuhan ekonomi.
Oleh
Ninuk M Pambudy
·3 menit baca
Momen G20 2022 di Bali sudah usai pada Kamis (17/11/2022). Semua menunggu hasil nyata dari konferensi dan diskusi ribuan jam.
Dua forum yang juga penting peranannya dalam menggali pengetahuan, pengalaman, dan komitmen untuk menghadapi ketidakpastian global adalah Global Food Security Forum (GFSF) G20 dan Women 20 atau W20.
Forum W20 mengeluarkan Komunike 2022 dan GFSF melahirkan sejumlah rekomendasi bagi para kepala negara, menteri keuangan, dan dunia bisnis. Kedua forum beririsan pada isu peran perempuan dalam pertumbuhan dan pemulihan ekonomi dunia, termasuk membangun lumbung pangan global dan mencegah krisis pangan.
W20 mendesak para pemimpin G20 melaksanakan “Peta Jalan G20 Menuju dan Melampaui Target Brisbane”. Pada intinya, meningkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan bernilai ekonomi bagi perempuan. Untuk itu harus diciptakan jaringan data jender di antara negara G20 dan alat ukur komitmen W20. Konsekuensinya, memperbaiki strategi nasional atas kesetaraan dan keadilan jender.
Global Food Security Forum mengakui perempuan berperan penting sebagai penghasil pangan, pada saat sama paling terdampak ketika terjadi guncangan produksi dan distribusi pangan. Guncangan itu disebabkan oleh perubahan iklim, pandemi Covid-19, sistem keuangan dunia, dan ketegangan geopolitik akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Gabungan berbagai faktor itu menyebabkan kenaikan harga pangan dan energi. Biaya produksi dan logistik pertanian naik. Keadaan jadi lebih rapuh ketika perubahan iklim menyebabkan kekeringan dan banjir sekaligus di berbagai tempat. Sedangkan inflasi tinggi di Amerika Serikat menyebabkan Federal Reserve menaikkan suku bunga yang memengaruhi nilai tukar mata uang banyak negara, membuat impor pangan lebih mahal.
Paling terdampak
Ketika dilihat lebih dalam pada dinamika rumah tangga, perempuan dan anak-anak jadi kelompok paling terdampak. Data “The State of Food Security and Nutrition in The World” memperlihatkan pada 2021 sebanyak 2,3 miliar orang di dunia mengalami ketidakamanan pangan sedang dan 924 juta orang mengalami ketidakamanan pangan parah.
Bila dipilah lagi, sebanyak 31,9 persen perempuan mengalami ketidakamanan pangan sedang/parah sedangkan pada laki-laki 27,6 persen. Pandemi dan ketegangan geopolitik diperkirakan memperparah situasi. Perempuan dan anak perempuan umumnya berada dalam situasi makan paling akhir dan paling sedikit di keluarga.
Data UN Women memperlihatkan situasi timpang parah dalam beban kerja. Goodwill ambassador untuk UN Women Anne Hathaway dalam forum B20/G20 2022 melalui tayangan video mengingatkan, masyarakat dunia mengambil keuntungan dari kerja perempuan. Tetapi, kerja perempuan merawat kehidupan di rumah dan di masyarakat diperlakukan tidak adil dan tidak berkelanjutan. Hathaway, aktris penerima piala Oscar, mendesak untuk mengakhiri praktik mempenalti perempuan karena menjalankan tugas merawat.
Sebelum pandemi, perempuan menghabiskan waktu tiga kali lebih lama dibandingkan laki-laki untuk tugas merawat dan pekerjaan domestik tidak dibayar. Selama pandemi perempuan di seluruh dunia mengerjakan tambahan 512 miliar jam kerja tidak dibayar untuk merawat keluarga di rumah.
UN Women mencatat, sejak pandemi Covid-19, sebanyak 30 persen perempuan di ASEAN merasakan meningkatnya beban kerja merawat, sementara laki-laki hanya 16 persen. Sebanyak 75 persen perempuan pelaku UMKM, termasuk bidang pertanian, mengaku beban kerja merawat anggota keluarga dan rumah meningkat, membuat mereka kekurangan waktu mengurus usaha.
Global Food Security Forum merekomendasikan sistem keuangan yang memungkinkan pembentukan cadangan pangan global, membangun pusat-pusat cadangan pangan regional, mendiversifikasi sumber pangan lokal, dan mendorong pemegang otoritas keuangan G20 menyediakan pendanaan dan cara membangun cadangan pangan global.
Hathaway mengajak agar masyarakat meminta pemerintahnya mendukung layanan jasa merawat; tidak menarik pajak dari penyediaan jasa merawat; serta memberi prioritas pada tempat kerja ramah keluarga, antara lain, jam kerja fleksibel, membayar cuti melahirkan dan menyediakan fasilitas pengasuhan anak di tempat kerja.
Sukses untuk pertumbuhan dan pemulihan ekonomi, demikian Hathaway, hanya akan tercapai bila perempuan ditempatkan pada jantung pertumbuhan dan pemulihan ekonomi.